18 December 2019

DUALITAS - PARADOKS - SINGULARITAS

Proses "menyatukan" sisi dualitas yang saling berlawanan (paradoksial) dalam perjalanan hidup/spiritual itu bisa menjadi tema yang menarik dan sedikitnya bisa memberi gambaran akan "tujuan" Tuhan dalam penciptaan makhluk. Dan lebih luas lagi adalah memahami makna atau esensi dari "ibadah" itu sendiri. 

Ketika bisa "menyatukan" kedua sisi yang berlawanan, biasanya akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap yang positif, seperti Kelenturan, Fleksibilitas, Kedewasaan Berpikir dan Kearifan (Bijak). Jadi bisa dibilang, "penyatuan" ini adalah merupakan resep "anti kejumudan" dan bisa memaksimalkan potensi dalam arah menuju "kesempurnaan" sebagai manusia.

Jadi, kalau Kepintaran itu masih berbicara tentang "atau", maka Kearifan itu sudah mengakui "dan". Jika dihubungkan dengan intelektualitas, artinya Kearifan itu merupakan kematangan intelektualitas.

Dualitas dari unsur yang "paradoks" ini selalu ditemukan baik dalam bahasan agama ataupun budaya/tradisi. 

Dalam Hindu, ada unsur Shiva dan Shakti (Durga), ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Ardhanareswara (penyatuan). Dan lahirlah anaknya, Ganesha (pengetahuan, gnosis).

Dalam Yahudi, ada unsur Ein Sof dan Sefirot. Penyatuan kedua unsur ini nanti akan berhubungan dengan "iluminasi" Zohar, jalan menuju Yahweh.
 
Dalam Zoroastrianisme (Majusi), ada unsur Ahriman (Angra Mainyu) dan Spenta Mainyu, lalu selanjutnya "memasuki" cahaya Ahura Mazda (Tuhan yang bijaksana).

Dalam Islam, ada unsur Jamaliyah (keindahan) dan Jalaliyah (kekuatan). Penyatuan kedua unsur ini nanti akan berhubungan dengan "mengenal" Allah, yaitu Makrifat

Dalam tradisi Cina, ada unsur Yin dan Yang, ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Tao (kebenaran). 

Dalam tradisi Jawa, ada unsur Lanang dan Wadon (Lingga - Yoni), ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Semar (kebijakan). 
 
Dan "titik tengah" dari semua itu adalah "kasih sayang" dan "cinta" (hubb, mahabbah), yang dalam konsep agama samawi digambarkan dalam sosok Isa putera Maryam (Jesus putera Maria). Dan "titik tengah" ini yang bisa menyatukan dualitas, sehingga mudah memasuki Singularitas, iya, "titik tengah" yang berupa Cinta Kasih. 

"Hatiku telah mampu menerima aneka bentuk; ia merupakan padang-rumputnya menjangan, biaranya para rahib, rumahnya berhala, ka'bah tempat orang berthawaf, sabaknya Taurat, dan mushafnya al-Qurโ€™an. Agamaku adalah Agama Cinta, yang kuikuti ke mana pun langkahnya; itulah agama dan keimananku.." (Muhyidin Ibn Arabi ra.)

"Yakinlah, di Jalan-Cinta itu: Tuhan akan selalu bersama-Mu.." (Mevlana Rumi ra.)

Itu makanya dalam tasawuf disebutkan, para salik (pejalan) itu tidak akan Ma'rifat jika tidak Mahabbah, dan begitu juga sebaliknya. 
 
Semoga..
#ombad #tasawuf 

Ket. Foto : 
Lukisan berjudul "Elysivm & Tartarvs" karya Ize Hawkeye .. dan tulisan di atas adalah analisis lukisannya.
 

16 December 2019

ADAM DAN MANUSIA PURBA

Dalam tinjauan Al-Quran, klasifikasi manusia itu ada 3 jenis, yaitu : 
 
1. Manusia sebagai AL-BASYAR, yaitu lebih ke "makhluk biologis" seperti halnya hewan, yaitu: ada bentuk atau postur tubuh, anggota badan, mengalami pertumbuhan atau perkembangan jasmani, makan, minum, melakukan hubungan seksual, beranak-pinak, dsb. 
 
2. Manusia sebagai AL-INSAN, yaitu manusia sebagai makhluk istimewa, ber-ilmu pengetahuan, punya nilai moral serta spiritual. Inilah inti dari manusia sebagai khalifah dan pemikul amanah (pemikul al-wilayah al-Ilahiyah).
 
3. Manusia sebagai AN-NAAS, yaitu manusia sebagai makhluk sosial yang harus bisa mengatur kehidupan sosialnya. 

Manusia purba itu poin 1 atau Al-Basyar saja, tetapi Adam adalah "manusia pertama" yang utuh, baik sebagai manusia Al-Basyar, Al-Insan maupun An-Naas. Dalam tasawuf ada istilah Al-Insan Kamil
 
Ibn Khaldun menggambarkan manusia purba ini sebagai alam kera (Alamul Qiradah), yang tidak memiliki kosa kata yang cukup untuk berkomunikasi (lebih ke bahasa isyarat atau simbol), juga penggunaan alat bantu yang sangat terbatas. 

Hal ini berbeda dengan Adam --sebagai "manusia pertama" di bumi-- yang sudah mampu berkomunikasi menggunakan bahasa lisan serta sudah dibekali ilmu pengetahuan.  

"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, 'Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini jika kamu yang benar'.." (QS. Al-Baqarah: 31)

Artinya Adam, serta generasi selanjutnya sudah memiliki pengetahuan tinggi untuk hidup di dunia. Misal, Nabi Idris telah memiliki kemampuan menulis, 

"Ada seorang Nabi yang menulis di atas pasir." (HR. Muslim)
 
Dalam Hadist lain, 

".. Nabi Idris adalah manusia pertama yang menulis dengan pena.." 

Dalam Al-Quran, kata "An-Naas" lebih banyak dibanding kata "Al-Insan", apalagi dibanding kata "Al-Basyar". 

Hal ini menyiratkan bahwa kualitas manusia itu harus bisa menjadi "An-Naas" dimana ia bisa mengatur aspek-aspek sosial serta budaya di dalam kehidupannya. Hal ini bisa dicapai jika masing-masing diri bisa memunculkan dan menguatkan sifat "Al-Insan" nya, bukan sekedar jadi makhluk biologis "Al-Basyar" saja, karena betapapun primitifnya, manusia itu bisa melakukan segala sesuatu yang dilakukan binatang sehingga seringkali kelewat batas dan tak terkendali. 

Jadi, tinjauan Teori Evolusi itu lebih ke konteks "Al-Basyar" aja, ada "penyesuaian" karena terikat ruang dan waktu. Dan tentunya bisa berbeda jika dalam posisi "Al-Insan" ataupun "An-Naas" karena lebih timeless and spaceless. 

Semoga...
#ombad #tasawuf

12 December 2019

KENAPA BABI DIHARAMKAN ?

Sampai saat ini, alasan secara rasionalnya belum jelas. Semua Muslim menerimanya itu dasarnya lebih ke menjalankan perintah Tuhan atau aturan syariat aja. 

Dulu pernah pakai alasan hewan kotor atau jorok, tapi seiring waktu, saat bermunculan peternakan babi modern yang higienis, alasan ini pun sudah tidak bisa relevan dan berlaku lagi.

Pernah juga ada alasan bahwa babi itu hewan penuh nafsu sex.. emang binatang yang lain enggak gitu..? Sama aja semua binatang itu, mau ayam, kambing, sapi, bahkan onta juga.. kalo ada betinanya nungging, ya langsung numpak.. emang sih, si bebong ini saat orgasme lama, yaitu 30 menit.. yang lain mah paling 1 menit doank.. ๐Ÿ˜‚ 

Pernah juga ada alasan ekonomi dan budaya saat itu terkait daerah Timur Tengah, ya bisa juga seperti itu.. tapi pengharaman babi ini kan berlaku sampai kiamat.. meski sekarang di Timteng bisa bikin peternakan yang bagus buat babi. 

Tetapi yang harus dicatat, biasanya dasar dari aturan syariat itu adalah untuk kebaikan manusia. Jika aturan syariatnya berhubungan dengan makanan atau minuman, maka pasti ada hubungannya dengan kesehatan. Itu makanya diharamkan makan Bangkai dan Darah pada ayat "diharamkan Bangkai, Darah, Daging Babi, Daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah" (lihat QS. Al-Baqarah: 173, Al-Maidah: 3, dan An-Nahl: 115) 

Tinggal dua alasan lagi yang harus dibuktikan. 
Pertama, si bebong ini ada kemiripan rantai DNA dengan manusia. Itu makanya organ babi bisa dijadikan organ transplantasi untuk manusia. Jadi makan babi seperti makan daging sendiri.. apakah ini nantinya ada hubungan dengan mutasi..? Wallahu a'lam, waktu belum memberikan jawaban.. ๐Ÿ˜ 

Kedua, alasan secara hakikat atau tasawuf yang lebih berhubungan dengan nafsu kebinatangan, dan ini lebih subjektif karena harus mengalami sendiri.. "terliar dari yang terjinak" .. ๐Ÿ˜‚ 
Baca ini : Tasawuf Dalam Seekor Babi, https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10215492474609914&id=1380159371 .. atau http://ombad69.blogspot.com/2019/08/tasawuf-dalam-seekor-babi.html?m=1 .. 
 
Cuma ya itu, kadang si bebong ini jadi momok haram yang sangat menakutkan bagi Muslim dibanding bangkai, darah, serta hasil sembelihan tanpa nama Allah. Padahal kalo tinjauannya urusan haram, saya pribadi lebih meyakini lebih haram makan "ayam yang dibeli pakai duit hasil korupsi" dibanding makan "babi yang dibeli pakai duit halal", kenapa..? 
Karena duit korupsi itu tanpa nama Allah dan ada kaitannya dengan merugikan yang lain (dzalim dalam hablum minannaas), sedangkan yang terakhir, yaitu si bebong mah hanya untuk diri sendiri.

Semoga..
#ombad #tasawuf 

07 December 2019

SIAPA YANG MENGHINA NABI..?

Sungguh aneh jika orang NU yang biasa jadi tukang shalawatan, istighosah, tahlilan, sarkub, dsb dituduh menghina Kanjeng Nabi. 

Masa gak paham, kami ini di NU menyebut Nabi aja pakai "Kanjeng Nabi" atau "Kanjeng Rasul", sebagai bentuk adab dan pemuliaan. Bahkan ketika bershalawat pun ditambah "sayyidina" karena merasa sangat tidak layak dan rendah jika harus menyebut nama Beliau secara langsung. 
 
Bagi kami, para penghina Nabi yang sesungguhnya adalah orang-orang yang gemar mengaku-aku keturunan Kanjeng Nabi, tetapi kelakuannya sangat bertolak belakang dengan Beliau, bahkan minus. 

Bukankah akhlaq Kanjeng Nabi itu, jika berceramah isinya itu tidak memaki, tidak melaknat, tidak ngawur, tidak hoax, tidak fitnah, bahkan tidak kasar dengan mengekploitasi nama-nama binatang..? 

Masa saat naik panggung, ayat Al-Qur'an atau Hadist dicampur dengan binatang-binatang yang memiliki kenajisan, mulai dari binatang yang berkadar najis Mutawasithoh, Mukhofafah, sampai yang Mugholadhoh.. ๐Ÿ˜‚ 
 
Dan yang mengherankan, mereka itu dari dulu tidak suka kepada NU. Apakah ini ada kaitannya sejarah masa lalu..? Apakah berhubungan dengan kasus DI/TII, atau PKI, atau urusan Masyumi..? 

Bahkan para Kyai NU yang berceramah dengan lembut, sambil guyon dan tersenyum pun tidak luput dari kebencian mereka. Mereka selalu menyerang Kyai NU, sambil menegangkan leher, mata melotot, teriak-teriak, wajah memerah, dan menarik urat lehernya, sehingga suara mikrofon pun makin menggelegar, bikin berisik, bikin gendang telinga mau jebol. Jadi mirip di terminal, berteriak-teriak kayak kondektur atau calo penumpang.. bahkan mereka memfitnah Kyai-kyai NU, sampai tuduhan munafik, murtad, bahkan kafir. 
 
Aneh.. padahal Kanjeng Nabi itu orangnya lembut, budi bahasanya halus, penuh adab, tidak pernah meluapkan kemarahan yang berapi-api.. Iya, kan aneh.. masa umatnya kayak yang lagi kesetanan..?! 

Jadi siapa penghina Kanjeng Nabi yang sesungguhnya..?

Semoga...
#ombad #NU

03 December 2019

TUKANG CACI MAKI

Suatu ketika Sayyidina Hasan bin 'Ali bin Abi Thalib ra. (cucu Rasulullah SAW) dicaci maki oleh orang yang tidak suka padanya. Beliau dicaci maki habis-habisan di depan putranya, tapi Beliau hanya diam saja tidak membalas.

Putranya kemudian bertanya, 

โ€œKenapa Ayah tidak membalas caciannya..? Bukankah Ayah tidak seperti itu..?โ€

Sayyidina Hasan menjawab, 

โ€œAyahku ('Ali bin Abi Thalib), Ibuku (Fatimah Az-Zahra), dan Kakekku (Muhammad SAW), mereka semua tidak pernah mengajariku bagaimana cara mencaci-maki. Jadi aku bingung dan tidak tahu bagaimana caranya membalas..โ€
 
Imam Malik ra. pernah berkata,

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุฅูู…ูŽุงู…ู ู…ูŽุงู„ููƒู -ุฑูŽุญูู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰-: (ุฅูู†ู’ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ูŠูุฏูŽุงููุนู ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู "ููŽูŠูŽุดู’ุชูู…ู ูˆูŽูŠูŽุณูุจู‘ู ูˆูŽูŠูŽุบู’ุถูŽุจู" ููŽุงุนู’ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุนู’ู„ููˆู’ู„ู ุงู„ู†ู‘ููŠู‘ูŽุฉูุŒ ูู„ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุญู’ุชูŽุงุฌู ุฅูู„ูŽู‰ ู‡ูŽุฐูŽุง).

"Jika engkau menyaksikan seseorang sedang membela Kebenaran (al-haq), tetapi lisannya mengeluarkan cacian, makian, sumpah-serapah dan mengobral kemarahan, maka ketahuilah bahwa Niat di Hatinya sudah terkotori, karena Kebenaran (al-haq) tidak membutuhkan semua itu." 

Jadi ciri orang yang berilmu (yang haq) itu mudah diketahui.. lihat saja karakternya, apakah ia suka membenci dan mencaci maki atau tidak..? 

Bukankah akan selalu ada "anjing neraka" yang biasa masuk mesjid, menguasai mesjid, tidur di dalamnya, bahkan sering melakukan propaganda dengan caci maki kalimat kotor, serta menjadi bughat..?
 
Ingat selalu, kalo pelajaran Biologi zaman old itu ada jenis Herbivora, Karnivora, dan Omnivora. Nah.. dalam pelajaran Biologi zaman now itu ada revisi, yaitu : Herbivora, Karnivora, Omnivora dan Nasbungvora. Dan ciri-ciri makhluk Nasbungvora adalah : berkaki dua, bertelur dua, berdarah panas, suka caci-maki, hidup di daratan, dan bertulang belakang.. ๐Ÿ˜€ 
 
**

Rasulullah SAW bersabda,

ุงู„ู’ุฎูŽูˆูŽุงุฑูุฌู ูƒูู„ูŽุงุจู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู

"Khawarij adalah anjing-anjingnya neraka." (HR. Ahmad & Ibn Majah)
 
Semoga..
#ombad #tasawuf 
 

22 November 2019

ORANG BERAKAL

Salah satu perintah dalam agama itu Mengolah Akal, itu makanya disebutkan tiada agama bagi orang yang tidak berakal. Dan salah satu ciri orang yang tidak mengolah akalnya itu adalah menelan bulat-bulat sesuatu yang masih mentah dari masa lalu. 
 
Tanda dari semua ini adalah terjadinya kemunduran di berbagai bidang, khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu orang-orang yang "kalah" ini melakukan pembelaan diri dengan ungkapan "kehidupan akhirat lebih penting" tanpa paham maksudnya. Padahal sudah jelas disebutkan bahwa manusia yang paling bagus kualitasnya di hadapan Tuhan itu adalah manusia yang paling bermanfaat bagi sesama, lingkungan sekitar dan lebih luas lagi, alam semesta ini. 

Hal ini merupakan konsekuensi dari "manusia sebagai khalifah alam", sebagai "saluran rahmat" bagi alam ini, dan bukan hanya alam akhirat saja. 
 
**
 
Menurut Buya HAMKA, dalam bukunya "Falsafah Hidup", orang berakal itu memiliki tanda-tanda nyata dalam sikap dan perilakunya sehari-hari, ada 9 kriteria yaitu : 

Pertama, orang berakal itu luas pandangannya kepada sesuatu yang menyakiti atau yang menyenangkan. Pandai memilih perkara yang memberi manfaat dan menjauhi yang akan menyakiti. Dia memilih mana yang lebih kekal walaupun sulit jalannya daripada yang mudah didapat padahal rapuh. 
 
Kedua, orang berakal selalu menaksir harga dirinya, yakni dengan cara menilik hari-hari yang telah dilalui, adakah dipergunakan kepada perbuatan-perbuatan yang berguna, dan hari yang masih tinggal ke manakah akan dimanfaatkan. Jadi, tidak ada waktu yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berfaedah, apalagi sampai menguliti kesalahan atau aib orang lain.

Ketiga, orang berakal senantiasa berbantah dengan dirinya. Sebelum melakukan suatu tindakan, ada timbangan yang digunakan, apakah yang dilakukannya baik atau jahat dan berbahaya. Kalau baik, maka diteruskan, jika berbahaya segera dihentikan.

Keempat, orang berakal selalu mengingat kekurangannya. Kalau perlu dituliskannya di dalam suatu buku peringatan sehari-hari. Baik kekurangan pada agama, atau pada akhlak dan kesopanan. Peringatan diulang-ulangnya dan buku itu kerapkali dilihatnya untuk direnungi dan diikhtiarkan mengasur-angsur mengubah segala kekurangan itu. 

Kelima, orang berakal tidak berdukacita lantaran ada cita-citanya di dunia yang tidak sampai atau nikmat yang meninggalkannya. Diterimanya apa yang terjadi atas dirinya dengan tidak merasa kecewa dan tidak putus-putusnya berusaha. Jika rugi tidaklah cemas, dan jika berlaba tidaklah bangga. Karena cemas merendahkan hikmah dan bangga mengihilangkan timbangan. 

Keenam, orang berakal enggan menjauhi orang yang berakal pula. Artinya, temannya adalah orang yang berhati-hati dalam hidupnya, sehingga terjaga komitmennya dalam memegang risalah kebenaran.

Ketujuh, orang yang berakal tidak memandang remeh suatu kesalahan. Walaupun bagaimana kecilnya di mata orang lain. Dia tidak mau memandang kecil suatu kesalahan. Karena bila kita memandang kecil suatu kesalahan, yang kedua, ketiga, dan seterusnya, kita tidak merasa bahwa kesalahan itu besar, atau tak dapat membedakan lagi mana yang kecil dan mana yang besar. 

Kedelapan, orang yang berakal tidak bersedih hati.Orang yang berakal tidak berduka hati. Karena kedukaan itu tiada ada faedahnya. Banyak duka mengaburkan akal. Tidak dia bersedih, karena kesedihan tidaklah memperbaiki perkara yang telah terlanjur. Dan, banyak sedih mengurangi akal. 

Kesembilan, orang berakal hidup bukan untuk dirinya semata, tetapi untuk manusia dan seluruh kehidupan. Orang berakal hidup untuk masyarakatnya, bukan buat dirinya sendiri. 

Dan selanjutnya, menurut Buya Hamka, orang berakal itu hanya memiliki kerinduan kuat pada tiga perkara. Pertama, menyediakan bekal untuk hari kemudian. Kedua, mencari kelezatan buat jiwa. Dan, ketiga, menyelidiki arti hidup.
 
Semoga..
#ombad #tasawuf 
 
Ket. Gambar..
Puzzle belum lengkap, jadi masih terkotak-kotak.

19 November 2019

TASAWUF DALAM SINKRONISASI GELOMBANG OTAK

Gelombang otak seseorang dapat melakukan sinkronisasi kepada orang lain. Jika bisa sinkron maka istilah umumnya disebut sebagai "satu pemikiran" atau "satu frekuensi berpikir". 
 
Sinkronisasi antar gelombang otak ini bisa terjadi karena medan elektromagnetik otak itu selalu mengirimkan informasi ke sekitarnya secara terus-menerus. Begitupun dengan medan elektromagnetik pada jantung. Jika seorang individu menghasilkan irama jantung koheren, maka kemungkinan terjadinya sinkronisasi antar gelombang pun akan terjadi. 

Kondisi ini mengisyaratkan, pada suatu kondisi psikologis tertentu (baca: koheren), seseorang akan menjadi lebih sadar serta bisa "menangkap" sebaran "kode" informasi yang dikodekan di medan elektromagnetik orang-orang di sekitarnya. 

Dalam budaya Sunda ada istilah "Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh", dimana Silih Asah itu saling menajamkan pikiran, saling mengingatkan. Silih Asih itu saling mengasihi. Silih Asuh itu saling mengasuh, saling membimbing. Tentunya akan sulit seperti ini jika otak (baca: pikiran) serta jantung (baca: hati, rasa) tidak bisa menangkap sebaran "kode" dari sekitar. Dan sikap Empati pun menjadi salah satu tandanya. 

Dalam tahapan selanjutnya, ayat-ayat Kauniyah (ayat-ayat Tuhan yang tersebar di alam semesta) pun akan lebih mudah untuk bisa diakses. Dan Pemahaman yang terintegrasi serta tidak terkotak-kotak pun menjadi salah satu tandanya. Sebutlah, pemahaman yang multidimensi, yang mengkolaborasikan IQ, EQ, SQ, serta AQ. 

Dari sini kita bisa paham, meski awalnya agama-agama itu dasar informasinya berlatar belakang Mistik atau Ghaib, melalui fenomena "rasa", sedikit demi sedikit tirai keghaiban pun akan dibukakan, kecuali bagi yang keukeuh membatasi diri, keukeuh dengan otak 2D nya, keukeuh dengan pikiran harfiahnya, ya beragama pun cukup dengan "katanya". 

Ajaran agama itu bukan sekedar "katanya" lalu tutup mata atau pakai kacamata kuda, kecuali kalo mau jadi kuda, ya tidak perlu mengolah akal, cukup terima saja jadi kuda.. jadi nanti lebih mudah dimanfaatkan oleh Imam atau Amir-nya.. ๏ฟฝ๐Ÿ˜€ 

Meski dalam diri manusia ada aspek "basyariyah" seperti kuda, tentu akan lebih bagus jika aspek "insaniyah" nya semakin diperbesar, dengan cara memadukan rasio dan rasa, sains dan iman, logika dan mistik, realita dan ghaib, syariat dan hakikat, ilmu dan elmu, sufisme dan matematika, bahkan tasawuf dan fisika kuantum. Jadi bukan sekedar fenomena iman atau spiritual yang selalu berseberangan dengan sains atau ilmu pengetahuan. 
 
Jadi "jahiliyah" itu bukan urusan masa lalu di abad 7 M saja. "Jahiliyah" itu bisa menulari siapapun karena ini sangat berkaitan dengan "sadar", yaitu: sadar akan dirinya, sadar dalam hubungan antar sesama, adab/etika, hukum, budaya dan lingkungan sekitarnya.
 
Semoga..
#ombad #tasawuf #dalam 

16 November 2019

KEBENINGAN

Kebeningan Qalbu itu merupakan hasil dari Kebersihan Hati, sedangkan Kebersihan Hati itu sendiri sangat dipengaruhi kualitas dalam proses "tadzkiyatun nafs". 

Kualitas Kebeningan Qalbu ini mempunyai korelasi dengan kualitas kejelasan "pandangan". Jelas atau tidaknya "pandangan" ini sangat dipengaruhi sedikit atau banyaknya hijab-hijab penghalang dalam hati. Sebutlah "intuitive filtering".
 
Rasulullah SAW bersabda, 

โ€œMimpi orang Beriman itu merupakan seperempat puluh enam dari Kenabian.โ€ (HR. Bukhari & Muslim, dari Anas ra.) 
 
"Mimpi" yang dimaksud di Hadist ini adalah "mimpi afaqi" atau petunjuk melalui Kebeningan Qalbu. Inilah yang disebut "pandangan" baik melalui mimpi ataupun melalui "Yaqazah" (penglihatan langsung dalam kondisi sadar). 
 
Dan juga, karena "jelasnya pandangan" maka semakin Qalbunya Bening, maka akan semakin mudah dalam mendeteksi "noda hitam" yang akan masuk ke hatinya. 
 
Rasulullah SAW bersabda: 

"Fitnah-fitnah akan melekat di hati bagaikan tikar, dengan berulang-ulang. Setiap hati yang termakan fitnah itu, maka pada hatinya akan terdapat bintik hitam dan setiap hati yang menolaknya, maka akan muncul bintik putih. Sehingga hati tersebut menjadi terbagi dua, putih yang bagaikan batu besar, sehingga tidak akan terkena bahaya fitnah, selama masih ada langit dan bumi. Sedangkan bagian yang lain hitam keabu-abuan seperti kuali terbalik, tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, kecuali hanya hawa nafsu yang diserap (hatinya)." (HR. Muslim, dari Hudzaifah ra.)
 
Selanjutnya, semakin Qalbunya Bening, maka akan semakin mudah "memisahkan" mana yang hawa nafsu dan mana yang bukan. 

Semakin Qalbunya Bening, maka akan semakin "jelas" mana yang Baik dan mana yang Buruk, sekalipun Keburukan itu disembunyikan (dibalut) dalam Kebaikan, atau sebaliknya. 

Dan semakin Qalbunya Bening, akan semakin Qana'ah dan Tawadhu baik ke luar maupun ke dalam dirinya untuk lebih bersikap Adil dalam mencari Kebenaran, seperti yg dikatakan Rasulullah SAW: 

โ€œBangunan yg benar harus di atas yang benar. Membangun kebenaran di atas kebenaran akan benar. Membangun kerusakan di atas kerusakan akan rusak." 

Dari uraian di atas bisa diambil kesimpulan, jika memang qalbunya Bening maka para Ahli Agama, atau para Ulama, atau yang mengaku Orang Beriman itu harusnya tidak bisa "termakan fitnah" dan sulit untuk diadu-domba karena ia lebih jelas dalam memandang, jelas bisa membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang tidak. Harap bisa dibedakan antara kata "difitnah" --yang memang merupakan hidangan sehari-hari para Ulama asli--, dengan "termakan fitnah" yaitu ikut terbawa dan bermain dalam "putaran arus" fitnah. 

Jika sebaliknya, ya berarti belum bisa dikelompokkan ke dalam kelompok Orang Beriman meski merasa sebagai Orang Beriman, karena qalbunya masih belum Bening, hatinya masih banyak hijab-hijab nafsu, apakah itu berupa hijab kepentingan pribadi, kepentingan duniawi, kesombongan, ego, emosi, rasa memiliki, eksistensi dan juga keakuan (ananiyah). 
 
Semoga.. 
#ombad #tasawuf 

Ket. Foto.. 
Mesjid Baiturrahman, Banda Atjeh, Hindia Belanda 1893 
 

14 November 2019

BIDADARI DALAM PEMISALAN

Seseorang bertanya, "Om, apakah bidadari ada..?" 
 
Pemisalan atau istilah Arabnya "matsala" dalam kitab suci itu akan selalu ada dan banyak. Pemisalan atau metafor-metafor ini ada karena perlu adanya penyederhanaan makna dari sesuatu yang berada di dimensi tinggi dengan kompleksitas serta rasa yang lebih tinggi. Sementara penerimanya berada di dimensi yang lebih rendah dengan bahasa dan akal yang lebih terbatas. 

Seperti halnya penggambaran surga yang sejuk, berpadang rumput, bersungai banyak dengan air jernih, bahkan air susu. Iya, karena manusia yang dihadapi pada waktu itu kondisi lingkungannya panas, gersang, kurang air sehingga air begitu berharganya, serta air susu pun menjadi minuman sehari-hari yang lebih mudah didapat daripada air tawar.

Ibn Abbas ra. pernah berkata:

ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ููู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ู…ูู…ูŽู‘ุง ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุฅูู„ุงูŽู‘ ุงู„ุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุกูŽ

"Tidak ada sesuatupun yang ada di surga dari perkara-perkara yang ada di dunia kecuali hanya sekedar nama-nama." 

Begitupun dengan bidadari. Tentu akan lebih mudah menjelaskan tentang "keindahan" dari isi surga dengan sesuatu yang bersifat fisik, apalagi ketika berhadapan dengan karakter orang Timteng (daerah gurun) pada abad 7 M.. 
 
Gimana cara menghadapi orang-orang dengan lingkungan yang buas, peminum minuman keras, penyuka pesta sex, tukang nyulik cewek, tukang rebut cewek, tukang perkosa, bunuh-bunuhan, perang antar suku, saling rebut cewek antar suku, dsb.. 

Pembelajaran seperti apa yang harus diberikan kepada orang-orang di lingkungan keras, lebih preman dari daerah beling seperti itu..?

Ya, salah satunya adalah dengan cara "menggeser waktu" buat bersenang-senang tanpa batas, nanti aja pada waktu akherat, yang penting sekarang itu hidup di dunia ini harus lebih baik, tertib dan beradab. Jadi di dunia sekarang mah jangan dulu seperti itu, nanti aja di akhirat. Pasti akan lebih enak dan nikmat kalo nanti di surga akhirat, nikmatnya pun berkali-kali lipat. 
 
Mau apa.. minum..? Silakan minum apapun yang paling enak.
Mau cewek cantik..? Ada, bahkan lebih cantik berkali-kali lipat kualitasnya, sekelas bidadari. Jumlahnya pun bukan hanya 4 orang, bahkan bisa lebih, untuk awal masuk aja langsung dapat 72 bidadari.. selanjutnya tak terbatas..!

Rasulullah SAW bersabda: 
 
"Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya." (HR. Bukhari)

Nah, jika anda punya anak kecil, pasti akan bisa paham apa itu mengiming-imingi, tentu dengan tujuan yang baik, agar karakter anak yang tadinya bandel berubah menjadi lebih baik.. adakalanya dengan mengiming-imingi, adakalanya juga dengan menakut-nakuti.. seperti itulah. Sampai akhirnya kita harus bisa berada diantara Roja' (rasa harap) dan Khauf (rasa takut). 

Dan selanjutnya, ketika aspek "pemisalan" secara fisik ini sudah "terlewati", hadist ini akan lebih mudah untuk diambil hikmahnya :

Rasulullah SAW bersabda :
 
โ€œAllah memiliki surga yang tanpa bidadari dan istana serta tanpa madu dan susu. Kenikmatan di surga itu hanya satu, yaitu melihat Dzat Allah.โ€ 
 
Untunglah.. dalam Rukun Iman tidak ada perintah untuk beriman kepada bidadari.. ๐Ÿ˜‚ 
 
Semoga..
#ombad #tasawuf 

Ket. Foto
Bidadari Island Beach

06 November 2019

HATI YANG TERCERAI

Sewaktu Syeikh Abu Saโ€™ad Al-Muharrimi ra. menyerahkan madrasahnya kepada muridnya yaitu Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani ra, kondisi Baghdad sedang kacau dimana umat sedang terpecah-belah, saling berebut pengaruh kepentingan kelompoknya, serta para tokoh agama menjadikan khutbah Jumโ€™at sebagai ajang untuk saling menjelekkan, menyesatkan bahkan mengkafirkan. 
 
Melihat kondisi seperti ini, maka Syeikh Abdul Qadir pun berniat untuk mempersatukan kembali umat yang sedang terpecah dan saling bermusuhan. Perpecahan diantara umat adalah akar masalah pertama yg harus segera dibenahi. Ilmu (agama) tidak pada posisinya yang benar jika hanya digunakan sebagai dalih untuk saling menyesatkan diantara sesama saudara.

Lalu Beliaupun menemui setiap tokoh dari masing-masing kelompok. Meski hampir semua yang dikunjunginya menolak, mengusir bahkan berbalik memusuhinya, Beliau tetap sabar dan istiqamah.

Disamping itu, melalui madrasahnya, Beliaupun mulai melakukan penerimaan murid dengan tanpa melihat nama atau asal kelompok juga status agamanya.

Kesabarannya ini membuahkan hasil yang menggembirakan, tampak perubahan dari para tokoh agama (Islam) yang secara rutin ia temui. Nasihat-nasihatnya yang lembut dan santun membuat para tokoh yang sering ditemuinya ini balik berkunjung ke madrasah yang diasuhnya, padahal usia mereka rata-rata lebih tua dari Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, bahkan perbedaannya ada yang sampai 40 tahun lebih tua.

Hasil ini belum memuaskan Syeikh Abdul Qadir karena permusuhan antar kelompok (Islam) ini masih tetap berlangsung. Akhirnya Beliau pun berinisiatif untuk mengundang para tokoh Islam di madrasahnya. 
 
Dalam pertemuan ini, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani berkata:

โ€œKalian ber-Tuhan satu, bernabi satu, berkitab satu, berkeyakinan satu, tapi kenapa dalam berkehidupan kalian bercerai-berai..? Ini menunjukkan bahwa qalbu (hati) memang tidak mudah menghadap kepada Allah.โ€

Ucapan ini begitu "menampar" jiwa dan hati para tokoh Islam. Sontak seluruh tamu saling meminta maaf karena merasa bersalah. Dan akhirnya, terwujudlah yang dicita-citakan Beliau yaitu Kebersamaan, Persatuan, dan bukan perpecahan antar kelompok. 
 
**
  
Jadi inget waktu kecil ketika ikut shalat berjamaah di mesjid, meski saya di barisan paling depan di samping Bapak, namanya juga anak kecil, saya masih bisa menoleh ke belakang dan melihat anak-anak yang lain saling berebut mainan, saling dorong, bahkan saling sikut menyikut. 

Dan sangat disayangkan ternyata kelakuan anak-anak kecil berebut mainan saat shalat seperti itupun dicontoh juga oleh para bangkotan yang keras kepala, meski mainannya sudah bukan berupa gasing atau robot-robotan, tetapi Eksistensi, Ego, Ashobiyah, dan juga Kepentingan pribadi (kelompok).. tentu atas nama agama. 
 
Ternyata berjalan bersama itu sedemikian sulit, padahal bacaan awal sesudah takbiratul ihram dalam shalat pun sama, yaitu "inni wajjahtu wajhiya..."
 
Kondisi seperti ini --dalam kitab Ihya Imam Ghazali ra.-- adalah Kejahilan atau Kebodohan yang paling berat, dan disebut sebagai Kekacauan Ilmu (confusion of knowledge). 

Hal ini terjadi bukan karena kurang ilmu atau tidak sekolah, tetapi karena pemahaman yang salah, kacau-balau, rusak, terkotak-kotak dan tidak terintegrasi. Pemahaman yang rusak ini salah satunya dilatar-belakangi oleh kurangnya pondasi dalam ilmu (syariat, aqidah, Tadzkiyatun Nafs), sehingga pemahaman akal lebih dikedepankan dari pemahaman hati (iman). Kekacauan Ilmu ini akan mengantarkan kepada kebimbangan, keraguan, pembangkangan, su'ul adab, ego dan KEAKUAN. 
 
Semoga... 
#ombad #tasawuf

28 October 2019

KESESATAN BERPIKIR

Kesesatan dalam menapaki jalan spiritual, seringkali terjadi pada para penempuh spiritual. Kesesatan ini terjadi karena ketidaktepatan dalam memaknai proses yang biasanya muncul berupa fenomena-fenomena tertentu. 
 
KETIDAKTEPATAN dalam 'menterjemahkan' suatu fenomena ini sering terjadi karena pemahaman yang tidak lengkap dan terintegrasi, dan juga karena adanya pengaruh dari dorongan hawa nafsu seperti : Kepentingan pribadi, aspek Hubbud Dunya, Ketenaran (sum'ah), Politik, Kekuasaan, Kesombongan, dsb. 
 
Dalam sosiologi, ini mungkin bisa dikategorikan KESESATAN BERPIKIR INDUKTIF, yang berupa : 
 
1. Kesesatan Dalam PENGAMATAN; tidak lengkap dan tidak teliti. 

2. Kesesatan Dalam PENGELOMPOKAN;  tidak lengkap, tumpang-tindih dan campur-aduk. 
 
3. Kesesatan Dalam PENENTUAN HIPOTESIS; meragukan dan bertentangan dengan fakta. 
 
4. Kesesatan Dalam ANALOGI. 
 
5. Kesesatan Dalam PENENTUAN SEBAB, yaitu : 
 
- Tergesa-gesa mengambil kesimpulan (Post Hoc Propter Hoc), 
 
- Analisis yang tidak cukup antesedennya, dimana untuk mendukung suatu analisis agar mudah mendapat pengukuhan, haruslah dilakukan dengan menyebutkan anteseden-anteseden secara lengkap dan mereduksi faktor-faktor yang tidak relevan. Bila tidak demikian maka kesimpulan yang diambil tidak akan merupakan akibat atau tidak ditarik dari antesedennya.

- Analisis tanpa perbedaan-perbedaan. 
Jika membuat analisis tentang perbedaan-perbedaan tetapi justru tidak mengemukakan perbedaan-perbedaannya maka analisisnya tidak sah. Terutama bila menggunakan metode ataupun perbandingan.

- Keseiringan untuk sementara yang kebetulan. Hal-hal yang terjadi secara seiring kali menimbulkan kesesatan dalam menafsirkan atau dalam usaha untuk memahaminya. Kesesatan ini oleh karena tergoda oleh Metode Berpikir Sebab - Akibat.
 
- Generalisasi yang tergesa-gesa. Kesesatan ini sebenarnya sederhana, dimana hanya merupakan penyimpulan yang berlebihan dari yang dapat dijamin oleh bukti yang diajukan. Mungkin catatan peristiwa atau faktanya belum tuntas tetapi telah menyusun kesimpulan secara final. 

Dan satu yang penting, bagaimanapun dibutuhkan kekuatan logika (nalar) karena ini berhubungan dengan "ketepatan" cara berpikir. Bagaimana cara menyusun "pikiran" sehingga dapat menggambarkan ketepatan dalam memaparkan ilmu (baca : fenomena). Jadi harus diingat bahwa "Tepat itu belum tentu Benar", sedangkan Benar selalu mempunyai dasar yang tepat, sehingga logika pun tidak mempersoalkan "kebenaran sesuatu yang dipikirkan" akan tetapi membatasi diri pada ketepatan susunan berpikir yang menyangkut ilmu, pengetahuan maupun fenomena spiritual. 
 
Semoga..
#ombad #tasawuf

21 October 2019

BERAGAMA PALSU

Calon Penghuni Surga yang sebenarnya tentu berbeda dengan yang merasa memiliki surga. Salah satu perbedaannya adalah masalah ADAB, karena Adab ini merupakan hasil beragama (secara esensi). Itu makanya Rasulullah SAW mengatakan, 

โ€œSeorang Mukmin bukanlah orang yang suka mencela dan bukan orang yang suka melaknat serta bukan orang yang suka bicara jorok dan kotor..โ€ (HR. Bukhari, dari โ€˜Abdullah bin Masโ€™ud ra.)

โ€œOrang yang suka melaknat tidak akan menjadi pemberi syafaโ€™at dan tidak pula syuhada pada hari kiamat..โ€ (HR. Muslim)

Jadi yang dibutuhkan oleh mereka itu adalah upaya dalam pembersihan jiwa (nafs) dan hatinya, supaya bisa mendekati derajat para calon penghuni surga, yaitu para Shidiqqun (bening, jelas). Sehingga diharapkan adanya peningkatan kualitas Adab atau budi pekertinya ke arah yang semakin baik sesuai dengan esensi dari hadist ini, 

โ€œTidak sepatutnya bagi seorang Shiddiq menjadi pelaknat.โ€ (HR. Muslim, dari Abu Hurairah ra.) 

Sungguh sangat disayangkan jika selalu membawa agama dan Tuhan bahkan mengatasnamakan-Nya, tetapi gagal dalam beragama dan Kemanusiaan. 
 
Dan sungguh mengkhawatirkan ketika hasil beragama hanya jadi "merasa beriman" lalu secara terang-terangan selalu mengecam bahkan melaknat yang lain yang dianggapnya setan/iblis, sementara dirinya tanpa sadar merupakan temannya setan/iblis ketika dalam Kesunyian.
 
Ya, memang setan di dalam diri itu sulit ditemukan.. meski sudah bisa diketahui "bayangan setan" nya, yaitu Kebencian. 
 
Semoga..
#ombad #tasawuf 

20 October 2019

AGAMA ITU BATAS

Agama di satu sisi untuk belajar "membatasi" tapi juga bisa jadi "jebakan" saat terlalu kuat aspek "membatasi" nya..

- Bagi anak-anak ya bagus karena belajar "batas" sehingga bisa "membatasi" pemikiran.. atau menyederhanakan pemikiran.. dalam bentuk "nurut", paham ataupun tidak..

- Bagi orang dewasa atau para pemikir, ya silakan explore pemikiran dan pemahaman seluas-luasnya.. jangan cepat menyerah dan berlindung pakai kata "pasrah".. bukankah ibadahnya orang berilmu itu punya nilai lebih.

Dalam urusan mengolah pemikiran dan pemahaman ini, menurut Islam itu batasannya cuma hadist ini : 

"Apabila ia sampai ke pertanyaan itu --tentang Dzat Allah-- hendaknya ia berlindung kepada Allah dan berhenti.โ€ (HR. Muslim)

Tentunya "pembatasan" dan "kebebasan" berpikir ini tetap dalam koridor BAIK secara holistik (Ihsan) yang jadi tujuan penciptaan, lalu bisa Bahagia Dalam Keselamatan, dan akhirnya Selamat Dalam Kebahagiaan. 

Semoga..
#ombad 

NU VS POLITIK GINCU

Pemilu pertama jaman Orba dilaksanakan pada tahun 1971, meski Soeharto sudah menduduki kursi kekuasaan sejak 1967. Pemilu 1971 bukan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya anggota DPR, DPRD (Provinsi & Kabupaten). Pemilihan Presiden beserta wakilnya menjadi tanggung jawab Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 

Pemilu 1971 masih diikuti cukup banyak kontestan, yakni 9 partai politik dan 1 "organisasi masyarakat" yaitu GOLKAR. Hebatnya, Golkar sebagai pendatang baru, langsung menang mutlak, mengalahkan pilihan mayoritas waktu itu, yaitu PNI dan NU.. ๐Ÿ˜‚ 
 
Para peserta Pemilu 1971 antara lain: Partai Katolik, Partai Nahdlatul Ulama (PNU), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Partai Kristen Indonesia, Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Islam PERTI, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Muslimin Indonesia, dan Golongan Karya (Golkar) dari ormas. 
  
Saat Orde Baru berkuasa, pada tahun 1973, puluhan partai politik "disederhanakan" menjadi dua partai politik yaitu PPP dan PDI, serta satu "bukan partai politik" yaitu GOLKAR (Golongan Karya). 
 
Dan ngenesnya, ormas NU yang waktu itu masih "berpolitik" dan berafiliasi ke PPP, para aktivisnya banyak menderita khususnya saat musim Pemilu (1977, 1982 dan 1987). Guru atau Kyai saya yang punya pesantren di kampung pun menjadi salah satu korbannya, wafat saat khutbah Jumat akibat sakit jantung, setelah lingkungan pesantrennya selama berapa minggu "dijaga" para personel ABRI. 

Bapak saya dan teman-temannya pun kena imbasnya, karena beliau juga aktivis NU, harus sembunyi, banyak fitnah, ancaman dan teror via surat kaleng, bahkan sampai mau diculik malam-malam.. padahal Bapak saya itu PNS (guru) lho.. ๐Ÿ˜Š 

Kondisi seperti inipun dialami para aktivis PNI yang katanya harus berafiliasi ke PDI, mereka banyak mengalami diskriminasi termasuk urusan administrasi dan karirnya.  
 
Perlu diketahui, dalam PPP ini tergabung Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan Persatuan Tarbiyah Indonesia (PERTI). Sedangkan dalam PDI tergabung Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Murba dan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). 
 
Untungnya, waktu jaman ketua PBNU-nya Gusdur, pada Muktamar ke-27 NU di Situbondo tahun 1984, menyepakati hasil terpenting yaitu kembalinya NU ke Khittah 1926 dan penerimaan terhadap Pancasila sebagai asas tunggal.

Ormas NU pun netral kembali (Khittah 1926) serta membebaskan para anggotanya dalam urusan perpolitikan. Dan dengan pertimbangan "keselamatan", Bapak saya pun "masuk" Golkar.. dan akhirnya jadi Tutor P4 Nasional.. ๐Ÿ˜‚ 
 
Ehh.. pas Gusdur bikin PKB pada bulan Juli 1998.. malah ikut nyebarin PKB.. NU hard core juga.. untung sudah pensiun.. ๐Ÿ˜‚ 
 
Nah.. pengalaman seperti itu yang menyebabkan saya kurang suka politik dan berpolitik, meski dulu sama ortu disuruh jadi aktivis dan masuk partai paporitnya.. ๐Ÿ˜‚

Semoga..
#ombad #sejarah #NU

11 October 2019

INNERSMILE

Saat agama mengajarkan "Senyum adalah Ibadah", maka "senyum" ini berlaku secara keseluruhan dimana selain senyum dari sisi lahir juga harus bisa senyum dari sisi batin, atau Innersmile.

Jika "tertawa" secara lahir dianggap sebagai bentuk "kebahagiaan" secara batin, maka "senyum" secara lahir juga bisa berkorelasi dengan "kebersihan" secara batin. Konteks di sini bukan dalam tataran kemunafikan, tapi lebih ke "cerminan" jiwa yang terbawa ke tubuh fisik.

Kebersihan secara batin tentunya berkorelasi dengan sifat-sifat di dalam diri. Semakin banyaknya sifat-sifat yang positif (Positive Mental Attitude) yang muncul maka semakin bersih juga jiwa (atau hatinya). Itu makanya agama mengajarkan "Kebersihan itu sebahagiaan dari Iman", bukan hanya bersih secara lahiriah tetapi juga batiniah.

Tentu ada makna yang tersembunyi ketika dalam bahasan Fiqh selalu diawali dengan bab Thaharah (pembersihan, penyucian), dan begitu juga dalam bahasan Tasawuf yang selalu diawali dengan bab Taubat untuk menyucikan jiwa dan membersihkan kotoran-kotoran hati.

Jika tubuh batin diibaratkan lampu, maka bagaimana caranya agar lampu ini bisa menyala, pancaran cahayanya bisa indah, lalu bisa memancar ke luar tubuh tanpa terhalangi, karena kotoran-kotoran dalam hati akan meredupkan, membuat kusam, bahkan menutupi pancaran cahayanya. Bagaimana caranya agar tubuh batin bisa tersenyum (innersmile) sampai akhirnya terpancar. Ya, tentunya ini berhubungan dengan kualitas pembersihan dari kotoran-kotoran hati.

Proses pembersihannya sendiri berhubungan dengan aspek ibadah (secara esensi), dimana bisa melalui doa (istighfar), taubat, instrospeksi, meditasi, dsb. Ibadah di sini bukan sekedar ritual tetapi lebih ke Muhasabah (introspeksi dan evaluasi diri), khususnya dengan ke-empat aspek ini, yaitu Sabar, Syukur, Pasrah dan Ikhlas.

Bukankah orang yang cerdas itu adalah yang bisa berintrospeksi dan mengevaluasi dirinya sendiri serta bisa beramal untuk kehidupan..?

Dan saat Muhasabah Diri bisa diterima-Nya, maka taman Innersmile dalam jiwa pun siap untuk menumbuhkan bunga-bunga Innerbeauty yang indah, harum dan sedap untuk dipandang, bahkan juga bisa untuk "menghalau" penyakit dan memperkuat sistem immun tubuh.

Semoga..
#ombad #innersmile #innerbeauty


24 September 2019

MENUJU INNER BEAUTY

Ada seorang wanita bertanya cara supaya Inner Beauty. Inner Beauty (khususnya pada wanita) itu sangat dipengaruhi faktor-faktor dari "dalam", dan bukan secara fisik.

Beberapa hal yang mempengaruhi optimalisasi pancaran Inner Beauty diantaranya :

1. GESTURE (Bahasa Tubuh)

Keselarasan antara kondisi jiwa, pikiran dan hati akan memunculkan gesture yang natural. Keselarasan ini yang akan memancarkan Inner Beauty seseorang. Saat Jiwa, Pikiran serta Hati bisa selaras maka pancaran aura nya bisa optimal, dan berbeda jika banyak konflik di dalam dirinya. Konflik di dalam diri, selain bisa menguras energi juga bisa memunculkan aura yang tidak baik (kusam, redup, dsb).

Cara untuk memperbaikinya adalah belajar "deal" dulu dengan diri. "Deal" ini terkait dengan "penerimaan", "pensyukuran" dan "penyelarasan". Meditasi ataupun cara-cara meditatif lainnya bisa dijadikan solusi agar bisa "deal", sampai akhirnya bisa "menyentuh" frekuensi natural tubuh. Kondisi optimum yang bisa dicapai adalah saat "hati" (beauty soul) bisa dikedepankan.

2. OPEN HEART (Keterbukaan)

"Keterbukaan" ini bisa muncul jika proses "deal" dengan aspek-aspek dalam diri sudah berhasil, dan selanjutnya pelepasan "blocking" diri secara bertahap.

3. CENTERING

Centering yang dimaksud adalah selalu "diam" di tengah-tengah dada. Aspek psikologis tengah-tengah dada ini sangat berhubungan dengan Keterbukaan, Keseimbangan, Respon Seni dan Kasih Sayang.

- "Keterbukaan" ini berhubungan dengan aspek pelepasan blocking diri, agar bisa menyelaraskan jiwa, pikiran dan hati.

- "Keseimbangan" ini berhubungan dengan aspek pengaturan "konsumsi" energi tubuh, sehingga bisa menyeluruh, terbagi secara proporsional dan tidak terfokus di satu bagian tertentu.

- "Respon Seni" ini berhubungan dengan aspek sensitivitas rasa dan selanjutnya harus bisa diarahkan menjadi positif, yaitu empati.

- "Kasih Sayang" ini berhubungan dengan aspek "kebersihan" hati, bukan berisi "kekotoran" seperti kebencian, keculasan, dendam, iri hati, sombong, dsb.

Keempat hal di atas akan sangat berpengaruh dalam mengembangkan karakter mental positif, khususnya OPTIMISME dan KEPERCAYAAN DIRI. Dan kedua karakter ini merupakan dasar dari Inner Beauty.

4. PROFIL AURA SEIMBANG

- Profil kulit aura terluar tidak ekstrim perbedaannya. Ini berhubungan dengan kestabilan emosi. Makin "smooth" profilnya maka makin bagus kestabilan emosinya.

- Kehalusan aura. Ini berhubungan dengan Fleksibilitas. Makin halus auranya maka akan makin fleksibel, terbuka dan makin pengertian.

- Kepadatan aura. Ini berhubungan dengan ketakutan dan kekhawatiran. Semakin padat maka semakin berkurang juga ketakutan dan kekhawatirannya.
 
Bisa dilihat bahwa semua faktor-faktor di atas itu kebanyakan sangat berhubungan dengan aspek tengah-tengah dada, atau dengan kata lain biasa mengedepankan Kasih Sayang.

Semoga..
#ombad #innerbeauty

**

BLOCKING diri yang bagi sebagian orang susah dibuka akan menjadi begitu mudahnya, akan "klik" dengan sendirinya, saat menemukan orang-orang yang cocok. Apakah itu kesamaan frekuensi pemikiran..? Mungkin seperti itu. "Terbuka" dalam arti "open heart & mind".

Masing-masing diri seperti menemukan teman karibnya di masa lalu, seperti sudah lama bersahabat bahkan sebelum lahir ke dunia. Tanpa ada batas atau sekat, baik itu umur, SARA, ataupun aspek materi lainnya.. yang ada serta "connect" hanyalah "esensi".

Dalam perjalanan hidup, siapa pun akan mempunyai masalah, dari ringan sampai berat, bahkan yang sangat berat. Ada yang bisa terselesaikan ada juga yang tidak, lalu akhirnya tanpa sadar menjerat dirinya, mem-blocking dirinya bertahun-tahun.

Kesabaran.. iya, kesabaran pun kadang "dipaksa" Tuhan, sabar saat tetap sulit dalam memecahkan blocking diri, sampai saatnya nanti menemukan orang-orang yang "satu frekuensi" dan memunculkan TRUST dengan sendirinya.

TRUST inilah yang bisa menjadi Kunci Pembuka Dada. TRUST inilah yang bisa memutuskan ikatan-ikatan blocking sehingga akhirnya mudah dilepaskan, lalu para "sahabat masa lalu" ini akan saling membantu sahabatnya agar bisa bersih dari blockingnya.

TRUST inilah yang menjadi awal dari semuanya saat masing-masing diri berusaha membuka dirinya dan bisa mengikis egonya masing-masing. Ego yang terbentuk karena merasa cerdas, kaya, dsb. Ego yang makin membatu karena urusan politik. Ego yang selalu mengedepankan bungkus. Ego yang selalu menutupi Trust, Kesehatan dan Kebahagiaan.

Terima kasih buat semua.. mudah-mudahan kita makin sehat dan bahagia, lahir batin.. ๐Ÿ™

Dan kita berhak untuk bahagia..

**

AURA STABIL, KESTABILAN EMOSI

Karakter Aura seseorang sangat berhubungan dengan Kestabilan Emosinya. Di satu sisi Aura yang "ditampilkan" ini kondisional, dimana kondisinya sangat dipengaruhi psikologis tubuh setiap saat, tetapi juga secara garis besar, setiap orang mempunyai ciri khas "aura" nya karena sangat erat dengan "komposisi" Paduan Unsur (Elemen) tubuhnya, dan banyak dipengaruhi pengalaman hidupnya (masa lalu).

Aura yang stabil (baca: Kestabilan Emosi) sangat dipengaruhi :

- Tingkat Kepadatan yang tinggi. Aura yang bolong-bolong (porousitasnya tinggi) ini riskan terhadap pengaruh negatif dari luar, artinya mudah terpengaruhi Ketakutan dan Kekhawatiran. Dan ujungnya, penyakit ataupun stress.

- Tingkat Fleksibilitas yang tinggi. Ini lekat hubungannya dengan "ketahanan" mental dan psikologis. Dan ujungnya berhubungan dengan "positive mental attitude".

- Tingkat Kecerahan yang tinggi. Ini lekat hubungannya dengan "positive thinking". Warna/cahayanya yang redup akan memudahkan timbulnya "negative thinking". Dan ujungnya, pesimisme dan negative thinking.

- Profil (kulit) terluarnya halus atau tidak kasar. Kondisi ini kental hubungannya dengan "reaktivitas" terhadap aspek emosi. Makin tinggi perbedaan "puncak" dan "lembah" maka akan makin tinggi juga "konflik" emosi. Dan ujungnya, Konflik diri dan mudah stress. (lihat gambar di bawah, garis yang mulus dan tidak bergelombang)

- Kontinuitas aliran internal auranya bagus. Ini lekat hubungannya dengan immun tubuh (kesehatan).

Cara untuk memperbaiki Kestabilan Aura ini bisa berbagai cara, diantaranya:

- Memahami karakter masing-masing chakra.

- Me-manage aspek psikologis dari masing-masing chakra. Ini bisa lewat yoga, proses transformasi kesadaran seperti meditasi, dzikir, tawajjuh, ibadah/doa, dsb.

- Upaya "centering" di tengah-tengah dada secara terus-menerus. Ini ada hubungannya dengan kepercayaan diri dan inner beauty.

- Pengolahan "bawah sadar" dalam hubungannya dengan memori-memori buruk dari masa lalu.

Semoga...
#ombad #kundalini


18 September 2019

TASAWUF DALAM SECOBEK SAMBAL

Sambal itu satu tetapi bermacam-macam jenis, nama dan rasanya. Menyatukan semua rasa, apakah itu asin, kecut, masam, gurih, manis ataupun pedas. Begitupun manusia, meski komposisi organ-organ tubuhnya sama tetapi bisa berbeda karakter, pemikiran dan sifatnya.

Saat garam, gula merah dan cabe bisa menyatu, mereka akan meleburkan dirinya masing-masing. Mereka akan saling berkoordinasi serta bekerjasama dalam kebersamaan, sampai akhirnya semuanya pun ikhlas saat dinamai Sambal.

Mereka tetap tawadhu dengan menghindar dari jebakan ego masing-masing saat bersama. Tidak ada itu sambal garam, sambal gula, ataupun sambal cabe. Bahkan mereka akan mempersilakan siapapun yang ingin berkolaborasi. Terasi datang, silakan dinamai Sambal Terasi. Mangga ikut, monggo kalaupun dinamakan Sambal Mangga. Bahkan pete yang bau ikut pun akan dinamakan Sambal Pete. Kenapa..? Karena bagi mereka yang lebih penting itu adalah membawa pesan kenikmatan dalam hal rasa bagi lidah manusia.

Jika saja manusia bisa meniru sambal dalam ketawadhuannya, maka jiwa-jiwa manusia pun akan mendapat kebahagiaan, serta spiritualnya pun akan terpuaskan. Saat ego-egonya bisa saling melebur dan bisa bekerja sama secara harmoni, maka tujuan hidup pun akan tampak jelas. Sang diri akan menjadi sumber kebahagiaan, dimana ia akan bahagia saat bisa melayani dirinya, keluarganya, orang lain serta lingkungan sekitarnya.. seperti halnya secobek sambal yang menawarkan kenikmatan. Iya, kepuasan, kenikmatan dan kebahagiaan.

Hidup dan menikmati hidup itu sebaiknya seperti menikmati sambal. Tidak hanya melihat cabenya saja yang pedas, lalu segala sesuatu yang terjadi dianggap membuat buas. Tidak hanya melihat garamnya saja yang asin, lalu segala sesuatu yang terjadi dianggap toksin. Tidak hanya melihat gulanya saja yang manis, lalu segala sesuatu yang terjadi dianggap bisnis. Tidak hanya melihat tomatnya saja yang masam, lalu segala sesuatu yang terjadi dianggap dendam. Bahkan tidak hanya melihat terasinya saja yang bau, dan segala sesuatu yang terjadi dianggap bikin malu.

Kejadian yang awalnya dianggap buruk dan merugikan dalam pandangan sang diri, siapa tahu itu baik dan menguntungkan menurut Tuhan. Bukankah Tuhan selalu memberi yang terbaik, meski manusia seringkali menganggap sebaliknya. Seperti halnya orang-orang tersenyum saat melihat tangisan seorang bayi yang lahir ke dunia, ataupun orang-orang bersedih saat melihat anggota keluarganya meninggal meskipun meninggalnya dalam kebahagiaan.

"Jika kau menginginkan kesenangan,
Sepenuhnya lepaskan semua kemelekatan.
Dengan melepaskan semua kemelekatan,
Kesenangan paling sempurna ditemukan.
Selama kau mengikuti kemelekatan,
Kepuasan tidak akan pernah ditemukan.
Siapapun menjauhi kemelekatan,
Dengan kebijaksanaan mencapai kepuasan.." (Sidharta Gautama)

Nikmat itu akan datang ketika kejadian-kejadian yang teralami dengan bermacam-ragam efeknya tersebut bisa diterima dengan ikhlas. Dan keikhlasan ini yang akan membuka pikiran dan hati untuk membuka lembaran petunjuk dan hikmah dari langit.

Kesimpulan yang terburu-buru diambil terhadap sebuah kejadian yang tidak sesuai ekspektasi seringkali mengurangi bahkan menghilangkan rasa syukur dan kebahagiaan.. seperti halnya menghakimi pedasnya setiap sambal dengan tergesa-gesa, padahal sambal non-pedas yang enak pun ada.

Ahh.. dan nikmat pedasnya sambal pun menanti rangkulan helai-helai daun muda.

Semoga...
#ombad #tasawuf #dalam

09 September 2019

TASAWUF DALAM KECEMBURUAN

Ahh... memang cemburumu itu lahir dari cinta, karena takut ikatan cintaku melemah dan hilang, seperti halnya ketakutan jika ada yang lain menempati ruang-ruang hati sang Kekasih.

Ohh... kadang kau putuskan setiap tali yang akan mengikatku untuk menjauhimu. Kau putuskan tali yang satu ke tali yang lain dan aku hanya bisa terdiam pasrah, seperti halnya tubuh yang terus-menerus terdesak mundur dan akhirnya punggung pun menempel dinding batu, terpepet dalam kepasrahan.

Kuingat... seringkali kaupaksa agar ketidak-patuhanku kepadamu berujung ambruk dalam keheningan.

Kuakui... seringkali rasa sukamu menggiringku agar tunduk serendah-rendahnya sampai air mata tak dapat kubendung seperti halnya kepatuhan awan untuk menyirami tanah gersang.

Kupaham... seringkali pikiranku dalam kebingungan yang memuncak ketika mempertimbangkan rasa cemburumu dan aku tidak bisa mengelak akibat dari rasa cintamu.

Kurasa... seringkali kaudatang tiba-tiba dengan penuh hasrat dan ketika kupandang cermin, keindahan wajahmu dalam cermin telah menawan diriku, serasa aku mencintai diriku sendiri. Ahh, di cermin itu yang ada hanya gambaran wajahmu.

Kusadar... aku dari bawah ke atas, Engkau dari atas ke bawah. Mendekatimu yang Sendiri, tidak bisa dengan sendiri.

Ahh, Cinta... kecintaanmu kebutuhanku tetapi keinginanku kecemburuanmu. Kecintaanmu kesendirianku tetapi keramaianku kecemburuanmu. Kecintaanmu kelemahanku tetapi kekuatanku kecemburuanmu. Kecintaanmu kebisuanku tetapi perkataanku kecemburuanmu. Kecintaanmu kepasrahanku tetapi tanda-tanyaku kecemburuanmu.

Iya... Engkau memang Pencemburu seperti kata utusanmu.

Dan aku tetap menyelam dalam keheningan mutiara serta kedalaman permata dengan iringan kepakan sayap-sayap rajawali.

**

Aku : "Mengapa aku tidak pernah mendengar suara Tuhan..? Padahal aku sangat rajin berdoa."
Diri : "Karena kamu terlalu sibuk bicara dan tidak memberikan kesempatan Tuhan bicara."
Aku : "Bagaimana mendengar suara Tuhan..?"
Diri : "Tutup kedua telinga, kedua mata dan mulutmu, lalu bukalah pintu hatimu."

"Allah itu pencemburu dan orang beriman juga pencemburu. Cemburu-Nya adalah sifat yang muncul bilamana seorang hamba yang beriman melakukan apa yang telah dilarang-Nya." (HR. Bukhari, Muslim & Tirmidzi, dari Abu Hurairah ra.)


Semoga...
#ombad #tasawuf #dalam

05 September 2019

MASUK ITB (Part 2)

(Fase Cicadas)

Undangan syukuran masuk ITB akhirnya diberitahu ke rumah-rumah dan tahlilan pun dilakukan sesudah Asar.

Malamnya kami diskusi dan disarankan ikut numpang dulu di rumah adik bungsu Bapak di Cicadas untuk sementara, jangan lama-lama dan harus cari kontrakan (yang murah) tentunya. Tidak lupa menegaskan, "turun di Terminal Cicaheum, lalu naik bis kota Cibeureum, dan minta ke kondektur supaya diturunin di Cicadas".

Hari Sabtu pagi akhirnya berangkat menuju Bandung setelah sebelumnya saya disuruh tidur terlentang sama Emak lalu dilangkahin 3 kali.. Gak tau juga maksudnya apa.

Saya pun berjalan kaki seperti biasanya (30 menit) menuju terminal kecamatan sambil menenteng tas bekas penatarannya Bapak (bukan ransel) yang berisi beberapa helai baju, celana, serta surat/dokumen yang diperlukan.

Akhirnya sampailah di Terminal Cicaheum sekitar jam 13 an, lalu naik Damri Cibeureum, dan berhenti di Cicadas. Secarik kertas alamat bertuliskan "Mang Aip, Gg. Samsi II Cicadas" pun dilihat lagi.

Sambil bertanya-tanya, sampailah di lingkungan terpadat di dunia dan rajinnya bungkuk badan sambil "punten". Jalan putar-putar di gang sempit sambil nanya-nanya "rumahnya Mang Aip asal Garut" sudah hampir satu jam belum juga ketemu.

Saat udah hampir frustasi, keringatan dan lapar.. akhirnya.. pada waktu Asar ada orang memberitahu "ada juga nama AEP yang asalnya dari Garut, rumahnya di sana.." sambil ditunjukin. Dan benar akhirnya ketemu, paman yang tadinya bernama Aip jadi Aep.. duhh.. pantesan susah dicari.. jangan-jangan si bibi pun rubah namanya, waktu di kampung namanya Jeje sesudah di Cicadas berganti jadi Jenny.. mudah-mudahan aja saya gak disuruh manggil dia "tante".. ๐Ÿ˜‚

Dan pengalaman baru berada di perumahan kumuh Gg. Samsi II pun teralami. Bagaimana kata "anying" begitu viralnya, dimana 40% kalimat selalu mengandung kata ini.. "Anying sia tรฉh anying teu balรฉg anying".. ๐Ÿ˜‚
Ya, meskipun hidup di daerah beling, selalu ingat motto bahwa "preman juga manusia punya rasa punya hati jangan samakan dengan pisau belati".. ๐Ÿ˜‚

Begitupun, bagaimana rasanya menahan BAB karena harus lama mengantri "WC umum" di atas selokan sambil bawa gayung dan bekal air satu ember.. udah gitu air selokannya pun kadang kering.. gak mengalir. Coba bayangin aja selama buang hajat harus gimana.. udah gitu gimana jika air satu ember gak cukup buat cebok.. Hidup di kampung aja gak gitu-gitu amat.. ๐Ÿ˜ฐ

Paman Cicadas ini selain buruh pabrik tekstil di Leuwigajah, juga sepulang kerjanya ia dagang berbagai minuman, rokok, dsb pakai gerobak, mulai dari jam 17 - 23 an di depan bioskop misbar Taman Hiburan Cicadas. Saya seringkali diminta bantuin mendorong gerobak sepanjang 2 meter serta nungguin dagangannya.

Dilema.. iya.. sungguh dilema saat sedang menunggu gerobak dagangan ini.  Perasaan was-was dan khawatir pun sering muncul selama jagain dagangan, takut ada orang Garut yang kenal, lalu mereka ngomong di kampung :
"Lho.. cenah kuliah di itรฉbรฉ, ternyata dagang rokok di depan Taman Hiburan Cicadas.." ๐Ÿ˜ฐ

Busyet deh.. bisa "wirang" nanti.. iya.. soalnya pernah sekali melihat orang sekampung yang kenal, saya pun cepat-cepat tundukan kepala agar terhalangi gerobak dan tak terlihat.. sungguh beruntung dia gak beli.. alhamdulillah.. ๐Ÿ˜‚

Dua minggu.. selama kegiatan "100 jam P4" di kampus, kehidupan malam pun dilalui di pemukiman kumuh Cicadas serta di sekitar Taman Hiburan. Sekali-kali beli karcis bioskop misbar Taman Hiburan. Bioskop khusus kasta kelas 3 yang dulunya dibangun oleh J.F.W. de Kort ini sungguh berbau pesing.. ya ditahan aja sambil merokok.. lumayan kan Rp. 300 bisa 2 sampai 3 film lama, meski harus menolak beberapa kali "cewek ber-make up tebal.. dengan rokok di tangan.. menunggu tamunya.. datang", dan menawarkan diri seharga 5.000 rupiah saja.. ๐Ÿ˜ 

Untunglah.. siksaan lingkungan kumuh akhirnya selesai juga sewaktu di Kantor Pusat ITB ketemu sama teman sekelas SMA yang diterima di Fisika ITB dan memutuskan ngontrak sekamar berdua di Gg. Mesjid belakang pasar Balubur seharga Rp. 240.000.

Dan pengalaman baru lainnya pun menunggu untuk dijalani.

Semoga...
#ombad #itb #cicadas #biografi


04 September 2019

PARADOKS ITU MENYATUKAN

Proses "menyatukan" sisi dualitas yang saling berlawanan (paradoksial) dalam perjalanan hidup/spiritual itu bisa menjadi tema yang menarik dan sedikitnya bisa memberi gambaran akan "tujuan" Allah dalam penciptaan makhluk. Dan lebih luas lagi adalah memahami makna atau esensi dari "ibadah" itu sendiri.

Ketika bisa "menyatukan" kedua sisi yang berlawanan, biasanya akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap yang positif, seperti Kelenturan, Fleksibilitas, Kedewasaan Berpikir dan Kearifan (Bijak). Jadi bisa dibilang, "penyatuan" ini adalah merupakan resep "anti kejumudan". Memaksimalkan potensi dalam arah menuju "kesempurnaan" sebagai manusia.

Jadi, kalau Kepintaran itu masih berbicara tentang "atau", maka Kearifan itu sudah mengakui "dan". Jika dihubungkan dengan intelektualitas, artinya Kearifan itu merupakan kematangan intelektualitas.

Dualitas dari unsur yang "paradoks" ini selalu ditemukan baik dalam bahasan agama ataupun budaya/tradisi.

Dalam Islam, ada unsur Jamaliah (indah) dan Jalaliah (kuat). Penyatuan kedua unsur ini nanti akan berhubungan dengan "mengenal" Allah, Makrifat.

Dalam Zoroastrianisme (Majusi), ada unsur Ahriman (Angra Mainyu) dan Spenta Mainyu, lalu selanjutnya "memasuki" cahaya Ahura Mazda (Tuhan yang bijaksana).

Dalam Hindu, ada unsur Shiva dan Shakti (Durga), ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Ardhanareswara (penyatuan). Dan lahirlah anaknya, Ganesha (pengetahuan, gnosis).

Dalam tradisi Cina, ada unsur Yin dan Yang, ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Tao (kebenaran).

Dalam tradisi Jawa, ada unsur Lanang dan Wadon, ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Semar (kebijakan). Lingga - Yoni.

Dan masih banyak lagi contohnya. Eits.. jangan lupakan satu lagih.. yaitu penyatuan unsur Maskulin dan Feminin dalam diri manusia. Penyatuan ini selain bertujuan dalam mempermudah pemahaman yang paradoksial, juga merupakan aktualisasi dari sifat Allah "Al-Warist" (pewarisan, pendelegasian) dalam menciptakan atau melahirkan generasi penerus (baca: anak keturunan).

Nah.. biar para makhluk-Nya semangat dalam menjalankan "tugas" ini maka Tuhan pun memberi "bonus" kenikmatan yang aduhai dalam hal rasa.. dan dibikinlah cepat lupa, sehingga selalu ingin cepat mengulanginya lagi..

๐Ÿ˜Š
Semoga....
#ombad #tasawuf

03 September 2019

KECANDUAN BACA

Semenjak masuk SD di umur 4.5 tahun, aksara latin adalah aksara kedua yang bisa dibaca setelah aksara arab. Saya pun punya hobby baru yaitu "obrak-abrik" isi "perpustakaan" Bapak.

Awalnya buku-buku ini numpuk di atas plafon dan tanpa sengaja ketemu anaknya yang baik, tidak sombong, murah senyum, cakep, wajahnya bercahaya, matanya berbinar, dsb tetapi suka naik-naik ke atap rumah akibat rasa ingin tahunya yang besar..

"Kok ada lantai dari bambu setinggi 2 meter dari lantai..?" pikirnya.. Ia pun ambil tangga bambu, naik, dan... HARTA KARUN terpampang di depan matanya !. Sampai akhirnya tempat inipun jadi tempat favoritnya buat baca-baca.. istilahnya "nyelegon" lah kalau dalam bahasa sunda mah.. seperti inilah kalau yang nulis paragraf ini adalah Aa Ibong.

Oh iya, waktu masuk SD, Bapak udah jadi Kepsek di SD yang lain.. buku-bukunya kebanyakan terbitan Departemen P & K, serta Balai Pustaka. Jangan-jangan, bokap "belokin" buku jatah sekolah nih.. duit dari mana beli buku sebanyak itu.. ๐Ÿ˜‚
 
Awalnya, buku-buku cerita tipis berbahasa Indonesia dan Sunda. Seiring waktu, kegemaran baca ini pun jadi candu, untungnya hanya sampai tamat SD aja, karena buku-buku "perpustakaan" ini sudah habis dibaca, termasuk buku-buku "aneh" dan tebal-tebal yang disimpan di "para" (atas plafon).

Hasilnya, banyak yang membekas di kepala, termasuk karangan dari luar negeri, tentunya yang udah diterjemahkan.. kan not yet reading english.. mulai dari "Hans Andersen", "Uncle Tom's Cabin", bahkan Moby Dick dan Don Kisot..

Novel yang paling membekas di kepala mah karya-karya Poedjangga Lama, Hamka dan Motinggo Busye, khususnya Perempuan Paris, 1968.. ๐Ÿ˜Š

Nah.. kalau buku tebal, yang begitu membekas di kepala itu adalah buku bersampul putih yang masih ejaan lama berjudul Ilmu Kebidanan & Ginekologi (objin).. suka banget sama gambar ilustrasinya, ada orang tiduran dengan berbagai posisi, kepala bayi nongol, penjepit kepala, dsb. Cuma anehnya karena tanpa pakaian aja.. Seru, rasanya seperti sedang menonton film.. dan buku inipun sudah tamat waktu jaman SD.. sampai sekarang gak paham kenapa Bapak punya buku ini, apa pernah bikin pelatihan paraji (dukun beranak) gitu.. atau malah pernah pacaran sama mahasiswi kedokteran..

Cuma sayang.. ada  jeleknya juga ketika sedang bermain sama temen sebaya di kampung. Saat menerangkan urusan mobil Ford di Amerika bahwa produksi per mobilnya itu lebih cepat dari merebus telor, hanya sekitar 3 menit/mobil.. ehh.. teman-teman pada tidak percaya, malah mereka ngomongnya, "Ah siah, gรฉlo manรฉh mah...!"
Salah aku dimana coba.. masa dikatain gila meski udah diyakinkan sedemikian rupa pakai data dan fakta..? ๐Ÿ˜ฐ

Untunglah.. sewaktu SMP dan SMA, kecanduan bacanya berkurang drastis.. kan malu atuh kalau disebut "kutu buku", emang aku cowok apaan..?

Kegiatan harian pun kembali normal, seperti main ke gunung dan pulangnya bawa bambu utuh 2-3 pohon, piknik ke kebon lalu pulangnya bawa jengkol atau alpukat setengah karung, berenang di sungai tanpa pakaian renang, ataupun sepak bola dari siang sampai maghrib.

Sayangnya sewaktu kuliah, mulai semester 3 saat kontrakan di Pelesiran, mulai "menggila" lagi kecanduan bacanya.. sungguh merugikan. Duit bulanan cepat habis sampai cekak.. iya.. sangat merugikan..! Dana buat makan pun habis agar bisa melahap buku-buku sewaan, bahkan tidur dan kuliahpun terganggu.. kadang 2-3 hari gak tidur, kadang juga seminggu gak ke kampus.. tersedot Cersil pertempuran buatan Kho Ping Ho, Khu Lung, Chin Yung, Wang, Gan KL, bahkan SH. Mintardja yang susah tamatnya. Bisa paham kan kenapa IPK di bawah 3.0..?

Alhamdulillah, akhirnya kecanduan baca pun bisa sembuh karena dua alasan; pertama, Cersilnya habis semua dibaca, gak ada lagi yang baru.. Kedua, muncul sesuatu yang baru, yaitu musik alias kecanduan beli kaset, dan satu lemari kaset pun berhasil terkumpul saat lulus kuliah.

Iya.. Tuhan Maha Adil, setidaknya saya paham bedanya Cinta dengan Kecanduan.. kalau Cinta dari mata turun ke hati, sedangkan Kecanduan itu dari mata pindah ke telinga.. dan lebih merugikan.
 

Semoga..
#ombad #biografi

01 September 2019

MASUK ITB

Sewaktu ada PMDK, dengan pede pilih Sipil dan Teknik Industri ITB, maklum.. kan di SMA termasuk satu atau dua besar.. ๐Ÿ˜‚

Ehh.. ke laut dua-duanya.. dan stres mulai nongol, apalagi ortu bilang "urus sawah aja kalo gak masuk negeri, gak usah kuliah.." .. Aseeem.. masa top selebritis SD, SMP & SMA gak kuliah.. sementara yang nilainya di bawah, PMDK-nya ada yg masuk ITB, IPB, dll.

Oh iya.. perlu diketahui sejak jaman SD, sy itu bukan tipe "bintang pelajar".. jaman kuliah pun cukup bawa satu buku tulis yg dilipat dan disakuin di celana. Silakan tanya sama anak-anak Mesin yg kenal saya.

Kembali ke tanktop.. mulailah merasakan yang namanya panik. Sementara temen-temen yang status ekonominya bagus, banyak yang ikut bimbel ke Bandung.. iya ke Bandung.. dulu kayaknya belum ada di Garut.. kalaupun ada, tetap aja saya gak bisa ikut bimbel..

Akhirnya sy datangin temen-temen yang ikut bimbel dan fotokopi semua soal-soalnya. Dan selama 2 bulan, pertama kali dalam seumur hidup, saya belajar di kamar, keluar kamar kalau lapar atau isoma saja.

Bapak pun membawa sy ke seorang Kyai langitan, minta doa, dan akhirnya saya dapat PR tambahan.. baca doa tersebut sesudah sholat..

Biar tidak terlalu panjang karena kasihan sama ibu-ibu atau terlalu lebar karena kasihan sama bapak-bapak.. ikutlah UMPTN di Bandung, tempatnya di SMPN yg di Supratman.. dimana pilihan 1 Mesin dan pilihan 2 nya Fisika ITB.. meski sama Bapak disuruh pilih IKIP.. juga tidak mau pilih lagi yg kayak di PMDK.. sebel.

Beberapa minggu sesudahnya, sewaktu pengumuman kelulusan, kebetulan saya pun ada di kampung, Bapak pontang-panting nyari koran, sementara anaknya santai aja di rumah. Namanya juga di pelosok, bayangin aja.. tahun 87 an, udah mah di Garut.. Garutnya pun Garut coret lagi.. koran adalah sesuatu yang sulit.

Akhirnya Bapak datang sambil sumringah karena anak sulungnya yang paling ganteng lulus.. sambil menyerahkan fotokopi koran yang ada nama anaknya.. iya.. FOTOKOPI .. koran dilipat 2 kali lalu difotokopi. Dan ini pertama kalinya saya merokok di depan ortu, tidak sembunyi-sembunyi, sambil nawarin beliau, "rokok Pak.." dan kami berdua pun merokok bersama dengan bahagia.. ๐Ÿ˜‚

Untunglah, besoknya saya ke rumah teman di kota.. pas lihat koran yg utuh ternyata ada pengumuman urusan daftar ulang dan P4 di kampus, 3-4 hari ke depan, dimana harus pakai seragam putih-putih.. yaahh.. atuhh.. cepet-cepet pulang dan besoknya datang lagi ke kota.. belanja baju, dsb.

Dan kedua nenek sayapun jadi corong speaker mendatangi setiap pengajian, dengan begitu bangganya ceritakan cucunya yang calon insinyur ITB.. dan berita inipun tersebar hampir di dua kecamatan. Iya.. demi cucu mereka yang akan jadi sarjana pertama dalam sejarah.

Semoga..
#ombad #biografi


31 August 2019

LIDAH DI BELAKANG HATI

Banyak hal yang tidak tampak (baca: hati, iman) mudah dihukumi oleh orang-orang yang belum paham agamanya. Jauh berbeda dengan para alim ulama yang kualitasnya sudah tidak diragukan lagi, dimana mereka hanya menghukumi hal-hal yang tampak karena hanya Allah yang menguasai hal-hal yang tidak tampak.

Seorang sahabat pun, yaitu Muadz bin Jabal ra. pun pernah mendapat teguran keras dari Rasulullah SAW saat dengan ringannya menuduh "munafik" seorang Muslim. Rasulullah menegurnya dengan kalimat:

ุงุชุญุจ ุงู† ุชูƒูˆู† ูุชุงู†ุง

"Apakah kamu suka menjadi tukang fitnah..?!"

Rasulullah SAW marah karena Muadz tidak punya hak untuk menghakimi seseorang itu pantas disebut sebagai munafik atau tuduhan buruk lainnya.

Jadi, belajarlah menahan ucapan (lidah) ataupun tulisan, jangan mudah menghina ataupun melempar tuduhan-tuduhan yang buruk terhadap sesama karena bisa menyakitkan hati orang lain juga, bukankah โ€œMereka-mereka itu adalah orang-orang yang hanya Allah yang mengetahui apa yang ada di hati merekaโ€ฆ" (QS. An-Nisaโ€™ : 63)

"Lidah orang berakal berada di belakang Hatinya, sedangkan Hati orang bodoh berada di belakang lidahnya." ('Ali bin Abi Thalib kw.)

Begitupun yang dikatakan Hasan Al-Bashri ra. (lahir 642 M, masa kekhalifahan 'Umar bin Khatthab ra.) :

โ€œSesungguhnya lidah orang beriman berada di belakang hatinya. Apabila ingin bicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikannya. Sedangkan lidah orang munafik berada di depan hatinya. Apabila menginginkan sesuatu maka ia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan terlebih dulu dengan hatinya.โ€


Semoga..
#ombad #tasawuf

29 August 2019

IOTA TAU BETA

Acara tahunan dari tahun 1970 sampai 1990 ini berjudul sangat indah yaitu KESENIAN DAN BAZAAR, serta dilakukan setelah selesai OSPEK jurusannya masing-masing.

Acara BAZAAR dilakukan di sekeliling GSG ITB (Gedung Serba Guna) dimana setiap jurusan buka stand buat jualan barang, makanan, minuman dan kreativitas lainnya, dari pagi sampai sore. Acara Bazaar pun berjalan dengan sangat sukses.

Lalu malamnya acara dilanjutkan dengan pertunjukan SENI di dalam GSG. Setiap jurusan wajib menampilkan kreativitas seninya di panggung pertunjukan, dan Anak Mesin main band, kebetulan saya berperan sebagai vokalis.. ๐Ÿ˜Š

Teman seangkatan pun bahu-membahu dalam menjaga panggung agar pertunjukan seninya bisa berjalan aman dan lancar setelah sebelumnya pintu GSG hancur didobrak oleh para senior yang ingin masuk gedung, sehingga pintu ini harus diganti baru.

Makin lama acara berjalan, ternyata keinginan para senior makin melunjak. Mereka ingin merebut panggung pertunjukan..! Aksi dorong-mendorong, jegal-menjegal, bahkan pukul-memukul pun terjadi. Bau pesing, kotoran, dan segala macam bau lainnya pun bukan hanya tercium tapi sudah menyatu dengan baju, celana, tangan bahkan wajah. Basah di mana-mana, dari mulai lantai, pakaian sampai rambut, bahkan kedua lubang telinga saya pun penuh dengan stempet.

Kondisi seperti ini berlangsung terus menerus, kegaduhan makin memuncak, teriakan, umpatan, sampai suara kesakitan pun makin santer, dan... "dhuaaarrr" suara ledakan mengguncang keras di belakang panggung.. kami semua panik, bengong sesaat.. dan akhirnya meski pagar betis sudah lebih dari 5 lapisan buat barikade pun buyar.. tembus..!!

Panggung pun akhirnya dikuasai para senior, dan anak seni yang berambut gondrong tertawa penuh kemenangan. Dia yang dari awal tangannya selalu di atas sambil memperlihatkan petasan sebesar botol bir..!!

Iya.. Bazaarnya memang indah tetapi pertunjukan SENI malam harinya barbar dan brutal.. Malam Iota Tau Beta.. Iya, bukan acara "Kesenian dan Bazaar", tapi Kekejian dan Bazaar".. ๐Ÿ˜


Semoga..
#ombad #sejarah #iotataubeta


TRANSFORMASI IKHLAS

IKHLAS itu sangat sulit, bahkan paling sulit. Apalagi dari pola pendidikan yang kita terima sejak kecil "tanpa disadari" selalu berkutat pada orientasi Hasil (baca: untung, pamrih).

Dalam hal ibadah pun, selalu ujungnya memakai "imbalan" atau "pamrih". Menguntungkan, jika ke surga, dan tidak merugi ke neraka. Dan "dibuatlah" aturan-aturan, lengkap dengan kata-kata "dilarang" atau "diharamkan", disarankan atau diperbolehkan, dihalalkan, bahkan diwajibkan. Tentunya supaya ada semangat dan motivasi untuk mengikutinya, serta tak lupa juga disertai bumbu penarik hati, yaitu aspek "reward & punishment".

Bukankah begitu juga ketika menerapkan urusan pendidikan (sekolah) ke anak..? Rajin belajar biar jadi dokter, dan ujungnya agar supaya bisa kaya. Biar jadi insinyur, agar makmur. Bahkan urusan zakat, sedekah serta infaq pun dibikin menarik supaya bertambah kaya dan makmur berkali-kali lipat. 

Salahkah seperti itu..? Tentu tidak, karena "kesadaran" terluar sangat berhubungan dengan Keinginan dan nafsu-nafsu, yang notabene berhubungan semua dengan kesenangan secara lahir.

Aktualisasi aturan yang awalnya didasari "kewajiban yang pamrih" --butuh balasan-- ini akan bertransformasi menjadi "kewajiban tanpa pamrih" --terserah mau ada balasan atau tidak, yang penting melakukan sebaik-baiknya--. Dan tahapan selanjutnya adalah menjadi suatu "kebutuhan", karena sudah terbiasa melakukannya. Jika sudah seperti ini, akan ada sesuatu yang hilang saat tidak melakukannya, perasaan dan hati pun menjadi tidak tenang. Dan kedamaian dan ketentraman akan muncul saat bisa melakukannya, sebutlah ini "surga".

Akhirnya, ketika aspek "kebutuhan" ini sudah bisa melewati "ketidak-inginan" dan "keinginan" maka diharapkan akan lebih mudah dalam menapaki tahapan selanjutnya, yaitu "Keikhlasan" dan "Keridhaan". Perlu diketahui, dalam konteks transedental, Keikhlasan itu "satu arah" sementara Keridhaan itu "dua arah".

Sehubungan dengan proses transformasi ikhlas ini, Abah Anom (TQN Suryalaya) pernah memberi nasehat dalam tausiahnya, 10 April 1970 sebagai berikut :

"Dalam melaksanakan ibadah, tidak bisa langsung ikhlas, biasanya dilaksanakan pada awalnya karena Pamrih Ingin ini dan itu. TIDAK APA-APA UNTUK SEMENTARA. Teruslah laksanakan ibadah tersebut untuk melatih diri, untuk melatih agar menjadi biasa, untuk melatih Ridha dan Ikhlas karena perintah Allah Ta'ala. Alat latihannya supaya hati bisa menjadi Ikhlas dan Lillaah (karena Allah) adalah rajin berdzikir mengucapkan kalimat Thayyibah (Laa ilaaha illallaah), sampai terasa menetap di dalam Rasa."

Jadi ada suatu proses dalam mengedepankan sesuatu, apakah mau mengedepankan segala bentuk ciptaan atau mengedepankan sang Penciptanya. Dan ujungnya harus bisa mengedepankan Sang Pencipta tanpa tergiur segala sesuatu yang diciptakan-Nya, serta hanya hati yang bisa memilih dan merasakannya.

"Dalam diriku Kau tumbuhkan: terkadang duri, terkadang mawar. Dan kucium bau mawar, dan kucabut duri. Kalau memang Kau biarkan aku begitu, begitulah aku. Kalau Kau biarkan aku begini, begini pulalah aku." (Rumi)

Semoga...
#ombad #tasawuf

24 August 2019

TAK ADA.... JUDUL.

Dalam kekosongan, pikiran akan diam dari segala sesuatu, seperti sebuah tanah kosong yang siap ditanami. Dan benih-benih pun akan tersemai jika "getaran buta dari cinta" dalam kalbu sudah muncul.

Benih-benih ini akan tumbuh dengan subur jika "Awan Ketidaktahuan" semakin membesar, dan akhirnya menurunkan tetesan-tetesan pengetahuan (gnosis, makrifat) dari langit, seperti halnya tetes-tetes hujan yang menumbuhkan benih dan menyuburkan tanah.

Lalu pohon-pohon pun tumbuh berkembang dan nantinya siap untuk dipanen, berbuah kebijaksanaan ('Arifin).

Dan tetap, kemuliaan-Nya akan menempatkan sang diri dalam lekuk batu sambil ditutupi, tetap rahasia serta menjadi misteri, dan "ketidaktahuan" tetaplah "ketidaktahuan".. karena "Ehyeh asyer Ehyeh" (Aku adalah Aku) akan tetap tidak bisa dipahami oleh akal. Ya, di atas akal, jauh melewatinya.

Dan akhirnya yang tersisa adalah al-Hasrah (pilu hati), al-Hairah (rasa kacau), al-Walah (kebingungan) dan al-Haiman (kehausan cinta). Iya, itulah Martabat al-โ€˜Amaโ€™.

**

Menurut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs,

Martabat Ahadiyah atau disebut juga al-โ€˜Amรขโ€™ adalah martabat yang tidak ada ruang bagi auliyaโ€™ dan ulama (untuk menggapainya), melainkan hanya al-hasrah (pilu hati), al-hairah (rasa kacau), al-walah (kebingungan) dan al-haiman (kehausan cinta).

Martabat Ahadiyah merupakan martabat yang menjadi puncak tertinggi pencapaian para nabi dan ujung suluk para wali. Setelah (sampai di martabat) itu, mereka akan 'berjalan' di dalamnya dan pasti akan menuju kepada Allah, hingga mereka semua akan mengalami istighrรขq sampai mengalami al-hairah (kebingungan spiritual) dan fanaโ€™. Tiada Tuhan selain Dia (laa ilaaha illaa huwa).

Segalanya musnah kecuali Wajah-Nya (kullu syaiโ€™ haalik illaa wajhah).

Allah menarik perhatian hamba-Nya untuk selalu bergerak dan berjalan menuju ke jalan-Nya (sebagai bentuk bimbingan dan pengajaran kepada mereka) melalui doa-doa yang dipanjatkan kepada-Nya serta dalam munajat-munajat (dzikir) bersama-Nya. Dalam doa-doa dan munajat-munajat itu, terdapat isyarat akan kembalinya yang banyak menuju tunggal yang sempurna yakni kamal al-wihdah yang mengenyahkan keberbilangan (nihayah al-katsrah).

Artinya, ketika Allah ingin membimbing hamba-hamba-Nya ke Martabat Ahadiyah tersebut, maka hamba-Nya ini akan terdorong hatinya agar mereka selalu ber-tawajuh dan ber-taqarub secara terus-menerus sampai menjadi sebuah kebutuhan.

Proses tawajuh dan taqarub mereka akan berakhir pada โ€˜isyq dan mahabbah yang paling hakiki (al-haqiqah al-haqqiyyah) saja, hingga menyebabkan runtuhnya penyematan (al-idhafat) yang melahirkan kesan pada keberbilangan atau dualitas terhadap Allah, yang setelah itu, niat mereka menjadi murni dan layak untuk fana'.

Bingung artinya sudah tidak bisa distrukturkan oleh akal, walau akal kulli sekalipun. Sejago-jagonya akal, itu masih ciptaan-Nya. coba hubungkan dengan QS. al-Ikhlas ayat 4, yang esensinya semua makhluk (beserta organ-organ pendukungnya; akal, logika, perasaan) itu tidak akan bisa mendefinisikan Penciptanya.
Kalau masih bisa ditangkap akal, masih disebut karakteristik dualitas, makhluk. Itulah kenapa bingung (al-hairah, al-walah).

โ€œYang pertama diciptakan oleh Allah ialah Ruhku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah Cahayaku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah Qalam. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah Akal.โ€ (HR. Abu Daud)

Dari hadist inipun, tersirat bahwa akal (kulli) menempati peringkat yang paling bontot, dibanding dengan ruh.. seperti yang disebutkan dalam sebuah hadist,

"Aku dari Allah dan orang-orang yang beriman berasal dari diriku."

.
.
Semoga..
#ombad #tasawuf

23 August 2019

MEMINTA MAAF

Kata MAAF itu dari al-Afwu yang berarti menghapus, atau lebih tepatnya menghapus kesalahan-kesalahan..

Tidak mau meminta maaf karena tidak merasa bersalah itu bisa bentuk dari Sombong.. karena :

"Semua anak cucu Adam pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat.โ€ (HR. at-Tirmidzi)

Hidup di dunia itu harus bisa seimbang antara aspek vertikal dengan horizontal. Dalam aspek horizontal (muamalah, sosial), benar atau salah itu bisa relatif, karena belum tentu benar yang diyakini diri sendiri itu kebenaran juga bagi orang lain, dsblk.

Jika menurut diri sendiri benar, tapi yang dianggap benar ini menyakiti orang lain, maka sebaiknya meminta maaf jika memang masih punya sifat rendah hati, dan hatinya ingin ditingkatkan kualitas maupun maqamnya (makin diperlembut).

Mudah-mudahan yang mudah meminta maaf bisa "terbebas" dari "kebangkrutan" seperti yang diterangkan dalam hadist ini :
 
"Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu Mencaci-maki, Menuduh, Makan harta orang lain, serta Membunuh, dan Menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.โ€ (HR. Muslim)

Tuh lihat, "Menyakiti orang lain" ini ada di urutan terakhir, artinya paling berat. Tetapi kalau tetap memilih untuk keukeuh berhati batu.. ya silakan..

"Maka janganlah kamu merasa dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm : 32)


Semoga..
#ombad