02 November 2018

KETIDAKPASTIAN YANG PASTI

Jika memang sudah waktunya, tidak ada yg bisa menangguhkannya. Caranya pun bisa bermacam-macam :

- Sendirian ataupun bersama-sama,
- Kondisi sehat ataupun sakit,
- Kondisi kaya ataupun miskin,
- Kondisi sadar ataupun tidur,
- Kondisi aman ataupun perang,
- Kondisi tenang ataupun bencana, dsb.

Itu kenapa agama memberi solusi terkait kondisi "ketidakpastian" urusan "batas waktu" ini, yaitu agar selalu berusaha dalam Kebaikan dan "berjaga" dengan cara banyak berdzikir "mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring.."

Jadi kalaupun datangnya tiba-tiba tanpa pemberitahuan, diharapkan kondisinya sedang dalam Kebaikan, dan seperti itulah Husnul Khatimah. Dalam bahasa lain bisa dikatakan kondisinya dalam rangka bertaubat terus-menerus sambil menjalani hidup dalam kebermanfaatan bagi sesama.

Hanya itu cara menghadapi Kematian, bukan dengan Keberanian apalagi Ketakutan, bukan dengan Keinginan apalagi Kekhawatiran.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-A'raf : 34)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)
 
Tuhan memang Paradoks, sesuatu yang Pasti bagi Dzat-Nya dalam urusan apapun (takdir) dan sudah tertulis dalam lembaran-Nya, menjadi teka-teki "Ketidakpastian" bagi makhluk-Nya.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8)

Maha Kecil manusia dengan segala ilmu pengetahuannya meski Rasulullah SAW mengatakan :

"Takutlah kamu dengan firasat seorang Mukmin, sebab ia memandang sesuatu dengan cahaya Ilahi."


Semoga...
#ombad #tasawuf

01 November 2018

TASAWUF DALAM ENGINEERING

Ilmu agama itu bisa diintegrasikan dengan ilmu eksak, bahkan bisa makin menguatkan pemahamannya. Kenapa..? Karena Tuhan itu ada di mana-mana.. ehh.. maksudnya, karena Akal itu harus dipakai agar dalam beragama pun jadi berakal.. bukankah "tidak ada agama jika tidak berakal"..?

"Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.." (QS. Ar-Ra'd : 19)

Misal :

F = m.a
Rumus jadul di atas boleh kok kalau mau dibaca :

"Upaya (F) yang harus dilakukan akan semakin berat jika kita Ego/eksistensi (m) makin besar, jika sulit diturunkan, ya harus makin rajin (a) ibadahnya."

E = m.C²
Ini pun bisa diterjemahkan menjadi :

"Pahala dari Ikhlas sangat besar bahkan bisa tak terhingga, karena kualitas ikhlas itu seperti cahaya diantara materi."

P = F/A
Begitupun rumus ini, silakan aja mau diartikan :

"Masalah dan tekanan dalam hidup sebesar apapun tidak akan terasa berat jika kelapangan Hatinya terbuka lebar, apalagi kalau bisa Ridha kepada Allah, maka terasanya biasa saja, ringan bagai bulu."

Jika disadari, setiap masalah yang datang menimpa seringkali membuat terpuruk, makin membuat jatuh, padahal kalau lihat kinerja (misal) sayap pesawat, Hukum III Newton mengajarkan bahwa dengan adanya udara yg dihembuskan ke bawah oleh sayap, udara di bawah pesawat akan ‘balas mendorong’ pesawat. Artinya dengan adanya masalah yg menimpa dalam hidup, harusnya bisa jadi pemicu agar masalah itu bisa mendorong diri kita untuk ke "atas", makin mendekati Tuhan. Jadi ada perubahan momentum dalam diri saat masalah menerpa.

Dan bersikap Sabar itu seperti kontur Airfoil yg unik pada sayap pesawat, agar bisa menghasilkan Efek Coanda dimana bisa mengarahkan udara yg mengalir di bagian atas sayap dan "memaksa" agar alirannya selalu mengikuti kontur tersebut. Jadi tetap istiqamah dalam proses "jadikanlah Sabar dan Shalat sebagai penolongmu"..

Jadi kalau pikirannya positif, maka makin masalah anda besar, maka yakinlah bahwa makin dicintai Allah, karena seperti prinsip Aksi Reaksi, gaya pada bagian bawah sayap pesawat itu sama besarnya dengan gaya yg diberikan sayap untuk membelokkan udara. Memang sih, ayat suci cuma mengatakan "sesudah kesulitan ada kemudahan".

Nah, biar agak tenang, ingat saja yg pernah Rasulullah SAW katakan :
 
Untuk menanggung cobaan dipercayakan kepada Nabi dan para Wali serta orang-orang yang menyerupainya.”

Dan jika kualitas kesadarannya semakin rajin (ditingkatkan) dengan berupaya terus-menerus mendekati Tuhan, maka tekanan dari masalah pun terasanya akan semakin kecil/ringan, atau dengan kata lain, hijab-hijab dalam hati kita semakin sedikit, sehingga semakin mudah untuk menembus dimensi-dimensi yang lebih tinggi (baca : kesadarannya naik dan bertransformasi menjadi lebih baik). Seperti halnya Prinsip Bernoulli yg menyatakan bahwa, jika semakin tinggi kecepatan fluida (untuk ketinggian yg relatif sama), maka tekanannya akan mengecil sehingga terjadi perbedaan antara tekanan udara di bawah sayap dengan tekanan udara di atas sayap. Hal tersebut yg menciptakan gaya angkat.

Dalam Proses Beragama pun sangat erat hubungannya dengan Prinsip Aerodinamika, dimana proses keimanan seseorang itu sangat terkait dengan Gaya Angkat/Lift (ibadah wajib, sunnah, banyak berdzikir, dsb), Gaya Dorong/Thrust (Sabar, Syukur, Tawakal, Qanaah, Tawadhu, dsb), Gaya Berat/Weight (Nafsu Amarah, Mulhimah, Lawamah, Ego, dsb), dan Gaya Hambat Udara/Drag (Hubbud Dun-ya, Ujub, Riya, Takabur, Sum'ah, dsb). 

Dan masih banyak prinsip-prinsip dalam bidang eksak/engineering yg bisa kita gali dan diintegrasikan dengan ilmu agama. 

Btw.. 

Terkait pertanyaan yg sering ditanyakan ke sy oleh para Aki-aki tentang Poligami.. mudaahh jawabannya mah.. silakan lihat aja gambar di bawah.. :D


Semoga..
#ombad #tasawuf

29 October 2018

BERHALA

Suatu ketika...

A : "Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yg tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang."

B : "Itu Surah Al-A'raf ayat 191 kan.. terus kalau ada Berhala..?"

A : "Hancurkan..!!"

B : "Kalau berhalanya ditulisi kalimah Tauhid..?"

A : "nng...anu.. @#£&#£@&.. Eh.. tidak mungkin berhala ditulisi kalimah Tauhid..!"

B : "Tuh.. kain dikibar-kibar, kan bisa jadi berhala itu.."

A : "Lho Antum jangan samakan Berhala dengan Bendera..!"

B : "Lalu apa alasannya di sekolah-sekolah kelompok Antum tidak mau hormat Bendera..?"

A : "Itu karena hormat Bendera sama saja hormat berha... berh... anu.. tapi kita harus memuliakan kalimat tauhid..!"

B : "Iya, memang.. tapi coba lihat.. kalimat tauhid pun bisa jadi keset, tikar, diseret di tanah, bahkan di comberan. Jadi siapa yg memuliakan kalimat tauhid, katanya bela tauhid..?"

A : "nng...anu.. @#£&#£@&.."

B : "Cara memuliakan kalimat tauhid itu sebaiknya tanamkan sedalam-dalamnya kalimat tauhid sampai Ahadiyah dalam bertauhidnya, olahlah lewat lisan, olahlah di dalam dada, tanamkan di dalam hati, sampai bisa mengurangi atau menghilangkan Berhala dalam diri. Nanti kita bisa memahami apa itu Berhala, yg tanpa disadari masih banyak di dalam diri. Ada berhala hijab ikatan keduniawian, berhala hubbud dunya, berhala rasialisme, berhala kesukuan, berhala warna kulit, berhala ego, nafsu, kefanatikan (ashobiyah), termasuk berhala kefanatikan dalam agama."

**

Dan sejarah pun berulang, saat Simbol Kebenaran banyak dibajak untuk tujuan makar, dan mereka yg awam mudah sekali termakan hasutan, sebab awam cenderung berkutat dalam tataran simbol karena minim bekal untuk mengakses substansi, dan karena itu awamlah yg memang dijadikan sasaran tembak.

Semoga..
#ombad