11 August 2018

PERPADUAN (PENYATUAN)

Tuhan menciptakan manusia itu dengan "sebaik-baik ciptaan" serta Dia pun merepresentasikan diri-Nya termasuk Kesempurnaan-Nya dalam bentuk makhluk ciptaan yang terbaik.

Kesempurnaan manusia itu karena adanya Perpaduan (sintesa, jam’iyyah), Pencakupan dan Totalitas (majmu’), dimana al-Haqq "memanggil" seluruh hakikat yg tercerai-berai di alam semesta dan menghimpunnya dalam sosok manusia.

Perpaduan dari dua sisi (nuskhatain) yaitu sisi Eksoteris (nuskhah dzahirah) dan sisi Esoteris (nuskhah bathinah). Kelengkapan dan Keterpaduan baik secara Lahiriah maupun Batiniah.

Modal awal yg berupa "Kelengkapan" ini harus diupayakan sampai bisa terintegrasi, bisa holistik (wholeness) baik dari segi ilmu, pemahaman dan "pandangan".

"Manusia itu sebagai Jagat Kecil (al-‘Alam al-Asghar) atau al-Mukhtasar al-Sharif, al-Kaun al-Jami’." (Syeikh Muhyidin Ibn Arabi)

"Dalam bentuk, engkau adalah Mikrokosmos (alam kecil, as-saghir), tetapi pada hakikatnya engkau adalah Makrokosmos (alam besar, al-kabir). Buah itu nampaknya berasal dari ranting, tetapi sebenarnya ranting dan seluruh pohon itu berasal dari sang Buah." (Maulana Jalaludin Rumi)

Secara hakikat, manusia itu merupakan "cerminan" alam semesta secara keseluruhan. Kenapa manusia disebut sebagai "cerminan" alam semesta..?

Coba bandingkan saja secara fisik, apa yang ada di alam itu, terkandung juga dalam tubuh manusia, misal :

- Air, ada di alam, maka tubuh manusia pun mengandung air, begitupun dengan unsur yang lainnya, seperti : tanah, api, udara, logam, dsb.

- Padang pasir ada di alam, begitupun pada tubuh manusia, coba lihat pakai mikroskop, kulit manusia itu jika diperbesar, penampakannya seperti padang pasir.

- Pohon ada di alam, begitupun rambut manusia pun seperti pohon.. dsb.

Jadi secara fitrah, Manusia itu adalah alam mikrokosmik yang merupakan cerminan dari makrokosmiknya, yaitu alam semesta.

Bagaimana agar bisa memadukan kedua sisi ini..?

Perlu diketahui bahwa "Pendekatan" atau proses transformasi kesadaran itu bisa melalui dua pola, yaitu :

1. Pola Mikrokosmik.

Proses dalam pola mikrokosmik bisa dilakukan melalui Dzikir Khafi (qalbu). Proses-proses yang dilalui dalam Dzikir Khafi ini, akan membentuk "kedalaman" dan "kehalusan", sehingga nantinya akan memudahkan dalam mengidentifikasi diri beserta segala unsurnya, seperti : hawa nafsu, sifat, jiwa dan ruh.

2. Pola Makrokosmik.

Proses dalam pola makrokosmik ini bisa dilakukan melalui Dzikir Jahar. Proses-proses yang dilalui dalam Dzikir Jahar ini, akan membentuk "kestabilan" dan "kekuatan struktur" yang diperlukan dalam melakukan "'eksplorasi" ke luar diri, sehingga diharapkan nantinya akan lebih aman dan memudahkan, terutama dalam eksplorasi keilmuan baik lahir maupun batin.

Dzikir Jahar itu seperti membuat "tiang-tiang pancang beton" yg dipersiapkan untuk membangun gedung tingkat tinggi biar memiliki ketahanan. Itu makanya ketika berdzikir jahar terjadi pertumbuhan, pengembangan dan penguatan Lathifah, khususnya lathifah-lathifah yg berada di daerah dada. Diharapkan adanya "keseimbangan" dan "kestabilan". Bukankah semakin bagus tiang pancangnya, akan semakin stabil gedung bertingkatnya..?

Dan semakin tinggi si gedung maka akan makin luas "cakupan area" yg bisa 'dilihat' oleh penghuninya. Itulah yg dimaksud keleluasaan dalam melakukan proses "ke luar diri".

Dan jika gedung makin tinggi, maka kapasitas kamarpun bertambah.. atau dengan kata lain makin bertambah "ruang-ruang" untuk menggali dan "menyimpan" ilmu (pemahaman).

Sampai akhirnya dalam kondisi mutlak (absolut) akan terjadi Perpaduan (Penyatuan, fana') dari kedua "pola" tersebut.

Jika disederhanakan, analoginya seperti "bilangan mutlak" :

Mikrokosmik >< Makrokosmik

Jika dimutlakkan maka :

|Mikrokosmik| = |Makrokosmik|

Seperti halnya,

|-∞| = |+∞| = |∞| = ∞

Setiap salik bisa berbeda pendekatan dalam pola prosesnya. Ada yg lewat sisi mikrokosmik dulu, ada yg lewat makrokosmik dulu, bahkan ada yang bersamaan. Dan ini ada hubungannya dengan karakter "unsur" dalam dirinya.

Jika melalui pendekatan pola mikrokosmik (ke dalam diri), akan ada proses yang berupa "pendalaman" dan "penghalusan". Dan jika pola makrokosmik (ke luar diri), akan ada proses yang berupa "penstabilan" dan "penguatan struktur".

Perpaduan dari dua pola yang "berbeda" (mikrokosmik dan makrokosmik) ini merupakan suatu langkah yg revolusioner jika ditinjau dari proses percepatannya.

Jadi secara fitrah, manusia itu harus bisa terpadu sisi mikrokosmik dengan makrokosmiknya. Manusia harus bisa menyatu antara sisi lahir dengan sisi batinnya. Atau dengan kata lain, harus bisa mengalami proses fana'.

Itu makanya Imam Syafi'i mengatakan dalam mukaddimah kitab al-Fiqh al-Akbar,

"Setiap mukallaf itu diperintahkan untuk Makrifat kepada Allah SWT."


Semoga..
#ombad #tasawuf

10 August 2018

EGO VS ILMU

Jika yg dibutuhkan itu masih sebatas PENGAKUAN DIRI alias EGO, maka segala sesuatu harus sesuai dengan yg diinginkannya, bentuk dari pemenuhan egonya.

Tidak ada jaminan keinginan diri itu selalu sama dengan "keinginan" Tuhan. Artinya, bisa saja keinginan diri adalah suatu ujian biar selaras dengan "keinginan" Tuhan, meski sang diri tidak pernah tahu "keinginan" Tuhannya. Dan termasuk orang-orang sombong jika keinginan diri adalah "keinginan" Tuhan.

Dan jika "You are what you're thinking" nya masih dalam tataran Ego, artinya "perjalanan" nya sebagai seorang Salik pun masih jauh.

Tandanya adalah :

- Jika dorongan di hati lebih fokus "melihat" ILMU (sebagai bentuk dari Haqq/Kebenaran, objektivitas) maka artinya "didekatkan". Jadi segala sesuatu kejadian di dunia ini selalu ditransformasikan menjadi ilmu dan alat "introspeksi". Alam pun semakin jelas sebagai "ayat-ayat kauniyah".

- Jika dorongan di hati lebih fokus pada "pemuasan" EGO (sebagai bentuk dari Hawa Nafsu, subjektivitas) maka artinya masih "masih jauh". Alam sebagai "ayat-ayat kauniyah" akan tertutup, sulit ber-intropeksi, serta hijab-hijab pun makin banyak dan tebal.

Itu makanya Ego seringkali menutup nalar, bisa aja karena nalar atau logikanya kurang kuat (baca: kurang ilmu), sehingga "tidak mau" membuka diri (open mind open heart), atau dengan kata lain memilih untuk tetap bodoh dan "menutup diri".

"Menggeser" dominasi dari Hawa Nafsu ke arah ilmu ini bukan suatu upaya yg mudah, makanya kualitasnya pun disebut sebagai "jihad yg paling utama".

Rasulullah SAW bersabda :


أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
 
"Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad/berjuang melawan dirinya dan hawa nafsunya." (HR. Abu Nu’aim, Ad-Dailami, Ibn An-Najjar, dari Abu Dzarr ra.)

Jadi jika "Kyai yg asli karena gak sejalan lagi maka gak akan dianggap Kyai, begitu juga sekalipun orang yg baru belajar ngaji jika sejalan maka akan dianggap Kyai", maka ilmu pun akan menjauh dari hatinya, dan hawa nafsu pun akan makin mengikat jiwanya.

Dan jalan terbaiknya adalah selalu mengingat Sumber Ilmu, yaitu Allah Yang Mahatahu. 

 

Cara Memperkecil Ego

Salah satu cara memperkecil Ego adalah selalu berusaha agar bisa Positive Thinking.

Kenapa harus bisa ber-positive thinking ?

Segala kejadian yg kita "tangkap", baik dari dalam maupun dari luar diri akan selalu 'disertai' dan dianalisa dengan menyertakan 'pembanding' yg sudah "tersimpan" dalam memory atau pikiran kita. Pembanding ini bisa benar dan bisa jg salah. Masih relatif, belum tentu sebuah Kebenaran. 

Ketika kita kurang menyadari kondisi seperti tersebut di atas, maka kondisi seperti itu bisa menyebabkan munculnya perasaan Merasa Benar, merasa paling Baik, Kesadarannya paling tinggi dan  paling beriman.. Sebuah Kesombongan.

Tanpa kita sadari, Nafsu pun ikut 'bermain' dan mendistorsi hati dan pikiran. Makin memperbesar Ego. 

Dengan selalu menjaga Positive Thinking, maka diri kita akan selalu 'terkondisikan' dan 'terarahkan' (baca: Sadar) untuk melakukan Instropeksi secara terus-menerus dan mengurangi sifat 'menghakimi' baik secara perbuatan, pikiran maupun rasa. 


Semoga..
#ombad #tasawuf

09 August 2018

NABI AWALNYA SESAT...?!

Kata ngustat (212) Evie Effendi :

“Setiap orang itu sesat awalnya, dhallan fa hadza, Muhammad termasuk. Maka kalau ada yang muludan, apanya yang diperingati..?”

Kayaknya cuma lihat terjemahan doank.. :D

"Wa wajadaka dhoollan fa hadaa."

"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk." (QS. Ad-Dhuha : 7)

Maksudnya (menurut Tafsir) adalah :

"Ku-temukan engkau (Muhammad) dalam keadaan tidak punya pegangan syariat, maka kemudian kami beri petunjuk dengan diwahyukannya syariat kepadamu."

Pada Tafsir lain : "tidak/belum mengetahui keseluruhan al-Quran.."

"Tidak punya pegangan syariat" itu artinya BUKAN SESAT atau Kesesatan, bukannya ada syariat sebelumnya (Yahudi & Nasrani). Jadi maksudnya lebih ke "sepi dari syariat".

Jadi bukan bermakna "sesat" layaknya orang-orang macam kita, yg dulunya suka dugem, gank motor, nusuk orang, dipenjara 3 bulan, "belajar" shalat dan agama selama dipenjara, lalu "hijrah" dan kemudian jadi penceramah.

Dan ternyata modal ngebacot itu lebih enak, bisa disukai dan dihormati emak-emak, amplopnya tebal, tentu lebih nikmat daripada jadi gank motor.. :D
 
Apakah Muhammad waktu kecilnya itu Sesat...? Hadist ini mudah-mudahan bisa dipahami :

Rasulullah bersabda,

"Aku dari Allah dan orang-orang beriman berasal dariku."

Dan banyak hadist lain yg terkait kemuliaan Beliau SAW, apalagi hadist-hadist tentang "Haqiqatul Muhammadiyah" dan "Nur Muhammad".

Kalau melihat kasus ngustat seperti di atas, itu menjadi salah satu bukti bahwa betapa sangat pentingnya SANAD dalam keilmuan agama, sampai ilmunya betul-betul tersambung dan sampai ke Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa menguraikan al-Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa Benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan.” (HR. Ahmad)

Semoga...
#ombad

SANAD

Rasulullah SAW bersabda,

Barangsiapa menguraikan al-Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa Benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan.” (HR. Ahmad)

Ibnul Mubarak ra. berkata :

SANAD merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena Sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yg mau dengan apa saja yg diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim ra. dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47)

Imam Syafi’i ra. mengatakan :

Tiada ilmu tanpa Sanad.

Imam Abu Yazid al-Bustami ra. (makna tafsir QS. al-Kahfi 60, dalam Tafsir Ruhul-Bayan juz 5) :

Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan.”

**

Dan seperti yg kita tahu, tipikal Syetan itu adalah Ujub, Riya & Takabur (Sombong), dan Sombong dalam hal ilmu adalah Merasa Paling Pintar dan Paling Benar sedunia dan akhirat.. :D

Semua dan hal apapun di luar dirinya pun dianggap salah, dan hanya dirinya saja yg pantas masuk surga, sendirian.. :D

Padahal ilmu itu sangat erat hubungannya dgn Instropeksi, karena agama itu untuk diri sendiri, dan hubungan yg sangat pribadi dengan Dia Yang Maha Sendiri..

Semoga...
#ombad #sanad

PEWARISAN ILMU

Ilmu yg diwariskan Nabi itu melalui dua cara, yaitu:

1. ILMUN FIL AURAQ, atau ilmu Syariah yg tertuang dalam tulisan (buku, kitab) yg diperoleh dengan cara membaca dan mengaji, at-Ta’allum wad Dirasah. Tanpa membaca, ilmu tidak akan diperoleh.

Jenis yg pertama ini bisa anda dapatkan lewat tulisan di kitab, buku, artikel, google, dsb. Dalam konteks tasawuf, ini biasa disebut sebagai "kulit" ilmu. Bisa dipakai untuk Dakwah, tetapi belum tentu Dakwah bil Hikmah. Jadi masih berpeluang menyebabkan adanya jebakan kesalahan pemikiran dan menimbulkan permusuhan.

2. ILMUN FIL ADZWAQ (ilmu rasa, Batin, Sirr, Mahabbah, dsb).

Jenis kedua ini yg dimaksud sebagai SANAD Keilmuan (dalam konteks ilmu lahir, Syariat) ataupun WASHILAH (dalam konteks ilmu batin, tasawuf). Keduanya (Sanad & Washilah) sama-sama ujungnya tersambung sampai ke Rasulullah SAW. Orang saleh yg memiliki keterkaitan spiritual dengan gurunya, gurunya dengan gurunya, terus bersambung kepada Rasulullah SAW. Hal ini biasa disebut sebagai As-Suluk as-Suhbah, persahabatan yg memberi dampak kepada perilaku lahir batin si murid. Dan keterhubungan jenis ilmu kedua ini lebih dikarenakan adanya "keterhubungan Ruh".

Seperti halnya Rumi yg menemukan potensi ruhaninya setelah mendapatkan bimbingan Syamsuddin Tabriz, ataupun cerita Bima dengan guru hakikatnya, Dewa Ruci.

Dalam konteks edukasi, mereka adalah Murabbi, sang pendidik, dan dalam konteks yg religius (batin, ruh), mereka adalah penunjuk atau Mursyid.

Dan mereka inilah yg dimaksud sebagai Pewaris Sempurna Para Nabi (Warasatul Anbiya), dan bukan sekedar ilmu lahir saja, yg dengan cara lain pun mudah didapat, seperti lewat baca buku/kitab ataupun google.
 
Rasulullah SAW bersabda, 

Ada ilmu yg seperti tiram (tersembunyi). Hanya orang-orang yg mengenal Allah yg mengetahuinya....”

Ilmun fil Adzwaq ini "tersimpan" dalam Sirr atau qalbu terdalam para ’Arifin yg merupakan titipan serta punya keterhubungan dengan Qalbu Rasulullah SAW, dan Rasul tidak memberikannya kepada orang awam, tetapi hanya diberikan kepada para sahabatnya yg terdekat, para "Ashabus Suffah", para penerusnya. Dan lewat barakah Sirr tersebut, Syariat pun bisa berdiri hingga hari kiamat.

Para Ulama Pewaris yg tulen ini akan berdakwah (mengajak beriman kepada Allah) dengan Dakwah dan Hikmah.

Rasulullah SAW bersabda,

Kamu sekalian harus mau bergabung dengan Ulama dan mendengarkan pembicaraan Ahli Hikmah. Allah menghidupkan Hati dengan cahaya Hikmah, seperti menghidupkan bumi dengan air hujan.”

Semoga....
#ombad #tasawuf

08 August 2018

VIRUS BUNIYAN, POTONG & PELINTIR

Mendekati Pilpres, virus "Buniyan" mulai gentayangan di medsos. Penderita virus ini sangat suka memelintir dan memotong ucapan yg utuh, tentu semua ini dilakukan demi ambisi politik dari kelompoknya.

Virus "Buniyan" ini akan berusaha menyerang suatu "konteks" sehingga bisa dilumpuhkan bahkan dilenyapkan. Asesoris pun bisa mengganti intinya, kulit atau bungkus pun bisa mengganti isinya secara keseluruhan. Dan ingat, penyakit yg disebabkan virus ini daya tularnya kuat, dan jika immun "literasi data" nya gak kuat, niscaya gampang terjangkit, apalagi jika ditambah rasa "sakit hati".

Semisal ucapan Jokowi,
"Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi kalau diajak berantem juga berani.."

Ucapan di atas pun akhirnya dipotong dan dipelintir oleh para penderita virus "Buniyan" menjadi :
"Jokowi ngajak berantem".. :D

Mungkin penyebar virus "buniyan" ini ingin mengulangi "kesuksesan" video editan yg menyebabkan demo berjilid-jilid.. :D

Bodoh atau pintar kah yg terjangkiti virus "buniyan" ini..? Pasti pintar lah, cuma masih sebelah pintarnya.. :D

Btw, tipikal para pengidap virus "buniyan" ini mirip TERORIS yg suka memotong ayat-ayat al-Quran sehingga hilang makna ataupun konteksnya, khususnya yg berkaitan dengan ayat "jihad".

Sangatlah mudah menyelewengkan (potong dan pelintir) sebuah teks atau ayat, cukup dengan mengambil sebagian kalimat dan meninggalkan konteks kalimatnya, maka setelah dipotong yg muncul hanya tekstual dan sesuai dengan tujuan dan ambisi "politik" yg diinginkannya.


Semoga..
#ombad

07 August 2018

CROCBRAIN, MIDBRAIN & NEOCORTEX

Awalnya berasal dari rasa khawatir, lalu karena dipupuk terus, sistem kerja di otaknya akan lebih mengedepankan sisi Emosional dibanding sisi Kognitif (pemikiran).

Ketika sisi emosionalnya makin besar maka makin lama akan "menutup" sisi Kognitifnya. Itu makanya disebutkan bahwa "Kebencian (emosi, nafsu) itu akan menyebabkan Kebodohan".

Banyaknya literasi ataupun data-data tidak akan berpengaruh karena otaknya keburu mengalami "resistensi". Otaknya sudah bebal, tak bisa lagi diobati pakai data, seakurat dan sevalid apapun data tersebut.

Ketika pemikirannya sudah resisten (akalnya tumpul), maka manusia jenis ini hanya mengandalkan salah satu bagian otaknya saja yg biasa disebut CROCBRAIN (The Crocodile Brain) alias otak buaya.. dimana Crocbrain ini hanya berisi sentimen-sentimen dasar (basic instinc), seperti: suka dan tidak suka, aman tidak aman, enak tidak enak, cinta dan benci berlebihan, dsb.

Kalau dalam agama disebut "jahiliyah", orang-orang "bodoh", "laggards", yg susah diajak maju, selalu tertinggal dibandingkan yg lain, karena tertutup hawa nafsunya sendiri.

Kuatnya nafsu dalam dirinya ini akan mempengaruhi pemikiran atau akalnya. Hawa nafsunya akan makin besar karena dipicu juga oleh rasa khawatir dan benci dalam dirinya.

Kondisi seperti ini pun mirip seperti yg dikatakan oleh Joseph LeDoux (New York University) bahwa otak manusia itu terprogram untuk "khawatir dulu" baru kemudian "berpikir", karena koneksi dari sistem emosional ke sistem kognitif (pemikiran) lebih kuat, daripada koneksi dari sistem kognitif ke sistem emosional. Sistem yg dimaksud adalah sistem Limbik (pembangkit respons emosional).

Itu makanya, manusia berjenis "pentol korek" yg hanya aktif Crocbrainnya ini akan selalu mengedepankan nafsu, emosi dan Kebenciannya. Data-data dan fakta-fakta disodorin di depan hidung mereka pun gak akan berguna karena otaknya sudah "resisten". Mereka hanya akan memakai "sentimen-sentiman dasar" saja.

Jenis Pentol Korek ini malah akan semakin terbakar jika kegesek "data-data", dimana koneksi di sistem Limbiknya makin memperbesar sisi emosionalnya akibat "khawatir" akan "data-data" yg tidak sesuai dengan "kebutuhan" Crocbrainnya. Hal ini menyebabkan pemikiran kognitifnya (nalar, logika) menjadi macet, dan sisi emosinya makin membesar. Akalnya menjadi "tertutup", karena hawa nafsunya yg menutupi akalnya.

MIDBRAIN (Otak Tengah) pun akan sulit (baca: tertutup) untuk bisa difungsikan oleh para Crocbrainer. Padahal Otak Tengah merupakan otak yg lebih cerdas dan maju, otak yg menjadi pusatnya ilmu, pengertian dan pemahaman-pemahaman. Otak yg mampu menangkap sisi konteks, bukan sekedar teks aja, isi bukan sekedar bungkus/kulit aja, dan mampu membentuk kecerdasan sosial. 

Begitupun, NEOCORTEX yg lebih canggih pun akan sulit difungsikan, padahal Neocortex itu mampu melakukan proses-proses rumit dalam memecahkan masalah, menganalisa, menggali esensi, filosofi dan hikmah.

Dan Neocortex ini sangat bertolak belakang dengan Crocbrain, dimana kalau si Crocbrain tahunya "lari dari masalah", maka sebaliknya, si Neocortex itu adalah "bagaimana memecahkan masalah"..

Jadi otak jenis apa yg suka teriak-teriak disertai nafsu kebencian dan tanpa memberikan solusi..? 

 

** 

“Peliharalah semua shalat(mu), dan peliharalah shalat Wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu." (QS. Al-Baqarah : 238) 

 

Semoga...
#ombad #brain

05 August 2018

NU DILAWAN

Sejak dulu selalu ada kelompok yg membenci dan ingin menggembosi NU, meski akhirnya mereka selalu bubar atau dibubarkan (dilarang) Pemerintah. Dan jika dibubarkan maka mereka akan teriak lantang, "Negara semena-mena, ingat, umat Islamlah yg memperjuangkan negara ini dari masa ke masa..!"

Iya umat Islam pun ikut mendirikan NKRI bersama umat-umat yg lain, tapi bukan kelompok Islam yg ingin mengganti Dasar Negara.. :D

Beberapa fakta sejarah ormas/orpol yg benturan sama NU :

1. NU dengan Masyumi, dan Masyumi yg bubar pada thn 1960.
2. NU dengan DI/TII, dan DI/TII yg bubar pada thn 1962.
3. NU dengan NII, dan NII yg bubar pada thn 1962.
4. NU dengan PKI, dan PKI yg bubar pada thn 1966.
5. ......
Dan yg terakhir, NU dengan HTI, lalu HTI pun bubar pada thn 2018.

Lihatlah, urusan Islam Nusantara yg merupakan program NU pun banyak yg kebakaran jembut, karena pada dasarnya yg mereka benci itu adalah NU. Lihat juga, Ketua PBNU rajin difitnah, begitupun orang-orang NU sering difitnah Syiah, Liberal, Murtad, Munafik, dsb.. mirip jaman dulu sewaktu fitnah-fitnah para Pemberontak DI/TII..

Mereka akan makin merasa di atas angin, merasa jadi harimau ketika fitnahan mereka dibiarkan.. tetapi ketika fitnahannya dilawan, maka dengan sigap tuduhan Liberal, Syiah, Munafik, dsb akan mereka lontarkan..

Dalam ceramah-ceramahnya pun rajin memprovokasi sambil teriak-teriak Jihad.. tapi ketika didatangi untuk konfirmasi malah sujud-sujud minta maaf gak akan mengulanginya, atau pun saat penceramahnya ditolak warga malah mewek-mewek ketakutan, "playing victim" sambil nyebut "dipersekusi".

Memangnya orang-orang NU harus diam lalu meng-iya-kan..?


Semoga...
#ombad #NU