18 December 2019
DUALITAS - PARADOKS - SINGULARITAS
16 December 2019
ADAM DAN MANUSIA PURBA
12 December 2019
KENAPA BABI DIHARAMKAN ?
07 December 2019
SIAPA YANG MENGHINA NABI..?
03 December 2019
TUKANG CACI MAKI
22 November 2019
ORANG BERAKAL
19 November 2019
TASAWUF DALAM SINKRONISASI GELOMBANG OTAK
16 November 2019
KEBENINGAN
14 November 2019
BIDADARI DALAM PEMISALAN
06 November 2019
HATI YANG TERCERAI
28 October 2019
KESESATAN BERPIKIR
21 October 2019
BERAGAMA PALSU
20 October 2019
AGAMA ITU BATAS
NU VS POLITIK GINCU
11 October 2019
INNERSMILE
Saat agama mengajarkan "Senyum adalah Ibadah", maka "senyum" ini berlaku secara keseluruhan dimana selain senyum dari sisi lahir juga harus bisa senyum dari sisi batin, atau Innersmile.
Jika "tertawa" secara lahir dianggap sebagai bentuk "kebahagiaan" secara batin, maka "senyum" secara lahir juga bisa berkorelasi dengan "kebersihan" secara batin. Konteks di sini bukan dalam tataran kemunafikan, tapi lebih ke "cerminan" jiwa yang terbawa ke tubuh fisik.
Kebersihan secara batin tentunya berkorelasi dengan sifat-sifat di dalam diri. Semakin banyaknya sifat-sifat yang positif (Positive Mental Attitude) yang muncul maka semakin bersih juga jiwa (atau hatinya). Itu makanya agama mengajarkan "Kebersihan itu sebahagiaan dari Iman", bukan hanya bersih secara lahiriah tetapi juga batiniah.
Tentu ada makna yang tersembunyi ketika dalam bahasan Fiqh selalu diawali dengan bab Thaharah (pembersihan, penyucian), dan begitu juga dalam bahasan Tasawuf yang selalu diawali dengan bab Taubat untuk menyucikan jiwa dan membersihkan kotoran-kotoran hati.
Jika tubuh batin diibaratkan lampu, maka bagaimana caranya agar lampu ini bisa menyala, pancaran cahayanya bisa indah, lalu bisa memancar ke luar tubuh tanpa terhalangi, karena kotoran-kotoran dalam hati akan meredupkan, membuat kusam, bahkan menutupi pancaran cahayanya. Bagaimana caranya agar tubuh batin bisa tersenyum (innersmile) sampai akhirnya terpancar. Ya, tentunya ini berhubungan dengan kualitas pembersihan dari kotoran-kotoran hati.
Proses pembersihannya sendiri berhubungan dengan aspek ibadah (secara esensi), dimana bisa melalui doa (istighfar), taubat, instrospeksi, meditasi, dsb. Ibadah di sini bukan sekedar ritual tetapi lebih ke Muhasabah (introspeksi dan evaluasi diri), khususnya dengan ke-empat aspek ini, yaitu Sabar, Syukur, Pasrah dan Ikhlas.
Bukankah orang yang cerdas itu adalah yang bisa berintrospeksi dan mengevaluasi dirinya sendiri serta bisa beramal untuk kehidupan..?
Dan saat Muhasabah Diri bisa diterima-Nya, maka taman Innersmile dalam jiwa pun siap untuk menumbuhkan bunga-bunga Innerbeauty yang indah, harum dan sedap untuk dipandang, bahkan juga bisa untuk "menghalau" penyakit dan memperkuat sistem immun tubuh.
Semoga..
#ombad #innersmile #innerbeauty
24 September 2019
MENUJU INNER BEAUTY
Ada seorang wanita bertanya cara supaya Inner Beauty. Inner Beauty (khususnya pada wanita) itu sangat dipengaruhi faktor-faktor dari "dalam", dan bukan secara fisik.
Beberapa hal yang mempengaruhi optimalisasi pancaran Inner Beauty diantaranya :
1. GESTURE (Bahasa Tubuh)
Keselarasan antara kondisi jiwa, pikiran dan hati akan memunculkan gesture yang natural. Keselarasan ini yang akan memancarkan Inner Beauty seseorang. Saat Jiwa, Pikiran serta Hati bisa selaras maka pancaran aura nya bisa optimal, dan berbeda jika banyak konflik di dalam dirinya. Konflik di dalam diri, selain bisa menguras energi juga bisa memunculkan aura yang tidak baik (kusam, redup, dsb).
Cara untuk memperbaikinya adalah belajar "deal" dulu dengan diri. "Deal" ini terkait dengan "penerimaan", "pensyukuran" dan "penyelarasan". Meditasi ataupun cara-cara meditatif lainnya bisa dijadikan solusi agar bisa "deal", sampai akhirnya bisa "menyentuh" frekuensi natural tubuh. Kondisi optimum yang bisa dicapai adalah saat "hati" (beauty soul) bisa dikedepankan.
2. OPEN HEART (Keterbukaan)
"Keterbukaan" ini bisa muncul jika proses "deal" dengan aspek-aspek dalam diri sudah berhasil, dan selanjutnya pelepasan "blocking" diri secara bertahap.
3. CENTERING
Centering yang dimaksud adalah selalu "diam" di tengah-tengah dada. Aspek psikologis tengah-tengah dada ini sangat berhubungan dengan Keterbukaan, Keseimbangan, Respon Seni dan Kasih Sayang.
- "Keterbukaan" ini berhubungan dengan aspek pelepasan blocking diri, agar bisa menyelaraskan jiwa, pikiran dan hati.
- "Keseimbangan" ini berhubungan dengan aspek pengaturan "konsumsi" energi tubuh, sehingga bisa menyeluruh, terbagi secara proporsional dan tidak terfokus di satu bagian tertentu.
- "Respon Seni" ini berhubungan dengan aspek sensitivitas rasa dan selanjutnya harus bisa diarahkan menjadi positif, yaitu empati.
- "Kasih Sayang" ini berhubungan dengan aspek "kebersihan" hati, bukan berisi "kekotoran" seperti kebencian, keculasan, dendam, iri hati, sombong, dsb.
Keempat hal di atas akan sangat berpengaruh dalam mengembangkan karakter mental positif, khususnya OPTIMISME dan KEPERCAYAAN DIRI. Dan kedua karakter ini merupakan dasar dari Inner Beauty.
4. PROFIL AURA SEIMBANG
- Profil kulit aura terluar tidak ekstrim perbedaannya. Ini berhubungan dengan kestabilan emosi. Makin "smooth" profilnya maka makin bagus kestabilan emosinya.
- Kehalusan aura. Ini berhubungan dengan Fleksibilitas. Makin halus auranya maka akan makin fleksibel, terbuka dan makin pengertian.
- Kepadatan aura. Ini berhubungan dengan ketakutan dan kekhawatiran. Semakin padat maka semakin berkurang juga ketakutan dan kekhawatirannya.
Bisa dilihat bahwa semua faktor-faktor di atas itu kebanyakan sangat berhubungan dengan aspek tengah-tengah dada, atau dengan kata lain biasa mengedepankan Kasih Sayang.
Semoga..
#ombad #innerbeauty
**
BLOCKING diri yang bagi sebagian orang susah dibuka akan menjadi begitu mudahnya, akan "klik" dengan sendirinya, saat menemukan orang-orang yang cocok. Apakah itu kesamaan frekuensi pemikiran..? Mungkin seperti itu. "Terbuka" dalam arti "open heart & mind".
Masing-masing diri seperti menemukan teman karibnya di masa lalu, seperti sudah lama bersahabat bahkan sebelum lahir ke dunia. Tanpa ada batas atau sekat, baik itu umur, SARA, ataupun aspek materi lainnya.. yang ada serta "connect" hanyalah "esensi".
Dalam perjalanan hidup, siapa pun akan mempunyai masalah, dari ringan sampai berat, bahkan yang sangat berat. Ada yang bisa terselesaikan ada juga yang tidak, lalu akhirnya tanpa sadar menjerat dirinya, mem-blocking dirinya bertahun-tahun.
Kesabaran.. iya, kesabaran pun kadang "dipaksa" Tuhan, sabar saat tetap sulit dalam memecahkan blocking diri, sampai saatnya nanti menemukan orang-orang yang "satu frekuensi" dan memunculkan TRUST dengan sendirinya.
TRUST inilah yang bisa menjadi Kunci Pembuka Dada. TRUST inilah yang bisa memutuskan ikatan-ikatan blocking sehingga akhirnya mudah dilepaskan, lalu para "sahabat masa lalu" ini akan saling membantu sahabatnya agar bisa bersih dari blockingnya.
TRUST inilah yang menjadi awal dari semuanya saat masing-masing diri berusaha membuka dirinya dan bisa mengikis egonya masing-masing. Ego yang terbentuk karena merasa cerdas, kaya, dsb. Ego yang makin membatu karena urusan politik. Ego yang selalu mengedepankan bungkus. Ego yang selalu menutupi Trust, Kesehatan dan Kebahagiaan.
Terima kasih buat semua.. mudah-mudahan kita makin sehat dan bahagia, lahir batin.. ๐
Dan kita berhak untuk bahagia..
**
AURA STABIL, KESTABILAN EMOSI
Karakter Aura seseorang sangat berhubungan dengan Kestabilan Emosinya. Di satu sisi Aura yang "ditampilkan" ini kondisional, dimana kondisinya sangat dipengaruhi psikologis tubuh setiap saat, tetapi juga secara garis besar, setiap orang mempunyai ciri khas "aura" nya karena sangat erat dengan "komposisi" Paduan Unsur (Elemen) tubuhnya, dan banyak dipengaruhi pengalaman hidupnya (masa lalu).
Aura yang stabil (baca: Kestabilan Emosi) sangat dipengaruhi :
- Tingkat Kepadatan yang tinggi. Aura yang bolong-bolong (porousitasnya tinggi) ini riskan terhadap pengaruh negatif dari luar, artinya mudah terpengaruhi Ketakutan dan Kekhawatiran. Dan ujungnya, penyakit ataupun stress.
- Tingkat Fleksibilitas yang tinggi. Ini lekat hubungannya dengan "ketahanan" mental dan psikologis. Dan ujungnya berhubungan dengan "positive mental attitude".
- Tingkat Kecerahan yang tinggi. Ini lekat hubungannya dengan "positive thinking". Warna/cahayanya yang redup akan memudahkan timbulnya "negative thinking". Dan ujungnya, pesimisme dan negative thinking.
- Profil (kulit) terluarnya halus atau tidak kasar. Kondisi ini kental hubungannya dengan "reaktivitas" terhadap aspek emosi. Makin tinggi perbedaan "puncak" dan "lembah" maka akan makin tinggi juga "konflik" emosi. Dan ujungnya, Konflik diri dan mudah stress. (lihat gambar di bawah, garis yang mulus dan tidak bergelombang)
- Kontinuitas aliran internal auranya bagus. Ini lekat hubungannya dengan immun tubuh (kesehatan).
Cara untuk memperbaiki Kestabilan Aura ini bisa berbagai cara, diantaranya:
- Memahami karakter masing-masing chakra.
- Me-manage aspek psikologis dari masing-masing chakra. Ini bisa lewat yoga, proses transformasi kesadaran seperti meditasi, dzikir, tawajjuh, ibadah/doa, dsb.
- Upaya "centering" di tengah-tengah dada secara terus-menerus. Ini ada hubungannya dengan kepercayaan diri dan inner beauty.
- Pengolahan "bawah sadar" dalam hubungannya dengan memori-memori buruk dari masa lalu.
Semoga...
#ombad #kundalini
18 September 2019
TASAWUF DALAM SECOBEK SAMBAL
Sambal itu satu tetapi bermacam-macam jenis, nama dan rasanya. Menyatukan semua rasa, apakah itu asin, kecut, masam, gurih, manis ataupun pedas. Begitupun manusia, meski komposisi organ-organ tubuhnya sama tetapi bisa berbeda karakter, pemikiran dan sifatnya.
Saat garam, gula merah dan cabe bisa menyatu, mereka akan meleburkan dirinya masing-masing. Mereka akan saling berkoordinasi serta bekerjasama dalam kebersamaan, sampai akhirnya semuanya pun ikhlas saat dinamai Sambal.
Mereka tetap tawadhu dengan menghindar dari jebakan ego masing-masing saat bersama. Tidak ada itu sambal garam, sambal gula, ataupun sambal cabe. Bahkan mereka akan mempersilakan siapapun yang ingin berkolaborasi. Terasi datang, silakan dinamai Sambal Terasi. Mangga ikut, monggo kalaupun dinamakan Sambal Mangga. Bahkan pete yang bau ikut pun akan dinamakan Sambal Pete. Kenapa..? Karena bagi mereka yang lebih penting itu adalah membawa pesan kenikmatan dalam hal rasa bagi lidah manusia.
Jika saja manusia bisa meniru sambal dalam ketawadhuannya, maka jiwa-jiwa manusia pun akan mendapat kebahagiaan, serta spiritualnya pun akan terpuaskan. Saat ego-egonya bisa saling melebur dan bisa bekerja sama secara harmoni, maka tujuan hidup pun akan tampak jelas. Sang diri akan menjadi sumber kebahagiaan, dimana ia akan bahagia saat bisa melayani dirinya, keluarganya, orang lain serta lingkungan sekitarnya.. seperti halnya secobek sambal yang menawarkan kenikmatan. Iya, kepuasan, kenikmatan dan kebahagiaan.
Hidup dan menikmati hidup itu sebaiknya seperti menikmati sambal. Tidak hanya melihat cabenya saja yang pedas, lalu segala sesuatu yang terjadi dianggap membuat buas. Tidak hanya melihat garamnya saja yang asin, lalu segala sesuatu yang terjadi dianggap toksin. Tidak hanya melihat gulanya saja yang manis, lalu segala sesuatu yang terjadi dianggap bisnis. Tidak hanya melihat tomatnya saja yang masam, lalu segala sesuatu yang terjadi dianggap dendam. Bahkan tidak hanya melihat terasinya saja yang bau, dan segala sesuatu yang terjadi dianggap bikin malu.
Kejadian yang awalnya dianggap buruk dan merugikan dalam pandangan sang diri, siapa tahu itu baik dan menguntungkan menurut Tuhan. Bukankah Tuhan selalu memberi yang terbaik, meski manusia seringkali menganggap sebaliknya. Seperti halnya orang-orang tersenyum saat melihat tangisan seorang bayi yang lahir ke dunia, ataupun orang-orang bersedih saat melihat anggota keluarganya meninggal meskipun meninggalnya dalam kebahagiaan.
"Jika kau menginginkan kesenangan,
Sepenuhnya lepaskan semua kemelekatan.
Dengan melepaskan semua kemelekatan,
Kesenangan paling sempurna ditemukan.
Selama kau mengikuti kemelekatan,
Kepuasan tidak akan pernah ditemukan.
Siapapun menjauhi kemelekatan,
Dengan kebijaksanaan mencapai kepuasan.." (Sidharta Gautama)
Nikmat itu akan datang ketika kejadian-kejadian yang teralami dengan bermacam-ragam efeknya tersebut bisa diterima dengan ikhlas. Dan keikhlasan ini yang akan membuka pikiran dan hati untuk membuka lembaran petunjuk dan hikmah dari langit.
Kesimpulan yang terburu-buru diambil terhadap sebuah kejadian yang tidak sesuai ekspektasi seringkali mengurangi bahkan menghilangkan rasa syukur dan kebahagiaan.. seperti halnya menghakimi pedasnya setiap sambal dengan tergesa-gesa, padahal sambal non-pedas yang enak pun ada.
Ahh.. dan nikmat pedasnya sambal pun menanti rangkulan helai-helai daun muda.
Semoga...
#ombad #tasawuf #dalam
09 September 2019
TASAWUF DALAM KECEMBURUAN
Ahh... memang cemburumu itu lahir dari cinta, karena takut ikatan cintaku melemah dan hilang, seperti halnya ketakutan jika ada yang lain menempati ruang-ruang hati sang Kekasih.
Ohh... kadang kau putuskan setiap tali yang akan mengikatku untuk menjauhimu. Kau putuskan tali yang satu ke tali yang lain dan aku hanya bisa terdiam pasrah, seperti halnya tubuh yang terus-menerus terdesak mundur dan akhirnya punggung pun menempel dinding batu, terpepet dalam kepasrahan.
Kuingat... seringkali kaupaksa agar ketidak-patuhanku kepadamu berujung ambruk dalam keheningan.
Kuakui... seringkali rasa sukamu menggiringku agar tunduk serendah-rendahnya sampai air mata tak dapat kubendung seperti halnya kepatuhan awan untuk menyirami tanah gersang.
Kupaham... seringkali pikiranku dalam kebingungan yang memuncak ketika mempertimbangkan rasa cemburumu dan aku tidak bisa mengelak akibat dari rasa cintamu.
Kurasa... seringkali kaudatang tiba-tiba dengan penuh hasrat dan ketika kupandang cermin, keindahan wajahmu dalam cermin telah menawan diriku, serasa aku mencintai diriku sendiri. Ahh, di cermin itu yang ada hanya gambaran wajahmu.
Kusadar... aku dari bawah ke atas, Engkau dari atas ke bawah. Mendekatimu yang Sendiri, tidak bisa dengan sendiri.
Ahh, Cinta... kecintaanmu kebutuhanku tetapi keinginanku kecemburuanmu. Kecintaanmu kesendirianku tetapi keramaianku kecemburuanmu. Kecintaanmu kelemahanku tetapi kekuatanku kecemburuanmu. Kecintaanmu kebisuanku tetapi perkataanku kecemburuanmu. Kecintaanmu kepasrahanku tetapi tanda-tanyaku kecemburuanmu.
Iya... Engkau memang Pencemburu seperti kata utusanmu.
Dan aku tetap menyelam dalam keheningan mutiara serta kedalaman permata dengan iringan kepakan sayap-sayap rajawali.
**
Aku : "Mengapa aku tidak pernah mendengar suara Tuhan..? Padahal aku sangat rajin berdoa."
Diri : "Karena kamu terlalu sibuk bicara dan tidak memberikan kesempatan Tuhan bicara."
Aku : "Bagaimana mendengar suara Tuhan..?"
Diri : "Tutup kedua telinga, kedua mata dan mulutmu, lalu bukalah pintu hatimu."
"Allah itu pencemburu dan orang beriman juga pencemburu. Cemburu-Nya adalah sifat yang muncul bilamana seorang hamba yang beriman melakukan apa yang telah dilarang-Nya." (HR. Bukhari, Muslim & Tirmidzi, dari Abu Hurairah ra.)
Semoga...
#ombad #tasawuf #dalam
05 September 2019
MASUK ITB (Part 2)
(Fase Cicadas)
Undangan syukuran masuk ITB akhirnya diberitahu ke rumah-rumah dan tahlilan pun dilakukan sesudah Asar.
Malamnya kami diskusi dan disarankan ikut numpang dulu di rumah adik bungsu Bapak di Cicadas untuk sementara, jangan lama-lama dan harus cari kontrakan (yang murah) tentunya. Tidak lupa menegaskan, "turun di Terminal Cicaheum, lalu naik bis kota Cibeureum, dan minta ke kondektur supaya diturunin di Cicadas".
Hari Sabtu pagi akhirnya berangkat menuju Bandung setelah sebelumnya saya disuruh tidur terlentang sama Emak lalu dilangkahin 3 kali.. Gak tau juga maksudnya apa.
Saya pun berjalan kaki seperti biasanya (30 menit) menuju terminal kecamatan sambil menenteng tas bekas penatarannya Bapak (bukan ransel) yang berisi beberapa helai baju, celana, serta surat/dokumen yang diperlukan.
Akhirnya sampailah di Terminal Cicaheum sekitar jam 13 an, lalu naik Damri Cibeureum, dan berhenti di Cicadas. Secarik kertas alamat bertuliskan "Mang Aip, Gg. Samsi II Cicadas" pun dilihat lagi.
Sambil bertanya-tanya, sampailah di lingkungan terpadat di dunia dan rajinnya bungkuk badan sambil "punten". Jalan putar-putar di gang sempit sambil nanya-nanya "rumahnya Mang Aip asal Garut" sudah hampir satu jam belum juga ketemu.
Saat udah hampir frustasi, keringatan dan lapar.. akhirnya.. pada waktu Asar ada orang memberitahu "ada juga nama AEP yang asalnya dari Garut, rumahnya di sana.." sambil ditunjukin. Dan benar akhirnya ketemu, paman yang tadinya bernama Aip jadi Aep.. duhh.. pantesan susah dicari.. jangan-jangan si bibi pun rubah namanya, waktu di kampung namanya Jeje sesudah di Cicadas berganti jadi Jenny.. mudah-mudahan aja saya gak disuruh manggil dia "tante".. ๐
Dan pengalaman baru berada di perumahan kumuh Gg. Samsi II pun teralami. Bagaimana kata "anying" begitu viralnya, dimana 40% kalimat selalu mengandung kata ini.. "Anying sia tรฉh anying teu balรฉg anying".. ๐
Ya, meskipun hidup di daerah beling, selalu ingat motto bahwa "preman juga manusia punya rasa punya hati jangan samakan dengan pisau belati".. ๐
Begitupun, bagaimana rasanya menahan BAB karena harus lama mengantri "WC umum" di atas selokan sambil bawa gayung dan bekal air satu ember.. udah gitu air selokannya pun kadang kering.. gak mengalir. Coba bayangin aja selama buang hajat harus gimana.. udah gitu gimana jika air satu ember gak cukup buat cebok.. Hidup di kampung aja gak gitu-gitu amat.. ๐ฐ
Paman Cicadas ini selain buruh pabrik tekstil di Leuwigajah, juga sepulang kerjanya ia dagang berbagai minuman, rokok, dsb pakai gerobak, mulai dari jam 17 - 23 an di depan bioskop misbar Taman Hiburan Cicadas. Saya seringkali diminta bantuin mendorong gerobak sepanjang 2 meter serta nungguin dagangannya.
Dilema.. iya.. sungguh dilema saat sedang menunggu gerobak dagangan ini. Perasaan was-was dan khawatir pun sering muncul selama jagain dagangan, takut ada orang Garut yang kenal, lalu mereka ngomong di kampung :
"Lho.. cenah kuliah di itรฉbรฉ, ternyata dagang rokok di depan Taman Hiburan Cicadas.." ๐ฐ
Busyet deh.. bisa "wirang" nanti.. iya.. soalnya pernah sekali melihat orang sekampung yang kenal, saya pun cepat-cepat tundukan kepala agar terhalangi gerobak dan tak terlihat.. sungguh beruntung dia gak beli.. alhamdulillah.. ๐
Dua minggu.. selama kegiatan "100 jam P4" di kampus, kehidupan malam pun dilalui di pemukiman kumuh Cicadas serta di sekitar Taman Hiburan. Sekali-kali beli karcis bioskop misbar Taman Hiburan. Bioskop khusus kasta kelas 3 yang dulunya dibangun oleh J.F.W. de Kort ini sungguh berbau pesing.. ya ditahan aja sambil merokok.. lumayan kan Rp. 300 bisa 2 sampai 3 film lama, meski harus menolak beberapa kali "cewek ber-make up tebal.. dengan rokok di tangan.. menunggu tamunya.. datang", dan menawarkan diri seharga 5.000 rupiah saja.. ๐
Untunglah.. siksaan lingkungan kumuh akhirnya selesai juga sewaktu di Kantor Pusat ITB ketemu sama teman sekelas SMA yang diterima di Fisika ITB dan memutuskan ngontrak sekamar berdua di Gg. Mesjid belakang pasar Balubur seharga Rp. 240.000.
Dan pengalaman baru lainnya pun menunggu untuk dijalani.
Semoga...
#ombad #itb #cicadas #biografi
04 September 2019
PARADOKS ITU MENYATUKAN
Proses "menyatukan" sisi dualitas yang saling berlawanan (paradoksial) dalam perjalanan hidup/spiritual itu bisa menjadi tema yang menarik dan sedikitnya bisa memberi gambaran akan "tujuan" Allah dalam penciptaan makhluk. Dan lebih luas lagi adalah memahami makna atau esensi dari "ibadah" itu sendiri.
Ketika bisa "menyatukan" kedua sisi yang berlawanan, biasanya akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap yang positif, seperti Kelenturan, Fleksibilitas, Kedewasaan Berpikir dan Kearifan (Bijak). Jadi bisa dibilang, "penyatuan" ini adalah merupakan resep "anti kejumudan". Memaksimalkan potensi dalam arah menuju "kesempurnaan" sebagai manusia.
Jadi, kalau Kepintaran itu masih berbicara tentang "atau", maka Kearifan itu sudah mengakui "dan". Jika dihubungkan dengan intelektualitas, artinya Kearifan itu merupakan kematangan intelektualitas.
Dualitas dari unsur yang "paradoks" ini selalu ditemukan baik dalam bahasan agama ataupun budaya/tradisi.
Dalam Islam, ada unsur Jamaliah (indah) dan Jalaliah (kuat). Penyatuan kedua unsur ini nanti akan berhubungan dengan "mengenal" Allah, Makrifat.
Dalam Zoroastrianisme (Majusi), ada unsur Ahriman (Angra Mainyu) dan Spenta Mainyu, lalu selanjutnya "memasuki" cahaya Ahura Mazda (Tuhan yang bijaksana).
Dalam Hindu, ada unsur Shiva dan Shakti (Durga), ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Ardhanareswara (penyatuan). Dan lahirlah anaknya, Ganesha (pengetahuan, gnosis).
Dalam tradisi Cina, ada unsur Yin dan Yang, ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Tao (kebenaran).
Dalam tradisi Jawa, ada unsur Lanang dan Wadon, ketika bisa "menyatukan" maka jadilah Semar (kebijakan). Lingga - Yoni.
Dan masih banyak lagi contohnya. Eits.. jangan lupakan satu lagih.. yaitu penyatuan unsur Maskulin dan Feminin dalam diri manusia. Penyatuan ini selain bertujuan dalam mempermudah pemahaman yang paradoksial, juga merupakan aktualisasi dari sifat Allah "Al-Warist" (pewarisan, pendelegasian) dalam menciptakan atau melahirkan generasi penerus (baca: anak keturunan).
Nah.. biar para makhluk-Nya semangat dalam menjalankan "tugas" ini maka Tuhan pun memberi "bonus" kenikmatan yang aduhai dalam hal rasa.. dan dibikinlah cepat lupa, sehingga selalu ingin cepat mengulanginya lagi..
๐
Semoga....
#ombad #tasawuf
03 September 2019
KECANDUAN BACA
Semenjak masuk SD di umur 4.5 tahun, aksara latin adalah aksara kedua yang bisa dibaca setelah aksara arab. Saya pun punya hobby baru yaitu "obrak-abrik" isi "perpustakaan" Bapak.
Awalnya buku-buku ini numpuk di atas plafon dan tanpa sengaja ketemu anaknya yang baik, tidak sombong, murah senyum, cakep, wajahnya bercahaya, matanya berbinar, dsb tetapi suka naik-naik ke atap rumah akibat rasa ingin tahunya yang besar..
"Kok ada lantai dari bambu setinggi 2 meter dari lantai..?" pikirnya.. Ia pun ambil tangga bambu, naik, dan... HARTA KARUN terpampang di depan matanya !. Sampai akhirnya tempat inipun jadi tempat favoritnya buat baca-baca.. istilahnya "nyelegon" lah kalau dalam bahasa sunda mah.. seperti inilah kalau yang nulis paragraf ini adalah Aa Ibong.
Oh iya, waktu masuk SD, Bapak udah jadi Kepsek di SD yang lain.. buku-bukunya kebanyakan terbitan Departemen P & K, serta Balai Pustaka. Jangan-jangan, bokap "belokin" buku jatah sekolah nih.. duit dari mana beli buku sebanyak itu.. ๐
Awalnya, buku-buku cerita tipis berbahasa Indonesia dan Sunda. Seiring waktu, kegemaran baca ini pun jadi candu, untungnya hanya sampai tamat SD aja, karena buku-buku "perpustakaan" ini sudah habis dibaca, termasuk buku-buku "aneh" dan tebal-tebal yang disimpan di "para" (atas plafon).
Hasilnya, banyak yang membekas di kepala, termasuk karangan dari luar negeri, tentunya yang udah diterjemahkan.. kan not yet reading english.. mulai dari "Hans Andersen", "Uncle Tom's Cabin", bahkan Moby Dick dan Don Kisot..
Novel yang paling membekas di kepala mah karya-karya Poedjangga Lama, Hamka dan Motinggo Busye, khususnya Perempuan Paris, 1968.. ๐
Nah.. kalau buku tebal, yang begitu membekas di kepala itu adalah buku bersampul putih yang masih ejaan lama berjudul Ilmu Kebidanan & Ginekologi (objin).. suka banget sama gambar ilustrasinya, ada orang tiduran dengan berbagai posisi, kepala bayi nongol, penjepit kepala, dsb. Cuma anehnya karena tanpa pakaian aja.. Seru, rasanya seperti sedang menonton film.. dan buku inipun sudah tamat waktu jaman SD.. sampai sekarang gak paham kenapa Bapak punya buku ini, apa pernah bikin pelatihan paraji (dukun beranak) gitu.. atau malah pernah pacaran sama mahasiswi kedokteran..
Cuma sayang.. ada jeleknya juga ketika sedang bermain sama temen sebaya di kampung. Saat menerangkan urusan mobil Ford di Amerika bahwa produksi per mobilnya itu lebih cepat dari merebus telor, hanya sekitar 3 menit/mobil.. ehh.. teman-teman pada tidak percaya, malah mereka ngomongnya, "Ah siah, gรฉlo manรฉh mah...!"
Salah aku dimana coba.. masa dikatain gila meski udah diyakinkan sedemikian rupa pakai data dan fakta..? ๐ฐ
Untunglah.. sewaktu SMP dan SMA, kecanduan bacanya berkurang drastis.. kan malu atuh kalau disebut "kutu buku", emang aku cowok apaan..?
Kegiatan harian pun kembali normal, seperti main ke gunung dan pulangnya bawa bambu utuh 2-3 pohon, piknik ke kebon lalu pulangnya bawa jengkol atau alpukat setengah karung, berenang di sungai tanpa pakaian renang, ataupun sepak bola dari siang sampai maghrib.
Sayangnya sewaktu kuliah, mulai semester 3 saat kontrakan di Pelesiran, mulai "menggila" lagi kecanduan bacanya.. sungguh merugikan. Duit bulanan cepat habis sampai cekak.. iya.. sangat merugikan..! Dana buat makan pun habis agar bisa melahap buku-buku sewaan, bahkan tidur dan kuliahpun terganggu.. kadang 2-3 hari gak tidur, kadang juga seminggu gak ke kampus.. tersedot Cersil pertempuran buatan Kho Ping Ho, Khu Lung, Chin Yung, Wang, Gan KL, bahkan SH. Mintardja yang susah tamatnya. Bisa paham kan kenapa IPK di bawah 3.0..?
Alhamdulillah, akhirnya kecanduan baca pun bisa sembuh karena dua alasan; pertama, Cersilnya habis semua dibaca, gak ada lagi yang baru.. Kedua, muncul sesuatu yang baru, yaitu musik alias kecanduan beli kaset, dan satu lemari kaset pun berhasil terkumpul saat lulus kuliah.
Iya.. Tuhan Maha Adil, setidaknya saya paham bedanya Cinta dengan Kecanduan.. kalau Cinta dari mata turun ke hati, sedangkan Kecanduan itu dari mata pindah ke telinga.. dan lebih merugikan.
Semoga..
#ombad #biografi
01 September 2019
MASUK ITB
Sewaktu ada PMDK, dengan pede pilih Sipil dan Teknik Industri ITB, maklum.. kan di SMA termasuk satu atau dua besar.. ๐
Ehh.. ke laut dua-duanya.. dan stres mulai nongol, apalagi ortu bilang "urus sawah aja kalo gak masuk negeri, gak usah kuliah.." .. Aseeem.. masa top selebritis SD, SMP & SMA gak kuliah.. sementara yang nilainya di bawah, PMDK-nya ada yg masuk ITB, IPB, dll.
Oh iya.. perlu diketahui sejak jaman SD, sy itu bukan tipe "bintang pelajar".. jaman kuliah pun cukup bawa satu buku tulis yg dilipat dan disakuin di celana. Silakan tanya sama anak-anak Mesin yg kenal saya.
Kembali ke tanktop.. mulailah merasakan yang namanya panik. Sementara temen-temen yang status ekonominya bagus, banyak yang ikut bimbel ke Bandung.. iya ke Bandung.. dulu kayaknya belum ada di Garut.. kalaupun ada, tetap aja saya gak bisa ikut bimbel..
Akhirnya sy datangin temen-temen yang ikut bimbel dan fotokopi semua soal-soalnya. Dan selama 2 bulan, pertama kali dalam seumur hidup, saya belajar di kamar, keluar kamar kalau lapar atau isoma saja.
Bapak pun membawa sy ke seorang Kyai langitan, minta doa, dan akhirnya saya dapat PR tambahan.. baca doa tersebut sesudah sholat..
Biar tidak terlalu panjang karena kasihan sama ibu-ibu atau terlalu lebar karena kasihan sama bapak-bapak.. ikutlah UMPTN di Bandung, tempatnya di SMPN yg di Supratman.. dimana pilihan 1 Mesin dan pilihan 2 nya Fisika ITB.. meski sama Bapak disuruh pilih IKIP.. juga tidak mau pilih lagi yg kayak di PMDK.. sebel.
Beberapa minggu sesudahnya, sewaktu pengumuman kelulusan, kebetulan saya pun ada di kampung, Bapak pontang-panting nyari koran, sementara anaknya santai aja di rumah. Namanya juga di pelosok, bayangin aja.. tahun 87 an, udah mah di Garut.. Garutnya pun Garut coret lagi.. koran adalah sesuatu yang sulit.
Akhirnya Bapak datang sambil sumringah karena anak sulungnya yang paling ganteng lulus.. sambil menyerahkan fotokopi koran yang ada nama anaknya.. iya.. FOTOKOPI .. koran dilipat 2 kali lalu difotokopi. Dan ini pertama kalinya saya merokok di depan ortu, tidak sembunyi-sembunyi, sambil nawarin beliau, "rokok Pak.." dan kami berdua pun merokok bersama dengan bahagia.. ๐
Untunglah, besoknya saya ke rumah teman di kota.. pas lihat koran yg utuh ternyata ada pengumuman urusan daftar ulang dan P4 di kampus, 3-4 hari ke depan, dimana harus pakai seragam putih-putih.. yaahh.. atuhh.. cepet-cepet pulang dan besoknya datang lagi ke kota.. belanja baju, dsb.
Dan kedua nenek sayapun jadi corong speaker mendatangi setiap pengajian, dengan begitu bangganya ceritakan cucunya yang calon insinyur ITB.. dan berita inipun tersebar hampir di dua kecamatan. Iya.. demi cucu mereka yang akan jadi sarjana pertama dalam sejarah.
Semoga..
#ombad #biografi
31 August 2019
LIDAH DI BELAKANG HATI
Banyak hal yang tidak tampak (baca: hati, iman) mudah dihukumi oleh orang-orang yang belum paham agamanya. Jauh berbeda dengan para alim ulama yang kualitasnya sudah tidak diragukan lagi, dimana mereka hanya menghukumi hal-hal yang tampak karena hanya Allah yang menguasai hal-hal yang tidak tampak.
Seorang sahabat pun, yaitu Muadz bin Jabal ra. pun pernah mendapat teguran keras dari Rasulullah SAW saat dengan ringannya menuduh "munafik" seorang Muslim. Rasulullah menegurnya dengan kalimat:
ุงุชุญุจ ุงู ุชููู ูุชุงูุง
"Apakah kamu suka menjadi tukang fitnah..?!"
Rasulullah SAW marah karena Muadz tidak punya hak untuk menghakimi seseorang itu pantas disebut sebagai munafik atau tuduhan buruk lainnya.
Jadi, belajarlah menahan ucapan (lidah) ataupun tulisan, jangan mudah menghina ataupun melempar tuduhan-tuduhan yang buruk terhadap sesama karena bisa menyakitkan hati orang lain juga, bukankah โMereka-mereka itu adalah orang-orang yang hanya Allah yang mengetahui apa yang ada di hati merekaโฆ" (QS. An-Nisaโ : 63)
"Lidah orang berakal berada di belakang Hatinya, sedangkan Hati orang bodoh berada di belakang lidahnya." ('Ali bin Abi Thalib kw.)
Begitupun yang dikatakan Hasan Al-Bashri ra. (lahir 642 M, masa kekhalifahan 'Umar bin Khatthab ra.) :
โSesungguhnya lidah orang beriman berada di belakang hatinya. Apabila ingin bicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikannya. Sedangkan lidah orang munafik berada di depan hatinya. Apabila menginginkan sesuatu maka ia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan terlebih dulu dengan hatinya.โ
Semoga..
#ombad #tasawuf
29 August 2019
IOTA TAU BETA
Acara tahunan dari tahun 1970 sampai 1990 ini berjudul sangat indah yaitu KESENIAN DAN BAZAAR, serta dilakukan setelah selesai OSPEK jurusannya masing-masing.
Acara BAZAAR dilakukan di sekeliling GSG ITB (Gedung Serba Guna) dimana setiap jurusan buka stand buat jualan barang, makanan, minuman dan kreativitas lainnya, dari pagi sampai sore. Acara Bazaar pun berjalan dengan sangat sukses.
Lalu malamnya acara dilanjutkan dengan pertunjukan SENI di dalam GSG. Setiap jurusan wajib menampilkan kreativitas seninya di panggung pertunjukan, dan Anak Mesin main band, kebetulan saya berperan sebagai vokalis.. ๐
Teman seangkatan pun bahu-membahu dalam menjaga panggung agar pertunjukan seninya bisa berjalan aman dan lancar setelah sebelumnya pintu GSG hancur didobrak oleh para senior yang ingin masuk gedung, sehingga pintu ini harus diganti baru.
Makin lama acara berjalan, ternyata keinginan para senior makin melunjak. Mereka ingin merebut panggung pertunjukan..! Aksi dorong-mendorong, jegal-menjegal, bahkan pukul-memukul pun terjadi. Bau pesing, kotoran, dan segala macam bau lainnya pun bukan hanya tercium tapi sudah menyatu dengan baju, celana, tangan bahkan wajah. Basah di mana-mana, dari mulai lantai, pakaian sampai rambut, bahkan kedua lubang telinga saya pun penuh dengan stempet.
Kondisi seperti ini berlangsung terus menerus, kegaduhan makin memuncak, teriakan, umpatan, sampai suara kesakitan pun makin santer, dan... "dhuaaarrr" suara ledakan mengguncang keras di belakang panggung.. kami semua panik, bengong sesaat.. dan akhirnya meski pagar betis sudah lebih dari 5 lapisan buat barikade pun buyar.. tembus..!!
Panggung pun akhirnya dikuasai para senior, dan anak seni yang berambut gondrong tertawa penuh kemenangan. Dia yang dari awal tangannya selalu di atas sambil memperlihatkan petasan sebesar botol bir..!!
Iya.. Bazaarnya memang indah tetapi pertunjukan SENI malam harinya barbar dan brutal.. Malam Iota Tau Beta.. Iya, bukan acara "Kesenian dan Bazaar", tapi Kekejian dan Bazaar".. ๐
Semoga..
#ombad #sejarah #iotataubeta
TRANSFORMASI IKHLAS
IKHLAS itu sangat sulit, bahkan paling sulit. Apalagi dari pola pendidikan yang kita terima sejak kecil "tanpa disadari" selalu berkutat pada orientasi Hasil (baca: untung, pamrih).
Dalam hal ibadah pun, selalu ujungnya memakai "imbalan" atau "pamrih". Menguntungkan, jika ke surga, dan tidak merugi ke neraka. Dan "dibuatlah" aturan-aturan, lengkap dengan kata-kata "dilarang" atau "diharamkan", disarankan atau diperbolehkan, dihalalkan, bahkan diwajibkan. Tentunya supaya ada semangat dan motivasi untuk mengikutinya, serta tak lupa juga disertai bumbu penarik hati, yaitu aspek "reward & punishment".
Bukankah begitu juga ketika menerapkan urusan pendidikan (sekolah) ke anak..? Rajin belajar biar jadi dokter, dan ujungnya agar supaya bisa kaya. Biar jadi insinyur, agar makmur. Bahkan urusan zakat, sedekah serta infaq pun dibikin menarik supaya bertambah kaya dan makmur berkali-kali lipat.
Salahkah seperti itu..? Tentu tidak, karena "kesadaran" terluar sangat berhubungan dengan Keinginan dan nafsu-nafsu, yang notabene berhubungan semua dengan kesenangan secara lahir.
Aktualisasi aturan yang awalnya didasari "kewajiban yang pamrih" --butuh balasan-- ini akan bertransformasi menjadi "kewajiban tanpa pamrih" --terserah mau ada balasan atau tidak, yang penting melakukan sebaik-baiknya--. Dan tahapan selanjutnya adalah menjadi suatu "kebutuhan", karena sudah terbiasa melakukannya. Jika sudah seperti ini, akan ada sesuatu yang hilang saat tidak melakukannya, perasaan dan hati pun menjadi tidak tenang. Dan kedamaian dan ketentraman akan muncul saat bisa melakukannya, sebutlah ini "surga".
Akhirnya, ketika aspek "kebutuhan" ini sudah bisa melewati "ketidak-inginan" dan "keinginan" maka diharapkan akan lebih mudah dalam menapaki tahapan selanjutnya, yaitu "Keikhlasan" dan "Keridhaan". Perlu diketahui, dalam konteks transedental, Keikhlasan itu "satu arah" sementara Keridhaan itu "dua arah".
Sehubungan dengan proses transformasi ikhlas ini, Abah Anom (TQN Suryalaya) pernah memberi nasehat dalam tausiahnya, 10 April 1970 sebagai berikut :
"Dalam melaksanakan ibadah, tidak bisa langsung ikhlas, biasanya dilaksanakan pada awalnya karena Pamrih Ingin ini dan itu. TIDAK APA-APA UNTUK SEMENTARA. Teruslah laksanakan ibadah tersebut untuk melatih diri, untuk melatih agar menjadi biasa, untuk melatih Ridha dan Ikhlas karena perintah Allah Ta'ala. Alat latihannya supaya hati bisa menjadi Ikhlas dan Lillaah (karena Allah) adalah rajin berdzikir mengucapkan kalimat Thayyibah (Laa ilaaha illallaah), sampai terasa menetap di dalam Rasa."
Jadi ada suatu proses dalam mengedepankan sesuatu, apakah mau mengedepankan segala bentuk ciptaan atau mengedepankan sang Penciptanya. Dan ujungnya harus bisa mengedepankan Sang Pencipta tanpa tergiur segala sesuatu yang diciptakan-Nya, serta hanya hati yang bisa memilih dan merasakannya.
"Dalam diriku Kau tumbuhkan: terkadang duri, terkadang mawar. Dan kucium bau mawar, dan kucabut duri. Kalau memang Kau biarkan aku begitu, begitulah aku. Kalau Kau biarkan aku begini, begini pulalah aku." (Rumi)
Semoga...
#ombad #tasawuf
24 August 2019
TAK ADA.... JUDUL.
Dalam kekosongan, pikiran akan diam dari segala sesuatu, seperti sebuah tanah kosong yang siap ditanami. Dan benih-benih pun akan tersemai jika "getaran buta dari cinta" dalam kalbu sudah muncul.
Benih-benih ini akan tumbuh dengan subur jika "Awan Ketidaktahuan" semakin membesar, dan akhirnya menurunkan tetesan-tetesan pengetahuan (gnosis, makrifat) dari langit, seperti halnya tetes-tetes hujan yang menumbuhkan benih dan menyuburkan tanah.
Lalu pohon-pohon pun tumbuh berkembang dan nantinya siap untuk dipanen, berbuah kebijaksanaan ('Arifin).
Dan tetap, kemuliaan-Nya akan menempatkan sang diri dalam lekuk batu sambil ditutupi, tetap rahasia serta menjadi misteri, dan "ketidaktahuan" tetaplah "ketidaktahuan".. karena "Ehyeh asyer Ehyeh" (Aku adalah Aku) akan tetap tidak bisa dipahami oleh akal. Ya, di atas akal, jauh melewatinya.
Dan akhirnya yang tersisa adalah al-Hasrah (pilu hati), al-Hairah (rasa kacau), al-Walah (kebingungan) dan al-Haiman (kehausan cinta). Iya, itulah Martabat al-โAmaโ.
**
Menurut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs,
Martabat Ahadiyah atau disebut juga al-โAmรขโ adalah martabat yang tidak ada ruang bagi auliyaโ dan ulama (untuk menggapainya), melainkan hanya al-hasrah (pilu hati), al-hairah (rasa kacau), al-walah (kebingungan) dan al-haiman (kehausan cinta).
Martabat Ahadiyah merupakan martabat yang menjadi puncak tertinggi pencapaian para nabi dan ujung suluk para wali. Setelah (sampai di martabat) itu, mereka akan 'berjalan' di dalamnya dan pasti akan menuju kepada Allah, hingga mereka semua akan mengalami istighrรขq sampai mengalami al-hairah (kebingungan spiritual) dan fanaโ. Tiada Tuhan selain Dia (laa ilaaha illaa huwa).
Segalanya musnah kecuali Wajah-Nya (kullu syaiโ haalik illaa wajhah).
Allah menarik perhatian hamba-Nya untuk selalu bergerak dan berjalan menuju ke jalan-Nya (sebagai bentuk bimbingan dan pengajaran kepada mereka) melalui doa-doa yang dipanjatkan kepada-Nya serta dalam munajat-munajat (dzikir) bersama-Nya. Dalam doa-doa dan munajat-munajat itu, terdapat isyarat akan kembalinya yang banyak menuju tunggal yang sempurna yakni kamal al-wihdah yang mengenyahkan keberbilangan (nihayah al-katsrah).
Artinya, ketika Allah ingin membimbing hamba-hamba-Nya ke Martabat Ahadiyah tersebut, maka hamba-Nya ini akan terdorong hatinya agar mereka selalu ber-tawajuh dan ber-taqarub secara terus-menerus sampai menjadi sebuah kebutuhan.
Proses tawajuh dan taqarub mereka akan berakhir pada โisyq dan mahabbah yang paling hakiki (al-haqiqah al-haqqiyyah) saja, hingga menyebabkan runtuhnya penyematan (al-idhafat) yang melahirkan kesan pada keberbilangan atau dualitas terhadap Allah, yang setelah itu, niat mereka menjadi murni dan layak untuk fana'.
Bingung artinya sudah tidak bisa distrukturkan oleh akal, walau akal kulli sekalipun. Sejago-jagonya akal, itu masih ciptaan-Nya. coba hubungkan dengan QS. al-Ikhlas ayat 4, yang esensinya semua makhluk (beserta organ-organ pendukungnya; akal, logika, perasaan) itu tidak akan bisa mendefinisikan Penciptanya.
Kalau masih bisa ditangkap akal, masih disebut karakteristik dualitas, makhluk. Itulah kenapa bingung (al-hairah, al-walah).
โYang pertama diciptakan oleh Allah ialah Ruhku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah Cahayaku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah Qalam. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah Akal.โ (HR. Abu Daud)
Dari hadist inipun, tersirat bahwa akal (kulli) menempati peringkat yang paling bontot, dibanding dengan ruh.. seperti yang disebutkan dalam sebuah hadist,
"Aku dari Allah dan orang-orang yang beriman berasal dari diriku."
.
.
Semoga..
#ombad #tasawuf
23 August 2019
MEMINTA MAAF
Kata MAAF itu dari al-Afwu yang berarti menghapus, atau lebih tepatnya menghapus kesalahan-kesalahan..
Tidak mau meminta maaf karena tidak merasa bersalah itu bisa bentuk dari Sombong.. karena :
"Semua anak cucu Adam pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat.โ (HR. at-Tirmidzi)
Hidup di dunia itu harus bisa seimbang antara aspek vertikal dengan horizontal. Dalam aspek horizontal (muamalah, sosial), benar atau salah itu bisa relatif, karena belum tentu benar yang diyakini diri sendiri itu kebenaran juga bagi orang lain, dsblk.
Jika menurut diri sendiri benar, tapi yang dianggap benar ini menyakiti orang lain, maka sebaiknya meminta maaf jika memang masih punya sifat rendah hati, dan hatinya ingin ditingkatkan kualitas maupun maqamnya (makin diperlembut).
Mudah-mudahan yang mudah meminta maaf bisa "terbebas" dari "kebangkrutan" seperti yang diterangkan dalam hadist ini :
"Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu Mencaci-maki, Menuduh, Makan harta orang lain, serta Membunuh, dan Menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.โ (HR. Muslim)
Tuh lihat, "Menyakiti orang lain" ini ada di urutan terakhir, artinya paling berat. Tetapi kalau tetap memilih untuk keukeuh berhati batu.. ya silakan..
"Maka janganlah kamu merasa dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm : 32)
Semoga..
#ombad