19 May 2018

FASE RAHMAT

FASE RAHMAT
(10 Hari Pertama Ramadhan)

Fase dalam bulan Ramadhan ini ada tiga, yaitu:

1. Fase RAHMAT : sepuluh hari awal Ramadhan,

2. Fase MAGHFIRAH : sepuluh hari di tengahnya sebagai fase Maghfirah (ampunan), dan

3. Fase ITQUN MINANNAAR  : sepuluh hari di akhir sebagai fase Pembebasan dari api neraka.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:

"Awal bulan Ramadhan adalah Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya Itqun Minan Naar (pembebasan dari api neraka)."

Fase 10 hari pertama Ramadhan memang merupakan fase terberat dan tersulit karena merupakan fase peralihan dari kebiasaan pola makan.

Selain adaptasi tubuh, pada fase 10 hari pertama Ramadhan ini, Pikiran dan Jiwa pun berusaha melakukan adaptasi atau penyesuaian, dimana ia harus berusaha Sabar dan Ikhlas dalam menunaikan puasa. Oleh sebab itu pada 10 hari pertama Ramadhan ini, Allah SWT memberikan keistimewaan dengan membukakan Pintu Rahmat yg sebesar-besarnya bagi hamba-Nya yg telah Sabar dan Ikhlas ketika menunaikan puasa.

RAHMAT adalah kasih sayang dan cinta dari Allah SWT kepada makhluk-Nya, khususnya kepada hamba-Nya.

Bagi orang yg beriman, semua hal berujung baik. Jika menerima ujian atau kesusahan kemudian dia bersabar, maka ujungnya baik. Juga jika mendapatkan nikmat kemudian dia bersyukur, maka ujungnya baik pula. Dan semua hal itu dikarenakan Allah SWT memberikan Rahmat (baca: cinta-Nya) kepada hamba-Nya.

Apa ciri orang yg mendapat Rahmat Allah...?

"Dan orang-orang yg Beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yg lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yg ma'ruf, mencegah dari yg mungkar, mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi Rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. At-Taubah : 71)

Dari ayat di atas, maka ada enam ciri orang yg mendapat Rahmat Allah, yaitu :

1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ketaqwaan itu merupakan pintu pembuka semua kebaikan dunia dan akhirat.

2. Menunaikan Zakat (baca: membantu orang lain, infaq, sedekah).
Dengan memberikan sebagian harta, sesungguhnya kita mengundang Rahmat Allah. Itulah kenapa urusannya akan Allah permudah.

3. Mendirikan Shalat.
"Mendirikan" itu bukan sekedar melakukan atau menunaikan saja, bukan sekedar perrimbangan "kewajiban" saja, tetapi sudah "kebutuhan". Hal ini  berkaitan dengan Hadist :

"Shalat itu mikrajnya mukminin."

4. Gemar melakukan Amar Ma'ruf Nahi Munkar, bukan nyamar ma'ruf nyambi munkar.. :D

5. Gemar menolong sesama, dan bukan suka ditolong.
Orang yg mendapatkan Rahmat Allah selalu tergerak hatinya saat melihat orang lain kesusahan. Dia akan berusaha menolong orang lain dalam bentuk harta, ilmu, tenaga, hingga doa.
Hidupnya tidak menyendiri (eksklusif), ia bersosialisasi baik dengan masyarakat, dan bergaul dalam kebaikan dengan sesama manusia. Orang tersebut memiliki tanggung jawab sosial yg tinggi serta selalu merasa bahagia jika dikelilingi orang-orang yg shaleh. Orang yg gemar menolong orang lain, hidupnya akan jauh dari sifat Kikir, Sombong, Takabur, Hasud, Iri, Dengki, Benci dan Dzalim/merusak, sehingga hatinya akan bersih. Refleksi dari sifat Allah ar-Rahman.
Dan dirinya meyakini bahwa menolong orang itu sama dengan menolong dirinya sendiri. Dan bukankah manusia yg paling baik adalah yg paling bermanfaat bagi sesama..?

6. Derajat Mukmin.

Kenapa urutannya sy balik dari urutan ayat di atas..? Ini ada hubungannya dengan Proses mencapai derajat Mukmin, karena hamba yg Mukmin itu selalu berada dalam Rahmat Allah..

Mudah-mudahan kita semua lulus dari Fase Rahmat, dan selanjutnya bisa memasuki Fase Maghfirah pada sepuluh hari kedua bulan Ramadhan ini.

Semoga...
#ombad #ramadhan #03

17 May 2018

KEYAKINAN SALAH, MOTIF BATHIL

Ada kaum yg berbuat jahat (dzalim, bathil) karena keyakinan dalam agamanya menyimpang. Jika tidak bisa diperbaiki ideologinya (tahap iqammatul hujjah), maka mereka boleh dibunuh dengan seizin/keputusan Ulil Amri (presiden, hakim pengadilan). Alasannya karena dampak kerusakan yg mereka perbuat sangat besar.

Mereka bukan orang munafik, bukan orang yg malas beribadah, sebaliknya banyak diantara mereka yg hafal Al-Quran, dan hampir semuanya menghabiskan waktu malamnya hanya untuk membaca Al-Quran, berdzikir dan tahajud.

Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw. berpendapat bahwa meski mereka menggunakan ayat-ayat suci, mereka punya motif dan tujuan yg Bathil, dan Beliau pun menyalahkan tafsir yg menyimpang dari mereka. Hal ini tersirat dalam ucapan Beliau : 

كَلِمَةُ حَقٍّ أُرِيدَ بِهاَ بَاطِل

Kalimat yang benar, namun maksudnya bathil.”

Rasulullah  SAW pernah bersabda, mengingatkan akan kedatangan mereka,

سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِيْ آخِرِ الزَّمَانِ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ، سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ لاَ يُجَاوِزُ إِيْمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، فَأَيْنَمَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ، فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Di akhir zaman akan muncul suatu kaum yang terdiri dari anak muda; dangkal pemikirannya; mereka berkata dengan sebaik-baik perkataan manusia yang hanya sebatas kerongkongan mereka saja; mereka keluar dari agama seperti anak panah yang melesat dari busurnya. Di mana saja kalian menjumpai mereka, maka bunuhlah, sesungguhnya membunuh mereka akan mendapat pahala di hari Kiamat.
(HR. Bukhari dalam al-Shahih: Kitab Istitâba al-Murtadîn wa al-Mu’ânidîn wa Qitâlihim, Bab: Memerangi Khawarij dan Ahli Bid’ah Setelah Adanya Bukti, 6:2539 hadits ke 6531; Muslim dalam al-Shahîh: Kitab al-Zakat, Bab: Anjuran Memerangi Khawarij, 2:746 hadits ke 1066; Ahmad bin Hanbal dalam al-Musnad, 1:81, 113-131 hadits ke 616, 912, 1086; al-Nasâ’î dalam al-Sunan: Kitab Tahrîm al-Dam, Bab: Tentang Seseorang yang Menghunuskan Pedang dan Memamerkannya di Hadapan Orang-orang, 7:119 hadits ke 4102; dan Ibnu Mâjah dalam al-Sunan: Muqaddimah Tentang Hadits-hadits Khawarij, 1:59 hadits ke 168)

"Akan keluar di tengah kalian sekelompok Kaum. Mereka akan meremehkan shalat kalian dibandingkan shalat mereka, atau meremehkan puasa kalian dibandingkan puasa mereka, atau meremehkan amal kalian dibandingkan amal mereka. Mereka rajin membaca al-Qur’an, namun tidak menembus tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama, seperti anak panah melesat dari hewan buruan." (HR. Bukhari 5058)

Rasulullah SAW menggambarkan, mereka melesat dari agama seperti anak panah melesat dari hewan buruan, menancap lalu tembus tanpa meninggqlkan bekas. Karena saking kencangnya mereka dalam memegang prinsipnya yg menyimpang.

Bahkan Rasulullah SAW menyatakan bahwa mereka adalah "Anjing Neraka",

كِلاَبُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ، خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوْهُ، ثُمَّ قَرَأَ  [ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَ تَسْوَدُّ وُجُوْهٌ]  إِلَى آخِرِ الآيَةِ، قُلْتُ لِأَبِيْ أُمَامَةَ أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ؟ قَالَ: لَوْ لَمْ أَسْمَعْهُ إِلاَّ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا أَوْ أَرْبَعًا حَتَّى عَدَّ سَبْعًا مَا حَدَّثْتُكُمُوْهُ

Anjing neraka. Kematian paling jahat di kolong langit. Kematian paling baik di kolong langit orang yang terbunuh oleh mereka. Kemudian Abu Umamah membacakan ayat, ”Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram,”[QS 3:106] sampai akhir ayat. Aku bertanya kepada Abu Umamah, ”Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah SAW ? Beliau menjawab, ”Jika aku tidak mendengarnya kecuali hanya sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, sampai beliau menyebutkan tujuh kali, aku tidak akan menceritakannya kepada kalian.”
(HR. Tirmidzi, dalam al-Sunan: Kitab Tafsir al-Quran, Bab: Dari Surat Âli ‘Imrân, 5:226 hadits ke 3000; Ahmad bin Hanbal dalam al-Musnad, 5:256 hadits ke 22262; al-Hâkim dalam al-Mustadrak, 2:163 hadits ke 2655; al-Baihaqî dalam al-Sunan al-Kubrâ, 8:188, serta al-Thabrânî dalam Musnad al-Syâmiyyîn, 2:248 hadits ke 1279)

Semoga...
#ombad #ramadhan #01

SEORANG PEMANDU

Seorang Pemandu hanya bertugas membuka kulit kebodohan yg menutupi diri si salik, agar membersihkan karat-karat yg telah menutupi sumber cahaya yg terdapat dalam hati salik. Seorang Pemandu tak memberi apa pun; ia hanya melepaskan sesuatu.

Seorang yg baru mulai berlatih wushul, ibarat orang yg sepanjang hayatnya hidup dalam sebuah ruangan yg gelap, pengap dan tanpa cahaya. Membiarkan atau mendadak mengajaknya hanya dalam hitungan jam ke luar ruangan yg gelap, menuju tempat di mana matahari sedang terang benderang memanggang bumi, tidak hanya akan membuatnya kaget, tetapi bisa membuat matanya menjadi buta seketika.

Jadi, dibutuhkan sejumlah penggemblengan yg dilakukan bertahap, pelan tapi pasti. Selain untuk melatih kesabaran, keikhlasan dan tekad kuat, jg agar kedirian (keakuan, eksistensi) dan egoisme si salik bisa mengelupas secara bertahap. Jika kedirian dan ego itu masih kuat melekat, itu berarti kehidupan dunia dengan segala jebakan hasrat masih belum sepenuhnya enyah dari hati dan kesadaran si salik.

Jika dipaksa maka akan berakibat fatal pada keselamatan fisik dan spiritual si salik. Begitupun jika tidak dipandu/dibimbing.

Barangsiapa yg bepergian tanpa pemandu, niscaya memerlukan dua ratus tahun untuk perjalanan sehari dua hari." (Maulana Rumi)

Semoga...
#ombad #tasawuf

KAPAN NIAT PUASA ?

Dalam hal niat Puasa Wajib (jenis apa saja), para ulama berbagai mazhab sepakat bahwa Niat harus dilaksanakan pada malam hari. Pendapat ini didasarkan pada hadist Rasulullah SAW yg diriwayatkan oleh Sayyidah ‘Aisyah:

“Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum terbit fajar, maka tidak sah puasanya.”

Lain halnya puasa Sunnah, waktu berniat tidak harus malam hari, tapi bisa dilakukan setelah terbit fajar sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat ia belum makan/minum sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama mazhab Hambali, untuk puasa Sunnah, membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur.

Kembali ke persoalan, seandainya lupa berniat pada malam hari atau tertidur, bolehkah melakukan niat setelah terbit fajar atau pagi harinya..?

Untuk lebih detailnya, marilah kita ikuti berbagai pendapat berikut ini:

- Madzhab HANAFI
Lebih baik bila Niat puasa (apa saja) dilakukan bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah. Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yg sifatnya menjadi tanggungan/hutang (seperti puasa Qadha, puasa Kafarat, puasa karena telah melakukan haji tamattu’ dan qiran –sebagai gantinya denda/dam, dll) maka tidak sah puasanya.

Karena, menurut madzhab ini, puasa-puasa jenis ini niatnya harus dilakukan pada malam hari. Tapi lain dengan Puasa Wajib yg hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti puasa Ramadhan, nazar, dan puasa-puasa Sunnah yg tidak dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja niatnya dilakukan setelah fajar sampai sebelum Dzuhur.

- Madzhab MALIKI
Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan pada malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila seseorang berniat sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya, atau berniat sebelum tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun puasa Sunnah.

- Madzhab SYAFI’I
Untuk semua jenis puasa Wajib (baik yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadhan; yg sifatnya menjadi tanggungan seperti Qadha’, nazar, kafarat, dll.) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun puasa Sunnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya matahari. Karena Nabi SAW suatu hari berkata pada ‘Aisyah: ‘Apakah kamu mempunyai makanan?’
Jawab ‘Aisyah: ‘Tidak punya’.
Terus Nabi bilang: ‘Kalau begitu aku puasa’.
Lantas ‘Aisyah mengisahkan bahwa Nabi pada hari yang lain berkata kepadanya: ‘Adakah sesuatu yang bisa dimakan?’
Jawab ‘Aisyah: ‘Ada’.
Lantas Nabi berkata: ‘Kalau begitu saya tak berpuasa, meskipun saya telah berniat puasa’.

- Mazhab HAMBALI
Tidak beda dari Syafi’iyah, madzhab ini mengharuskan niat dilakukan pada malam hari, untuk semua jenis puasa Wajib. Adapun puasa Sunnah, berbeda dari Syafi’iyah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dzuhur (dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar).

Dan pendapat yg terakhir inilah (bolehnya Niat puasa Sunnah walaupun telah lewat Dzuhur) yg paling kuat.

NIAT Puasa Ramadhan

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin 'an adaa'i fardhi syahri romadhoona hadihis-sanati Lillahi Ta'ala.

Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala.”

**

Selamat memasuki bulan yg penuh Berkah.. Sy pribadi mohon maaf dari teman-teman semua dari kesalahan yg sengaja ataupun tidak..

Semoga..
#ombad #ramadhan #01

16 May 2018

PROPAGANDA

Kalo dipikir-pikir, Teroris di Indonesia itu makin kesini makin miskin ya..

Jaman Orba, pakai & bajak pesawat.
Jaman Mega, pakai mobil.
Jaman SBY, pakai tas ransel.
Jaman Jokowi, pakai panci dan pipa..!

Akhirnya, mereka dan pendukungnya pun pake propaganda di medsos... mungkin modal pulsa atau bahkan wifi gratisan. :D

Setelah sy amati, ternyata propagandanya ada kemiripan dengan sebelum meletus gonjang-ganjing Timur Tengah, yaitu :

- Jargon yg berhubungan dengan Syiah: Sesat, Syiah bukan Islam, Tunjuk Syiah sana-sini, dsb.

- Jargon yg berhubungan dengan Komunis (ini hanya di Indonesia): anti/pro komunis, kebangkitan PKI, dsb.

- Jargon yg berhubungan dengan Islam: Kembali ke QH (yg lain tersesat), Penistaan, Sesat, Murtad, Munafik, Kafir, dsb.

- Jargon yg berhubungan dengan Pemerintahan: Pemerintah Thoghut, Kepolisian jelek, dsb.

- Jargon yg berhubungan Ulama: Sesatkan ulama Moderat/tarekat, Syiahkan ulama tertentu, Kriminalisasi Ulama, Penistaan ulama, dsb.

Sederhana... propaganda² tersebut bertujuan membuat dulu polarisasi (kubu), lalu yg masih awam agama jadi terpengaruh, sehingga timbul pemahaman bahwa jenis "Islam" mereka itu islam yg paling bener dan yg berbeda dengan mereka itu munafik atau salah/sesat. Sampai akhirnya muncul sikap "menurut" & "patuh" dengan alasan "ulama wajib diikuti" & "ucapan ulama = perintah agama".. :D

Dan selanjutnya, lebih mudah membuat pola "massa". Awalnya (testcase) lewat demo untuk mencapai tujuan tertentu, dan selanjutnya pengerahan "kekuatan massa" (kerusuhan, perang sipil, dsb), sampai akhirnya porak-porandakan suatu negara/pemerintahan, mirip pemberontakan dan kasus Libya, Iraq, Suriah, dsb.

Sungguh sangat disayangkan, bagi yg merasa "kaum beriman" dan masih merasa "mujahid" jika pikirannya masih merasa dalam "ghirah" tanpa paham agenda dibalik itu semua.. Iqro.. Iqro.. Iqro.

Semoga....
#ombad

15 May 2018

MUBAHALAH...?

Mungkin karena dipengaruhi maraknya saling fitnah-memfitnah, jatuh-menjatuhkan, cela-mencela, hina-menghina, dsb, dan ujungnya masing² individu saling merasa paling benar, maka hal yg paling "mengerikan" pun mencuat lagi ke permukaan, yaitu Mubahalah.

Sebelumnya, ada yg bermubahalah urusan ISIS, urusan Suriah, dan yg terbaru urusan Al-Maidah 51... dan sy pribadi sangat menyayangkan hal tersebut terjadi.

Btw, arti MUBAHALAH secara bhs Arab adalah SALING MELAKNAT. Jadi Mubahalah adalah "perang doa" dalam memohon kutukan (adzab, laknat) kepada Allah SWT untuk dijatuhkan kepada orang yg berdusta, ketika ada dua pihak yg saling "keukeuh" merasa dirinya yg benar.

Dasar hukumnya adalah QS. Ali Imran 61 atau pun Al-Baqarah 94-95, yg menurut Ibnu Abbas ra. bermakna : "Berdo’alah kalian agar kelompok yg paling Dusta tertimpa Kematian."

Memang serba sulit menemukan "kebenaran" di masa² sekarang yg penuh fitnah, hoax, pelintiran² ayat, dsb. Ulama yg satu bertentangan pendapat dengan Ulama yg lainnya, dan ujungnya umatpun terbelah menjadi saling berkelompok. Umat² yg awam pun saling hujat, bahkan sampai melecehkan para ulama yg tidak sependapat dengan dirinya.

Dan memang, di saat hawa nafsu menguasai, saat dakwah yg lembut dan penuh Hikmah menemui jalan buntu, saat hujjah yg berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah serta pemahaman para Ulama tidak dapat menundukkan hati yg sudah kadung mengeras, saat Kebenaran harus mentok dan Kebatilan semakin digandrungi, maka dalam kondisi kepepet semacam itu Allah SWT memberikan jalan keluarnya lewat Mubahalah. Dan dengan cara ini insyaAllah, Allah SWT akan menampakkan mana yg benar dan mana yg salah.

Kita mah gak usah ikut² seperti itu.. ambil Hikmahnya aja, bahwa manusia itu hanya "merasa benar" dan gemar berselisih dengan "merasa benar" nya... Benar atau betul..?

Semoga....
#ombad

BIBIT RADIKALISME

Jika melihat hiruk-pikuk medsos, sedikitnya bisa "menduga" akun-akun yg "sedikit" tertular sifat radikal. Ada beberapa kesimpulan sy, diantaranya:

- Jika ada kasus bom teroris, akun-akun itu akan men-share atau mengatakan : "pengalihan isu", dengan segala macam alasannya.

- Akun-akun itu kesehariannya membenci kepolisian (beserta elemennya), dan selalu melihat sisi jeleknya terus.

- Sebaliknya, jika Kepolisian dibenci-benci, tapi di akun-akun itu malah TNI mah dipuji-puji, padahal kedua institusi itu bawahan Presiden, tapi Presidennya mah tetap aja dijelek-jelekin.

- Akun-akun itu selalu negatif ke pemerintah, pokoknya pemerintah itu tidak ada bagusnya sedikitpun.

- Akun-akun itu selalu melakukan pembenaran atas nama agama yg ia anut, dan agama yg lain selalu dan tetap salah.

- Akun-akun itu selalu memusuhi organisasi beserta elemennya yg bersikap moderat, sekaligus menyebarkan fitnah, walaupun organisasi itu sesama Islam dan elemennya pun para Kyai, semisal getolnya serangan ke organisasi NU dan para Kyainya pun sering jadi sasaran.

- Akun-akun itu akan selalu menuduh keimanan (Munafik, Murtad, bahkan Kafir) dengan orang lain yg tidak sepaham atau sekubu dengannya, walau se-agama.

- Awalnya akun-akun tersebut men-share hal-hal seperti di atas, lalu selanjutnya mulai "tertular" dan bikin postingan sendiri.

- dsb, silakan tambahkan sendiri..

Ada satu hal yg lucu, ketika melihat beberapa akun yg kebanyakan isinya selalu menjelek-jelekkan pemerintah beserta elemennya, tapi ia sendiri hidupnya aja masih digaji negara (termasuk perusahaan milik negara). Kan harusnya malu jika kelakuannya seperti itu eaa.. :D 

Mudah-mudahan akun-akun seperti itu sudah ditandai dan dalam pengawasan pihak terkait. Dan ke depan, mudah-mudahan pihak Pemerintah dan pihak Medsos (Facebook, Twitter, dsb) bisa menyepakati suatu aturan "satu akun untuk satu ID". Jadi setiap akun itu diverifikasi oleh nomor KTP dan tidak bisa digandakan, sehingga bisa mengantisipasi akun-akun palsu penyebar paham radikalisme.

Dan bibit-bibit radikalisme ini ternyata makin ke sini makin subur. Lihatlah, anak-anak kecil aja udah bisa teriak-teriak "Bunuh" kepada yg beda agama. Sangat miris..! Gak tau anak-anak ini ketularan orang tuanya atau diajarin orang tuanya ataupun ketularan lingkungannya. Apa mereka ke depannya mau jadi calon-calon teroris..?

Ketika sekelompok anak kecil berteriak, "Bunuh, bunuh, bunuh...!"
Itu propaganda siapa..? Jadi yg memberi citra buruk Islam itu siapa..?

Dan juga, sebaiknya UU Terorisme itu diberlakukan lagi aja dech. Sikat dan Habisi aja, jangan sampai terlambat seperti di Iraq, Suriah, dsb. 

Semoga....
#ombad