08 July 2017

KEHILANGAN

(.. buat seseorang ..)

Berawal dari tidak ada, lalu jadi ada, akhirnya tidak ada, maka disebutlah "hilang". Kenapa disebut "hilang" atau "kehilangan", toh awalnya pun tidak ada..?
Artinya, "merasa hilang" itu karena disebabkan rasa "memiliki" yg mengikat diri (kemelekatan).

Dan Tuhan pun mengingatkan bahwa semua itu adalah "titipan", dan sengaja dititipkan ke manusia agar ada rasa tanggung jawab untuk mengurusnya, merawat dan membuatnya menjadi lebih baik. Apapun, materi, immateri ataupun jiwa/nyawa sekalipun.

Apapun yg berhubungan dengan "kemerasaan hilang" atau "merasa kehilangan" yg dirasakan manusia, Tuhan cuma mengingatkan bahwa itu musibah (ujian), lalu katakanlah "inna lillaahi wa inna ilaihi rooji'uun".. Semacam penegasan dari Tuhan, bahwa semua ini asalnya dari-Ku, punya-Ku, dan kita semua cuma mengaku-ngaku, sehingga pada akhirnya akan dipisahkan seiring waktu, baik dengan merasa "terpaksa" ataupun "tidak terpaksa". Semua pun akan merasa "kehilangan", sampai akhirnya bisa menyadari bahwa itu bukan suatu kehilangan, dan hanya "rasa memiliki" dan "ego" saja yg merasa "kehilangan" tersebut. Suatu Kemelekatan.

Hal ini menyiratkan bahwa ikatan-ikatan diri (hijab-hijab, belenggu, kemelekatan) itu bisa semakin menguat jika tidak pernah atau jarang mengalami pengalaman "hilang" atau "terlepas". Padahal dalam kehidupan pun tanpa disadari kita sudah terbiasa mengalami berulangkali pengalaman "hilang", "terlepas" atau "terganti", semisal dalam urusan harta, punya 100rb lalu habis, lalu datang lagi jumlah yg lain, begitu seterusnya. Silih berganti dan berulang. 

Artinya secara Hakikat itu gak ada yg hilang, wong semuanya juga bukan punya kita. Ikatan hijab (belenggu) duniawi saja yg membuat perasaan semakin menderita karena merasa direnggut rasa "kepemilikan" nya.

Mirip cerita seseorang yg dititipi sebuah mobil bagus oleh temannya yg sedang kerja di luar negeri. Rasa "dititipi mobil" tersebut perlahan akan terlupakan apalagi jika si pemilik mobil mengizinkan mobilnya digunakan oleh yg dititipinya, layaknya yg empunya sendiri. Makin lama, perasaan ikatan kepemilikan terhadap mobil titipan tersebut akan menguat, dan mungkin akan merasa sangat kehilangan jika pada satu waktu diambil lagi oleh pemiliknya, padahal sudah jelas bahwa mobil tersebut dari awal pun bukan miliknya.

Begitupun, sebagai seorang hamba-Nya, manusia memang hanya sekedar merawat serta menjaga, dan bukan memiliki. Hal ini bertujuan untuk semakin menguatkan keyakinan dalam pengabdian kepada Tuhan yg Maha Memiliki segala sesuatu. Seperti halnya Cinta yg katanya bukan untuk memiliki, tapi hanya untuk merawat, menjaga dan memberi, dengan tujuan agar bisa merasakan dan meyakini bahwa rasa Cinta itu bukan untuk mengikat dan membatasi orang lain, tetapi untuk membebaskan dan memberi.. Ohh... coo.. cwiiitt...

Mudah-mudahan nasehat Buddha dalam Dhammapada ini bisa menjadi hikmah dan bisa sedikit meringankan beban penderitaan :
 
"Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu yg terbuat dari besi, kayu, ataupun rami tidaklah begitu kuat. Tetapi ikatan terhadap anak-anak, istri, dan harta benda, sesungguhnya merupakan belenggu yg jauh lebih kuat.

Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu seperti itu amat kuat, dapat melemparkan orang ke bawah, halus dan sukar untuk dilepaskan. walaupun demikian, para bijaksana akan dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.

Mereka yg bergembira dengan nafsu indria, akan jatuh ke dalam arus (kehidupan), seperti laba-laba yg jatuh ke dalam jaring yg dibuatnya sendiri. Tapi para bijaksana dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.

Tinggalkan apa yg telah lalu, yg akan datang maupun sekarang (kemelekatan terhadap lima kelompok kehidupan) dan capailah 'Pantai Seberang' (nibbana). Dengan pikiran yg telah bebas dari segala sesuatu, maka engkau tak akan mengalami kelahiran dan kelapukan lagi.

Orang yg pikirannya kacau, penuh dengan nafsu, dan hanya melihat pada hal-hal yg menyenangkan saja, maka nafsu keinginannya akan terus bertambah. Sesungguhnya orang seperti itu hanya akan memperkuat ikatan belenggunya sendiri.

Orang yg bergembira dalam menenangkan pikirannya, tekun merenungkan hal-hal yg menjijikkan (sebagai objek perenungan dalam samadhi) dan selalu sadar, maka ia akan mengakhiri nafsu-nafsu keinginannya dan menghancurkan belenggu Mara.

Orang yg telah mencapai tujuan akhir, tidak lagi mempunyai rasa takut, noda batin serta nafsu keinginan, sesungguhnyalah ia telah mematahkan ruji-ruji kehidupan. Bagi orang suci seperti itu, tubuhnya merupakan tubuh yg terakhir.

Orang yg telah bebas dari nafsu keinginan dan kemelekatan, pandai dalam menganalisa serta memahami `Ajaran` beserta pasangan-pasangannya, maka ia patut disebut seorang `Pemilik Tubuh Terakhir` (arahat), orang yg memiliki `Kebijaksanaan Agung`, seorang manusia agung.."

Btw, buat siapapun yg sedang merasa "kehilangan" baik dalam urusan harta ataupun perasaan, semoga tetap ber-positive thinking kepada Tuhan, karena siapa tahu "kehilangan" yg anda rasakan itu merupakan kunci harta karun anda yg berada di dalam diri dan di alam semesta ini.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta..

Semoga....

#ombad #tasawuf #buddha

06 July 2017

DASAR NDESO...!

Pada suatu hari Luqman al-Hakim bersama anaknya pergi ke pasar dengan menaiki seekor Keledai. Ketika itu Luqman naik di punggung Keledai sementara anaknya mengikuti di belakangnya dengan berjalan kaki. Melihat tingkah laku Luqman itu, ada orang yg berkata,

“Lihat itu orang tua yg tidak merasa kasihan kepada anaknya, dia enak-enak naik keledai sementara anaknya disuruh berjalan kaki.”

Setelah mendengarkan gunjingan orang orang, maka Luqman pun turun dari keledainya itu lalu anaknya diletakkan di atas keledai tersebut. Melihat demikian, maka orang-orang itu berkata pula,

“Hai, kalian lihat, ada anak yg kurang ajar. Orang tuanya disuruh berjalan kaki, sedangkan dia enak-enaknya menaiki keledai.”

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas punggung keledai itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang-orang juga ribut menggunjing,

“Hai teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki seekor keledai. Kelihatannya keledai itu sangat tersiksa, kasihan ya.”

Karena tidak suka mendengar gunjingan orang-orang, maka Luqman dan anaknya turun dari keledai itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata,

“Hai, lihat itu. Ada dua orang berjalan kaki, sedangkan keledai itu tidak dikenderai. Untuk apa mereka bawa keledai kalau akhirnya tidak dinaiki juga.”

Ketika Luqman dan anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman al-Hakim menasihati anaknya tentang sikap orang-orang dan keusilan mereka tadi.

Luqman berkata,

“Sesungguhnya kita tidak bisa terlepas dari gunjingan orang lain.”

Anaknya bertanya,

“Bagaimana cara kita menanggapinya, Ayah..?”

Luqman meneruskan nasihatnya,

“Orang yg berakal tidak akan mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah SWT. Barangsiapa mendapat petunjuk kebenaran dari Allah, itulah yg menjadi pertimbangannya dalam mengambil keputusan.”

Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya,

“Wahai anakku, carilah rizki yg halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya orang fakir itu akan tertimpa tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya). Lebih dari sekedar tiga perkara itu, orang-orang yg suka merendah-rendahkan dan menyepelekannya.”

DASAR NDESO...!

Seperti itulah yg terjadi sekarang, semisal kepada Presiden Jokowi. Memang serba salah sich kalau menghadapi para pemilik otak somplak dan pikiran yg salah tempat. Hati pun bisa keki jika mengikuti pandangan para pembenci dan pendengki. Dasar Ndeso..!

Pakai sepatu murah yg 200rb dibilang "pencitraan". Pakai sepatu mahal yg 2jt dibilang "nggak peka". Pakai sendal ke masjid, dibilang "sok alim". Ehh, telanjang kaki ke sawah pun dibilang "kampungan". Dasar Ndeso...!

Apapun akan terlihat salah jika matanya berkacamat Dengki. Itu makanya kata Kanjeng Nabi juga, dengki itu seperti api yg memusnahkan kayu bakar, nafsunya jadi memusnahkan Objektivitas dan Nalar. Hawa Nafsu yg membuat hati menjadi keras dan tumpul. Semua akan selalu jadi salah di mata para Pendengki dan Pembenci. Kesederhanaan dibilang "pencitraan". Keren dikit dibilang "nggak merakyat". Dasar Ndeso...!

Jadi mirip kisah Luqman al-Hakim yg bersama anaknya pergi ke pasar dengan keledainya. Selalu ada aja yg menyalahkan. Bapaknya yg naik keledai disalahin, anaknya yg naik keledai disalahin, keduanya naik keledai tetap disalahin.. ehh, keduanya tidak naik keledai pun tetap disalahin... Dasar Ndeso...!

Pinteran dikit donk... kan malu-maluin diri sendiri... Dasar Ndeso...!!

:D
#ombad

BIODATA 25 NABI & RASUL

1. ADAM AS.

Nama: Adam
Usia: 930 tahun.
Periode sejarah: 5872-4942 SM.
Tempat turunnya di bumi: India, ada yg berpendapat di Jazirah Arab.
Jumlah keturunannya: 40 laki-laki dan perempuan.
Tempat wafat: India, ada yg berpendapat di Mekkah.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali.

2. IDRIS AS.

Nama: Idris (Akhnukh bin Yarid), nama Ibunya Asyut.
Usia: 345 tahun di bumi.
Periode sejarah: 4533-4188 SM.
Tempat diutus: Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis).
Tempat wafat: Allah mengangkatnya ke langit dan ke surga.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.

3. NUH AS.

Nama: Nuh (Yasykur, Abdul Ghaffar bin Lamak).
Usia: 950 tahun.
Periode sejarah: 3993-3043 SM.
Tempat diutus (lokasi): Selatan Irak.
Jumlah keturunannya: 4 putra (Sam, Ham, Yafits dan Kan’an).
Tempat wafat: Mekkah.
Sebutan kaumnya: Kaum Nuh.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 43 kali.

4. HUD AS.

Nama: Hud bin Abdullah.
Usia: 130 tahun.
Periode sejarah: 2450-2320 SM.
Tempat diutus: Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman).
Tempat wafat: Bagian Timur Hadramaut Yaman.
Sebutan kaumnya: Kaum ‘Ad.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 7 kali.

5. SHALIH AS.

Nama: Shalih bin Ubaid.
Usia: 70 tahun.
Periode sejarah: 2150-2080 SM.
Tempat diutus: Daerah al-Hijr (Mada’in Shalih, antara Madinah dan Syria).
Tempat wafat: Mekkah.
Sebutan kaumnya: Kaum Tsamud.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 10 kali.

6. IBRAHIM AS.

Nama: Ibrahim bin Tarakh.
Usia: 175 tahun.
Periode sejarah: 1997-1822 SM.
Tempat diutus: Ur, daerah selatan Babylon (Irak).
Jumlah keturunannya: 13 anak (termasuk Nabi Ismail As. dan Nabi Ishaq As.). Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron, Palestina/Israel).
Sebutan kaumnya: Bangsa Kaldan.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 69 kali.

7. LUTH AS.

Nama: Luth bin Haran.
Usia: 80 tahun.
Periode sejarah: 1950-1870 SM.
Tempat diutus: Sodom dan Amurah (Laut Mati atau Danau Luth).
Jumlah keturunannya: 2 putri (Ratsiya dan Za’rita).
Tempat wafat: Desa Shafrah di Syam (Syria).
Sebutan kaumnya: Kaum Luth.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 27 kali.

8. ISMAIL AS.

Nama: Ismail bin Ibrahim.
Usia: 137 tahun.
Periode sejarah: 1911-1774 SM.
Tempat diutus: Mekah.
Jumlah keturunannya: 12 anak.
Tempat wafat: Mekkah.
Sebutan kaumnya: Amaliq dan Kabilah Yaman.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali.

9. ISHAQ AS.

Nama: Ishaq bin Ibrahim.
Usia: 180 tahun.
Periode sejarah: 1897-1717 SM.
Tempat diutus: Kota al-Khalil (Hebron) di daerah Kan’an (Kana’an).
Jumlah keturunannya: 2 anak (termasuk Nabi Ya’qub As./Israel).
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron).
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 17 kali.

10. YA’QUB AS.

Nama: Ya’qub (Israel bin Ishaq).
Usia: 147 tahun.
Periode sejarah: 1837-1690 SM.
Tempat diutus: Syam (Syria).
Jumlah keturunannya: 12 anak laki-laki (Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Dan, Naftali, Gad, Asyir, Isakhar, Zebulaon, Yusuf dan Benyamin), dan 2 anak perempuan (Dina dan Yathirah).
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron), Palestina.
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 18 kali.

11. YUSUF AS.

Nama: Yusuf bin Ya’qub.
Usia: 110 tahun.
Periode sejarah: 1745-1635 SM.
Tempat diutus: Mesir.
Jumlah keturunannya: 3 anak; 2 laki-laki dan 1 perempuan.
Tempat wafat: Nablus.
Sebutan kaumnya: Heksos dan Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 58 kali.

12. AYYUB AS.

Nama: Ayyub bin Amush.
Usia: 120 tahun.
Periode sejarah: 1540-1420 SM.
Tempat diutus: Dataran Hauran.
Jumlah keturunannya: 26 anak.
Tempat wafat: Dataran Hauran.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali.

13. SYU’AIB AS.

Nama: Syu’aib bin Mikail.
Usia: 110 tahun.
Periode sejarah: 1600-1490 SM.
Tempat diutus: Madyan (pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai).
Jumlah keturunannya: 2 anak perempuan.
Tempat wafat: Yordania.
Sebutan kaumnya: Madyan dan Ashabul Aikah.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 11 kali.

14. MUSA AS.

Nama: Musa bin Imran, nama Ibunya Yukabad atau Yuhanaz Bilzal.
Usia: 120 tahun.
Periode sejarah: 1527-1407 SM.
Tempat diutus: Sinai di Mesir.
Jumlah keturunannya: 2 anak, Azir dan Jarsyun, dari istrinya bernama Shafura binti Syu’aib As.
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang).
Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir).
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 136 kali.

15. HARUN AS.

Nama: Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha.
Usia: 123 tahun.
Periode sejarah: 1531-1408 SM.
Tempat diutus: Sinai di Mesir.
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang).
Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir).
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 20 kali.

16. DZULKIFLI AS.

Nama: Dzulkifli (Bisyr, Basyar bin Ayyub).
Usia: 75 tahun.
Periode sejarah: 1500-1425 SM.
Tempat diutus: Damaskus dan sekitarnya.
Tempat wafat: Damaskus.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori (Kaum Rom), Syria dan Yordania.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.

17. DAUD AS.

Nama: Daud bin Isya.
Usia: 100 tahun.
Periode sejarah: 1063-963 SM.
Tempat diutus: Palestina (dan Israel).
Jumlah keturunannya: 1 anak, Sulaiman As.
Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem).
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 18 kali.

18. SULAIMAN AS.

Nama: Sulaiman bin Daud.
Usia: 66 tahun.
Periode sejarah: 989-923 SM.
Tempat diutus: Palestina (dan Israel).
Jumlah keturunannya: 1 anak, Rahab’an.
Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem).
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali.

19. ILYAS AS.

Nama: Ilyas bin Yasin.
Usia: 60 tahun di bumi.
Periode sejarah: 910-850 SM.
Tempat diutus: Ba’labak (Lebanon).
Tempat wafat: Diangkat Allah ke langit.
Sebutan kaumnya: Bangsa Fenisia.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali.

20. ILYASA’ AS.

Nama: Ilyasa’ bin Akhthub.
Usia: 90 tahun.
Periode sejarah: 885-795 SM.
Tempat diutus: Jaubar, Damaskus.
Tempat wafat: Palestina.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.

21. YUNUS AS.

Nama: Yunus (Yunan, Dzan Nun bin Matta binti Abumatta). Matta adalah nama Ibunya.
Catatan: Tidak ada dari para nabi yg dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa.
Usia: 70 tahun.
Periode sejarah: 820-750 SM.
Tempat diutus: Ninawa, Irak.
Tempat wafat: Ninawa, Irak.
Sebutan kaumnya: Bangsa Asyiria, di utara Irak.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali.

22. ZAKARIYA AS.

Nama: Zakariya bin Dan.
Usia: 122 tahun.
Periode sejarah: 91 SM-31 M.
Tempat diutus: Palestina.
Jumlah keturunannya: 1 anak.
Tempat wafat: Halab (Aleppo).
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali.

23. YAHYA AS.

Nama: Yahya bin Zakariya.
Usia: 32 tahun.
Periode sejarah: 1 SM-31 M.
Tempat diutus: Palestina.
Tempat wafat: Damaskus.
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali.

24. ISA AS.

Nama: Isa bin Maryam binti Imran. (Catatan: Tidak ada dari para nabi yg dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa).
Usia: 33 tahun di bumi.
Periode sejarah: 1 SM-32 M.
Tempat diutus: Palestina.
Tempat wafat: Diangkat oleh Allah ke langit.
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya (Isa) sebanyak 21 kali, sebutan al-Masih sebanyak 11 kali, dan sebutan Ibnu (Putra) Maryam sebanyak 23 kali.

25. MUHAMMAD SAW.

Nama: Muhammad bin Abdullah.
Usia: 62 tahun.
Periode sejarah: 570-632 M.
Tempat diutus: Mekkah.
Jumlah keturunannya: 7 anak; 3 laki-laki (Qasim, Abdullah dan Ibrahim), dan 4 perempuan (Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah az-Zahra).
Tempat wafat: Madinah.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arab.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali.

Sumber:
- Qashash al-Anbiya' Ibn Katsir,
- Badai' az-Zuhur Imam as-Suyuthi, dsb.

PROSES BERAGAMA

Mari kita analisis tahapan ”beragama" dalam Islam.

Islam --> Iman ---> Ihsan (baik) ---> Syahadah ---> Sholeh (memperbaiki) ----> Siddiqiyah (jelas, benar)..

Islam :
Ritual ---> Nilai-nilai ---> Aktualisasi Nilai-nilai ---> Adab ---> Aktualisasi Adab .... baru masuk ke Iman (Mukmin) ..

IMAN kalo menurut bahasa Arab itu berasal dari Aamana Yukminu ... Aamana ini fi'il (kata kerja) yg artinya "percaya" atau "membenarkan" .. jadi berhubungan dengan proses. Jadi bukan sesuatu yg didapat dengan instan.

Sekarang gimana caranya supaya Iman..?
Lihat aturan baku, yaitu Rukun Islam, karena rumus untuk membuat, membentuk atau menguatkan Iman itu awalnya dari Rukun Islam, dimana ada 5 tahapan rumus :

1. SYAHADAT.
Esensi dari Syahadat itu adalah KOMITMEN. 

2. SHALAT.
Esensi dari Shalat itu adalah PROSEDUR (S.O.P.)

3. ZAKAT.
Esensi dari Zakat/Shadaqah itu adalah SHARING & CARING.

4. PUASA.
Esensi dari Puasa itu adalah KONSEKUEN.

5. HAJI.
Esensi dari Syahadat itu adalah INTEGRITAS.

Jadi... ikuti dulu "rumus hidup" tersebut... dan pola rumus ini berbentuk close loop, berputar (mengulang) terus-menerus dan semakin membesar... Semakin besar "putaran" nya, maka artinya Kesadaran Diri pun tumbuh membesar, atau semakin tinggi kualitasnya.

Komitmen --> Prosedur ---> Komitmen (yg semakin kuat) --> Prosedur (yg makin kuat), dst.

Komitmen --> Prosedur ---> Sharing ---> Komitmen (yg semakin kuat) --> Prosedur (yg makin kuat), dst.

Terus ber-close loop,
Komitmen --> Prosedur ---> Sharing ---> Konsekuen ---> Integritas ... terus-menerus.

Terus menerus berproses, diulang-ulang, semakin berkembang, semakin menguat teraktualisasi, semakin bertumbuh-kembang (sampai tak hingga).

Seiring dengan proses di atas, akan terbentuk Keyakinan (Iman), yg akan menguat sedikit demi sedikit, tentunya sambil diuji keimanannya biar semakin stabil.

Tahapan proses Keimanan :

Percaya (ilmul yaqin) --> Yakin (ainul yaqin) --> Haqqul yaqin

Dalam bahasa proses :
to Know ---> to Understand ---> to Accept

Jadi rumus "proses beragama" di atas itu, fungsinya adalah menaikkan kualitas kesadaran diri atau bahasa agamanya "menaikkan derajat" atau "taqwa" ataupun "sholeh".. karena ada peningkatan kualitas dari awalnya yg sekedar menjalankan "Kewajiban (Ritual)", sampai akhirnya bisa menemukan dan merasakan "Nilai-nilai" agama, lalu bisa meng-Aktualisasikan Nilai-nilai, sampai akhirnya bisa membentuk Kesadaran Diri baik secara vertikal maupun horizontal.

Artinya, "Ritual" (baca: latihan rutin) itu harus sampai menjadi otomatis (tidak terpikirkan), bukan sekedar Kewajiban tetapi bisa menjadi suatu "ritme tubuh". Sampai akhirnya menjadi suatu "Kebutuhan" dan bisa "meresap" membentuk suatu Kesadaran... sebutlah ini namanya "Mengikat" atau "Terikat" ... Embedded. Itulah kenapa "Aqidah" sendiri berasal dari kata al-'Aqdu, yg berarti IKATAN.

Jadi awalnya memang Percaya dulu, karena masih tahap pengetahuan.. cuma di Pikiran. Ilmul Yaqin dulu. Analoginya, kita tahu rasa manisnya tebu, awalnya bukan karena merasakan tebu tetapi karena baca buku atau mendengar tentang rasa tebu yg manis...

Perbedaannya nanti akan terasa dan terbukti ketika memasuki "tahapan" selanjutnya, dan perbedaannya ini hanya masalah "kepuasan" (baca: tingkat keyakinan)... dan itu yg disebut Nikmat (iman).

Penjelasan..

Perputaran apapun dalam kehidupan, baik dalam hal terkecil (diri, mikro), maupun yg lebih luas (makro) akan selalu mengikuti rumusan ini (kalau ingin berhasil) :

Komitmen -> Prosedur -> Berbagi/Sharing -> Konsekuen -> Integritas

Contoh :

Jika pemuda A berpacaran sama pemudi B, berarti ada KOMITMEN pacaran antara si A dan si B, selanjutnya PROSEDUR pun dilakukan, misalnya kewajiban ngapel, jalan-jalan bareng, telpon/sms, dll.

Selanjutnya merekapun akan saling BERBAGI (sharing), berbagi perasaan baik senang maupun susah, berbagi kecemburuan, dll.

Jika mereka KONSEKUEN, walaupun Natalie Portman menaksir si A atau Brad Pitt melirik si B, mereka tidak akan tergoyahkan ikatan pacarannya karena saling konsekuen.

Sampai akhirnya mereka menikah (INTEGRITAS).

Setelah menikah pun, akan berulang lagi prosesnya untuk mwmguatkan ikatan pernikahannya. Bangun kembali Komitmen, Aktualisasi Prosedur, dst..

Ketika punya anak, begitu juga, ada "pengembangan" dan "perluasan" loop nya.. dan tahapan prosesnya pun berulang, tentu dengan komitmen yg lebih besar.

Selanjutnya, diakhir-akhir, yg timbul dalam hati si A adalah KEYAKINAN (IMAN) bahwa si B adalah jodohnya, begitupun sebaliknya. Dan "keyakinan" ini pasti diuji, baik ujian harta, tahta atau cinta.

Semoga....
#ombad #tasawuf

04 July 2017

KASUS SEX & KEDEWASAAN UMAT

Kepolisian Negara Bagian Victoria, Australia, menyatakan secara resmi bahwa George Pell (76 thn, Kardinal) tersangka kasus asusila, terkena tuduhan kasus seks.

Tapi George Pell tidak kabur dan tidak bersikap pengecut, dengan gentle dan penuh keyakinan, ia berkata,

“Saya tidak bersalah. Saya akan menghadiri panggilan polisi yg telah menetapkan saya sebagai tersangka. Saya akan bersihkan nama baik saya, karena, sekali lagi, saya akan buktikan bahwa saya tidak bersalah.”

Sikap George Pell tersebut patut dicontoh khususnya oleh para pemuka agama, khususnya oleh pemuka agama Islam.. :D

Mirip dengan hal di atas, banyak hal yg harus dicontoh dari umat Kristen. Apakah urusan pelarangan pembangunan gereja, kebaktian di rumah, ataupun lembaran Alkitab yg jadi bungkus tempe. Sementara kalau kejadian-kejadian tersebut menimpa umat Islam, wah bisa runyam.. seperti kejadian di Medan, baru juga disuruh agar toa adzan di mesjid jangan terlalu keras, langsung bakar sana bakar sini kayak orang kesetanan, apalagi jika saja mesjid dilarang bangun mesjid, bisa-bisa yg larangnya didemo sampai berjilid-jilid agar supaya dibakar. Seperti halnya di Afghanistan, seorang gadis pun dipukuli sampai mati gara-gara membuang lembar al-Quran.

Sementara jika ada pemuka agama Islam tersangkut kasus asusila seperti di atas, masih banyak umatnya yg belum dewasa dalam menyikapinya. Apakah dalam sangkaannya, seorang pemuka agama itu harus kebal hukum..? Apakah dalam sangkaannya, seorang pemuka agama itu makhluk suci dan ma'sum..? Seolah-olah jika tercoreng "kesucian" pemuka agamanya, akan menjadi kotor lah semua umat. Sungguh sangat kekanak-kanakan, sungguh sindrom Inferiority complex. Sampai muncul istilah "Kriminalisasi Ulama". Lha, siapa tau si "ulama" nya memang kriminil.. :D ..

Kan aneh, masa dalam urusan hukum, "Ketidak-salahan" nya dibuktikan dengan pengerahan massa ataupun demo di jalan.. :D .. Sementara di sisi lain, Allah sendiri berfirman bahwa urusan ketaqwaan itu tanggung jawab masing-masing dirinya. Tiap orang harus mempertanggung-jawabkan dirinya.

Dan jika melihat contoh-contoh seperti di atas, memang masih banyak Muslim yg kurang dewasa jika berhubungan dengan hal-hal tersebut. Iya, kurang dewasa. Dan kekurang-dewasaan sebagian umat pun ikut diperkuat dengan sikap pengecut sebagian pemuka agamanya.

Semoga....

#ombad