02 July 2019

TASAWUF DALAM SEEKOR ANJING

Anjing, selain sama-sama merupakan makhluk sosial, pola perilaku anjing pun mirip dengan manusia. Kedekatan pola perilaku ini menyebabkan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan bisa diajak bersosialiasi.

Kesetiaan dan Pengabdian anjing seakan mengajarkan manusia untuk tetap setia dan mengabdi kepada Tuhannya. Predikat anjing sebagai "teman baik manusia" pun seakan mengajarkan bahwa manusia pun harus menjadi "teman baik" Tuhannya, dalam arti, qalbu atau batinnya selalu dekat dengan Tuhannya.

Dari anjing pun, manusia bisa belajar sifat-sifat yang baik lainnya. Apakah itu terkait daya tahan tubuhnya khususnya kekuatan dalam menanggung rasa lapar; Sedikit tidur di waktu malam seperti para Muhibbin; Tidak meninggalkan tuannya sekalipun kasar terhadapnya seperti halnya para Muridin; Rela berada di mana saja berada; dan jika dipukul/dikerasin lalu diberi sesuatu maka ia akan kembali tanpa ada rasa dendam; dan banyak sifat baik lainnya.

Seperti itulah "Kebaikan" dan "Pengabdian" seekor anjing.

Tetapi, banyak manusia yang memilih menjadi Bal’am bin Bauro, seorang murid Nabi Musa as. yang tergiur dengan nikmat duniawi sampai akhirnya tidak lagi memperdulikan halal atau haram, melepaskan ayat-ayat Allah dan menukarnya dengan keduniawian, seperti yang telah Tuhan firmankan, "Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga.." (QS. Al-A'raf : 176).

Bukankah Anjing yang menjulurkan lidah dan meneteskan air liur itu menunjukkan hasrat anjing terhadap sesuatu..? Dan bukankah banyak manusia juga yang memiliki sifat seperti itu, yang hanya berorientasi materi duniawi dan kesenangan syahwat saja..?

Anjing yang cerdik pun tetap menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat, seperti halnya para penjilat di kalangan manusia yang lebih mementingkan syahwat dirinya sendiri, meski mereka bukan orang bodoh dan tidak pula berkedudukan rendah. Sayangnya para Penjilat ini tetap menghinakan dirinya daripada memilih untuk tetap terhormat dan terjaga kehormatannya.

Mereka ini yang disebut Imam Ghazali ra. sebagai Bahimiyyah (manusia hewan) yang derajatnya itu lebih sesat dan lebih hina dari hewan itu sendiri, karena hawa nafsunya telah memenuhi jiwa, sehingga pengetahuan, akal, hati dan keimanan pun akan dikalahkan oleh perutnya.

Dan seperti itulah "najis" nya seekor anjing yang harus bisa dihindari dan dibersihkan.

Semoga..
#ombad #tasawuf #dalam

01 July 2019

ANJING VS JUBAH SUFI

Suatu hari berjalanlah seorang laki-laki berjubah dan melintasi sebuah perkampungan.

Tak lama kemudian, seekor anjing dekil mendekati sang darwis, menghampirinya. Tanpa pikir panjang sang darwis memukulkan tongkatnya dengan keras.

Seraya meringkik kesakitan, anjing tersebut berlari menuju kediaman seorang Syeikh bernama Abu Said. Sembari menjilat-jilat kakinya yang terluka, si anjing menuntut keadilan atas perlakuan kasar tersebut. Maka sang darwis pun dipanggil.

Abu Said : “Hai orang yang kasar! Bagaimana bisa engkau memperlakukan seekor binatang yang lemah dengan cara seperti itu. Tidakkah engkau lihat akibat dari perbuatanmu telah menyebabkan kakinya pincang..?”

Sang Darwis : “Itu bukan kesalahanku, semua itu semata kesalahannya sendiri. Aku tidak serta merta memukulnya, akan tetapi karena ia telah mengotori jubah kesayanganku.”

Abu Said : “Apa benar begitu..?” (sambil menoleh ke si anjing)

Anjing : “Memang benar, Tuan. Aku menjilati jubah beliau, sebab aku melihat betapa agung dan mulianya sang darwis dengan jubah yang dikenakan. Sebagai seorang yang agung, aku menganggap bahwa aku akan aman jika dekat dengannya. Namun penilaianku ternyata keliru. Andai saja aku melihatnya berpakaian layaknya seorang biasa, tentu saja aku tak akan mendekatinya. Kesalahanku sebenarnya telah menganggap bahwa penampilan orang yang tampak memiliki keagungan ini menunjukkan keamanan.”

Abu Said : “Lantas, keadilan seperti apa yang kau inginkan..?”

Anjing : “Jika Tuan ingin menghukumnya, tolong lepaskan darinya pakaian agung yang dikenakannya karena pakaian seperti itu hanya pantas dikenakan oleh orang-orang yang suci.”

**

Suatu ketika Rasulullah SAW bersama para sahabatnya sedang duduk di dalam masjid.

Mereka dikejutkan dengan kehadiran orang asing dengan tingkah kurang menyenangkan. Seseorang Badwi yg mendadak kencing di pojokan masjid.

Sontak, kelakuan orang Badwi ini membuat marah para sahabat. Kata-kata bernada keras pun meluncur dari lidah mereka. Para sahabat hendak mencegah air najis si Badwi mengotori kesucian masjid.

Menanggapi peristiwa ini, Rasulullah tetap tenang. Beliau justru melarang reaksi sahabatnya yang berlebihan dan membiarkan si Badwi menuntaskan buang air kecilnya.

Usai kencing, Nabi lantas memberi nasihat bijak kepada si Badwi tentang fungsi dan etika memperlakukan masjid.

Berdirilah, ambilkan seember air dan guyurlah air kencing tersebut,” kata Rasulullah kepada para sahabat.

Mereka kemudian bangkit dan melaksanakan perintah ini.

Selanjutnya Rasulullah SAW berpesan,

Fa innama bu‘itstum muyassiriin wa lam tub’atsu mu‘assirin".

"Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan.”

Semoga..
#ombad #tasawuf

KETIKA RINDU RASUL

Ketika seseorang ingat akan Nabi SAW dan sangat MERINDUKANNYA, maka itu adalah jadzbah (tarikan ruhani) dari Allah SWT. Hendaknya ia membaca Shalawat sebanyak-banyaknya. Tidak banyak orang yg mengalami hal semacam itu, lebih-lebih yg mengisinya dengan membaca Shalawat.

Ada sebuah kisah tentang seseorang yg sangat rindu kepada Rasulullah SAW. Lelaki itu tak pernah tidur kecuali setelah air matanya mengalir saking rindunya ingin berjumpa.

Suatu malam, ia bermimpi melihat Rasulullah. Dalam mimpi itu, ia merasa seolah berada di padang Mahsyar dan melihat kumpulan manusia saling berdesakan, saling tindih satu sama lain. Masing-masing dengan wajah yg telah berubah, sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. Semuanya terlihat dalam keadaan sangat bingung.

Ketika itulah tiba-tiba barisan para malaikat melintas, lalu lewat pula rombongan Rasulullah SAW bersama para Nabi, Syuhada, para Wali dan orang-orang Shalih.

Lelaki tsb hanya bisa melihat dari kejauhan dan tidak bisa mendekat kepada Rasulullah saw karena desakan para malaikat yg menghalangi orang-orang untuk bisa mendekat. Ketika barisan para malaikat itu melintas maka lewatlah Rasulullah.

Maka dalam mimpi itu, ia berkata kepada orang yg berada di sebelahnya,

Jika kelak kamu bertemu dengan Rasulullah maka sampaikan salamku bahwa aku rindu kepadanya. Dulu di masa hidupku di dunia, aku selalu merindukan Rasulullah. Dan jika aku masuk neraka, sampaikan pula kepada beliau, bahwa aku telah berada di tempat yg layak untukku (neraka), karena banyak dosa.”

Setelah berkata demikian, barisan yg melintas tadi tiba-tiba berhenti karena Rasulullah berhenti, kemudian beliau berbalik dan berkata,

Wahai Fulan, aku tidak melupakan orang-orang yg merindukanku.”

Beliau lalu membuka kedua tangannya, kemudian orang itu berlari dan memeluk Rasulullah SAW dan menciuminya.

**

Rasulullah SAW bersabda :

Orang yang bermimpi melihat aku, berarti ia benar-benar melihat aku, sebab syaitan tidak akan menyerupai seperti aku.”


Semoga...
#ombad #tasawuf

UCAPAN SELAMAT

(Empati Itu Adab)

Banyak Hadist yg menyuruh memberi ucapan selamat, apakah itu terkait pernikahan, pulang dari naik haji/umrah, karunia anak, sehat, taubat, memasuki bulan ramadhan, hari raya, bahkan kenaikan pangkat/keutamaan yang agung.

Dasar dari semua itu adalah untuk membahagiakan atau menggembirakan sesama Muslim.

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا  قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ.

Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah membahagiakan/menggembirakan muslim yang lain.” (Riwayat dari Ibn Abbas ra.)

Dan terkait ucapan selamat karena seseorang telah memperoleh kenaikan pangkat atau keutamaan yang agung, bisa merujuk hadist ini :

التهنئة بالفضائل العلية والمناقب الدينية
أخرج الشيخان عن أنس قال : ( أنزلت على النبي صلى الله عليه وسلّم ) ليغفر
لكالله ما تقدم من ذنبك وما تأخر( مرجعه من الحديبية ، فقال النبي صلى
الله عليه وسلّم:لقد نزلت على آية أحب إلي مما على وجه الأرض ثم قرأها
عليهم فقالوا : هنيئاً لك يا رسول الله ) الحديث ، وأخرج الحاكم في
المستدرك عن أسامة قال : ( تبعت رسول الله صلى الله عليه وسلّم إلى بيت
حمزة فلم نجده فقالت له امرأته : جئت يا رسول الله وأنا أريد أن آتيكوأهنئك
أخبرني أبو عمارةيعني حمزة أنك أعطيت نهراً فيالجنة يدعى الكوثر )....

Sahabat Anas ra. meriwayatkan sebuah hadits saat diturunkan pada Nabi SAW sepulang dari Perang Hudaibiyyah sebuah ayat, Nabi SAW bersabda : “Sungguh telah diturunkan padaku sebuah ayat yang lebih aku sukai ketimbang apapun diatas bumi”, kemudian Nabi SAW membaca ayat tersebut : “Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,” (QS. 48:2)
Kemudian para Shahabat berkata, “Selamat Wahai Rasulullah..!” (HR. Bukhari-Muslim)

Al-Hakim dalam Kitab al-Mustadarak-nya meriwayatkan sebuah hadits dari shahabat Usamah ra, ia berkata, “Aku mengikuti Rasulullah SAW menuju rumah Hamzah namun kami tidak menjumpainya, kemudian Istri Hamzah berkata pada Rasulullah, “Engkau telah datang Wahai Rasulullah sedang aku berkeinginan mendatangimu dan memberi ucapan selamat kepadamu, Abu ‘Umarah (Hamzah) memberitahuku bahwa engkau telah diberi sebuah telaga dalam surga yang diberi nama Telaga Kautsar.” (HR. Al-Hakim)

Jadi memberi ucapan selamat untuk membahagiakan itu termasuk Sunnah..

Semoga..
#ombad

30 June 2019

ISLAM MENYEMPURNAKAN ?

Jika bicara "Islam menyempurnakan".. maka harusnya nilai dari agama samawi yang lain pun dipelajari, supaya paham sempurnanya Islam itu di mana. Ada hikmah tersembunyi ketika dalam Rukun Iman ada perintah mengimani kitab-kitab dan Nabi-nabi Allah yang lain.

Kesempurnaan yang harus ditemukan oleh para pemeluknya ini seperti halnya "merangkai puzzle" yang masih terpisah-pisah bahkan masih seperti yang saling bertabrakan. Ada nilai-nilai yang susah dimunculkan tapi nilai tersebut mudah dilihat dalam "agama" lain.

"Agama-agama" yg dimaksud ini, bukan sekedar agama secara kelembagaan atau KTP, tetapi terkait suatu "value", seperti budaya, adat kebiasaan, etos kerja, adab, akhlak, dsb yang tanpa disadari sudah menjadi "intisari" ajaran agama. Dan nilai-nilai seperti ini pun banyak dan bertebaran dalam tataran lokal (local wisdom), meski susah "disambungkan" dan "diselaraskan" karena keterbatasan pemahaman dalam memahami agamanya.

Jangan sampai ikut-ikutan fenomena karbitan jaman now itu, dimana baru memahami satu dua potongan puzzle saja sudah merasa bisa merangkai dan menyimpulkan keseluruhan puzzle, padahal potongan puzzle-nya masih tercerai berai, masih terkotak-kotak dan belum bisa terintegrasi.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling KENAL-MENGENAL.." (QS. Al-Hujurat: 13)

"Saling kenal-mengenal" (lita'arafu) bukan sekedar kenal saja, tapi berhubungan dengan mengenali suatu nilai-nilai (value) kemuliaannya, kemudian bisa mengadopsi nilai-nilainya. Hal ini bertujuan agar masing-masing pribadi bisa meningkatkan derajat ketakwaannya di hadapan Tuhannya.

Bukankah "Allah memuliakan bani Adam" supaya masing-masing bisa saling mencari, menggali, memahami dan mengadopsi value kemuliaannya, dan akhirnya diharapkan bisa memahami kemuliaan dan kesempurnaan bani Adam, artinya dibalik bungkus fisik bani Adam ini terdapat isi yang sangat luas dan dalam. 

Makanya sungguh beruntung orang-orang yg pernah "menggali local wisdom" ataupun pernah hidup di luar negeri (lingkungan yang heterogen) serta bergaul dengan berbagai tipe manusia, ilmu serta budaya yg berbeda-beda. Dan kemudian bisa mengambil nilai dan hikmahnya, bukan sekedar menonjolkan bungkus tanpa isi, ritual tanpa esensi, serta asesoris tanpa nurani.

Semoga..
#ombad #tasawuf