Semenjak masuk SD di umur 4.5 tahun, aksara latin adalah aksara kedua yang bisa dibaca setelah aksara arab. Saya pun punya hobby baru yaitu "obrak-abrik" isi "perpustakaan" Bapak.
Awalnya buku-buku ini numpuk di atas plafon dan tanpa sengaja ketemu anaknya yang baik, tidak sombong, murah senyum, cakep, wajahnya bercahaya, matanya berbinar, dsb tetapi suka naik-naik ke atap rumah akibat rasa ingin tahunya yang besar..
"Kok ada lantai dari bambu setinggi 2 meter dari lantai..?" pikirnya.. Ia pun ambil tangga bambu, naik, dan... HARTA KARUN terpampang di depan matanya !. Sampai akhirnya tempat inipun jadi tempat favoritnya buat baca-baca.. istilahnya "nyelegon" lah kalau dalam bahasa sunda mah.. seperti inilah kalau yang nulis paragraf ini adalah Aa Ibong.
Oh iya, waktu masuk SD, Bapak udah jadi Kepsek di SD yang lain.. buku-bukunya kebanyakan terbitan Departemen P & K, serta Balai Pustaka. Jangan-jangan, bokap "belokin" buku jatah sekolah nih.. duit dari mana beli buku sebanyak itu.. 😂
Awalnya, buku-buku cerita tipis berbahasa Indonesia dan Sunda. Seiring waktu, kegemaran baca ini pun jadi candu, untungnya hanya sampai tamat SD aja, karena buku-buku "perpustakaan" ini sudah habis dibaca, termasuk buku-buku "aneh" dan tebal-tebal yang disimpan di "para" (atas plafon).
Hasilnya, banyak yang membekas di kepala, termasuk karangan dari luar negeri, tentunya yang udah diterjemahkan.. kan not yet reading english.. mulai dari "Hans Andersen", "Uncle Tom's Cabin", bahkan Moby Dick dan Don Kisot..
Novel yang paling membekas di kepala mah karya-karya Poedjangga Lama, Hamka dan Motinggo Busye, khususnya Perempuan Paris, 1968.. 😊
Nah.. kalau buku tebal, yang begitu membekas di kepala itu adalah buku bersampul putih yang masih ejaan lama berjudul Ilmu Kebidanan & Ginekologi (objin).. suka banget sama gambar ilustrasinya, ada orang tiduran dengan berbagai posisi, kepala bayi nongol, penjepit kepala, dsb. Cuma anehnya karena tanpa pakaian aja.. Seru, rasanya seperti sedang menonton film.. dan buku inipun sudah tamat waktu jaman SD.. sampai sekarang gak paham kenapa Bapak punya buku ini, apa pernah bikin pelatihan paraji (dukun beranak) gitu.. atau malah pernah pacaran sama mahasiswi kedokteran..
Cuma sayang.. ada jeleknya juga ketika sedang bermain sama temen sebaya di kampung. Saat menerangkan urusan mobil Ford di Amerika bahwa produksi per mobilnya itu lebih cepat dari merebus telor, hanya sekitar 3 menit/mobil.. ehh.. teman-teman pada tidak percaya, malah mereka ngomongnya, "Ah siah, gélo manéh mah...!"
Salah aku dimana coba.. masa dikatain gila meski udah diyakinkan sedemikian rupa pakai data dan fakta..? 😰
Untunglah.. sewaktu SMP dan SMA, kecanduan bacanya berkurang drastis.. kan malu atuh kalau disebut "kutu buku", emang aku cowok apaan..?
Kegiatan harian pun kembali normal, seperti main ke gunung dan pulangnya bawa bambu utuh 2-3 pohon, piknik ke kebon lalu pulangnya bawa jengkol atau alpukat setengah karung, berenang di sungai tanpa pakaian renang, ataupun sepak bola dari siang sampai maghrib.
Sayangnya sewaktu kuliah, mulai semester 3 saat kontrakan di Pelesiran, mulai "menggila" lagi kecanduan bacanya.. sungguh merugikan. Duit bulanan cepat habis sampai cekak.. iya.. sangat merugikan..! Dana buat makan pun habis agar bisa melahap buku-buku sewaan, bahkan tidur dan kuliahpun terganggu.. kadang 2-3 hari gak tidur, kadang juga seminggu gak ke kampus.. tersedot Cersil pertempuran buatan Kho Ping Ho, Khu Lung, Chin Yung, Wang, Gan KL, bahkan SH. Mintardja yang susah tamatnya. Bisa paham kan kenapa IPK di bawah 3.0..?
Alhamdulillah, akhirnya kecanduan baca pun bisa sembuh karena dua alasan; pertama, Cersilnya habis semua dibaca, gak ada lagi yang baru.. Kedua, muncul sesuatu yang baru, yaitu musik alias kecanduan beli kaset, dan satu lemari kaset pun berhasil terkumpul saat lulus kuliah.
Iya.. Tuhan Maha Adil, setidaknya saya paham bedanya Cinta dengan Kecanduan.. kalau Cinta dari mata turun ke hati, sedangkan Kecanduan itu dari mata pindah ke telinga.. dan lebih merugikan.
Semoga..
#ombad #biografi