13 October 2017

RASULULLAH TIDAK BISA ADIL...?!!

Kata siapa Rasulullah SAW tidak bisa adil, bukankah Allah SWT membimbingnya terus, setiap saat, baik secara lahir maupun batinnya agar Rasulullah bisa adil..? Bukankah Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran..? Bukankah Rasulullah SAW adalah seorang Insan Kamil..?

Jadi jangan pakai ayat sepotong-sepotong untuk "pembenaran" diri, dan menisbahkan setiap segala sesuatu tindakan pribadi kepada Beliau SAW. Itu namanya "tidak tahu diri". Jadi sebaiknya anda belajar lagi agama.

"Rasulullah tidak bisa adil..?!"
Kok ucapan ini senada dengan Dzul Huwaishirah (Bani Tamim), seorang yg sebelumnya rajin berdzikir, rajin ibadah, rajin shalat, rajin ngaji, sampai nangis-nangis, tapi di kemudian hari BERANI MENCELA Rasulullah saat pembagian Ghanimah sesudah perang Hunain, "Wahai Rasulullah, berlakulah yang adil..!"

Dan ucapan tersebut sampai membuat wajah Rasul memerah menahan marah, akhirnya Rasul pun berkata, "Siapa lagi yg bisa adil kalau Allah dan Rasul-Nya sudah (dianggap) tidak adil..?!"

Beliau melanjutkan, "Semoga Allah merahmati Musa. Sungguh, ia telah disakiti lebih parah daripada ini dan ia tetap sabar.." (lihat Hadist Bukhari & Muslim).

Dalam riwayat lain (Bukhari dan Muslim), Rasulullah SAW menjawab, "Celakalah engkau..! Siapa lagi yg bisa adil jika aku sudah (dianggap) tidak adil..?! Aku sungguh akan celaka dan rugi jika telah berlaku tidak adil."

Sampai ’Umar pun berkata, "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal lehernya..!"

Rasul pun menjawab, "Biarkanlah, (sebab) ia punya kawan-kawan yg frekuensi shalat kalian saja masih kalah dengan frekuensi shalat mereka. Frekuensi puasa kalian juga masih kalah dengan frekuensi puasa mereka. Mereka rajin membaca Al-Qur’an, tapi tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, dan besi panah itu tidak mengenai apapun. Dilihat ujung besinya, tidak ada bekas apa-apa. Dilihat gagangnya, tidak ada apa-apa. Dilihat bulu panahnya, juga tidak terdapat bekas apa-apa. Tidak ada bekas kotoran ataupun darah sama sekali di panah itu."

Mudah-mudahan dari Hadist di atas, kita bisa paham bahwa Rasulullah SAW itu BISA ADIL karena Beliau selalu dibimbing dan diarahkan Allah SWT, seperti halnya para Nabi/Rasul sebelumnya.

Semoga juga bisa paham, apa yg membuat Rasulullah SAW, seorang Insan Kamil yg begitu penyayang bisa sampai marah.. dan semoga kita semua tidak menyebabkan Beliau marah.

Btw, Sy tidak peduli dan mempermasalahkan siapapun mau poligami sampai puluhan istri juga, atau punya selir ratusan pun, silakan-silakan aja, urusan pribadi masing-masing, wong puluhan ayam peliharaan ibu sy dulu aja dalam sekandang, ayam jagonya cuma 2-3 ekor.. :D

Dan terkait urusan poligami ini sy lebih respek terhadap orang yg berpoligami dengan alasan membantu ekonomi.. lebih jujur dan fair.. serta tidak perlu bawa-bawa atas nama agama, ataupun Sunnah Rasul.. bahkan sy pun akan tetap berusaha respek, meski alasan aslinya adalah sex.. :D


Semoga...

#ombad #tasawuf

12 October 2017

KARMA ITU ADA

Sederhana.. KARMA itu ada.

Nuduh orang lain menista agama, akhirnya dirinya sendiri jadi kena kasus hukum menista agama.

Nuduh pihak lain dengan penuh kebencian, akhirnya dirinya sendiri kena kasus hukum ujaran kebencian.

Nuduh orang lain mengatas-namakan agama (akhlaq), Allah dan jihad, akhirnya dirinya sendiri kena kasus hukum rendahnya Akhlaq, terhina dan kabur-kaburan.

Kalo nuduh sy apapun sich gak masalah, paling banter orangnya nanti sakit doank.. stroke atau apapun lah.. :D

Btw, merasa lebih "Islam" dari para Muslim yg lain adalah bentuk Kesombongan, apalagi kalau merasa lebih "iman". Kenapa..? Karena dalam sebuah orbit garis edar (lingkaran) tidak ada yg tahu siapa lebih tinggi, ataupun lebih rendah, kecuali Sang Pemilik Orbit yg mengetahuinya.

Dan "karma" adalah pengingat yg sangat ampuh.

Semoga...

#ombad #tasawuf

10 October 2017

TASAWUF DALAM LOMBA LARI

Langkah demi langkah tapaki jalan yg panjang membentang tanpa pernah tahu apa yg akan terjadi nanti di depan. Selesai masuk garis finish atau berhenti di tengah jalan ?

Saling berlomba, sambil menjaga langkah-langkah agar selalu teratur dalam ritme, harmonious balance, tanpa harus menyikut atau menghambat pelari lainnya. Semua berupaya mempersembahkan yg terbaik dari dirinya tanpa harus menyinggung dan merusak upaya yg lain. Tidak ada musuh, yg ada adalah teman yg menemani lari dan dijadikan "saingan" pemacu semangat agar bisa mencapai garis akhir perlombaan. Memang sesungguhnya tidak ada musuh karena mereka hanyalah para sahabat yg masing-masing sedang menjalankan tugasnya sebaik dan semaksimal mungkin. Ya, seperti itu seharusnya setiap manusia menjalani hidupnya.

Semua menyadari akan selalu ada hambatan, apakah kondisi terik matahari yg panas ataupun dinginnya air hujan, meski sang bayu kadang membantu menyejukkan tubuh yg panas membara terjemur terik agar merasa nyaman, bahkan seringkali nakal menggoda ketika datang bersama sang hujan. Tapi semua hambatan ini pasti akan berakhir. Ada penghiburan dalam setiap hambatan, ada harapan dalam setiap kekhawatiran, ada kemudahan dalam setiap kesulitan. Ada akhir dari setiap awal. Badai pun pasti berlalu. Ya, seperti itu seharusnya setiap manusia dalam melihat setiap hambatan dalam menjalani kehidupannya.

Semua saling bantu-membantu dan menyemangati, baik antar sesama peserta lomba, maupun para penonton, agar para peserta tetap berada dalam jalurnya, tidak kehausan dan kekeringan, serta bisa tetap sehat dan selamat. Para teman yg jago lari pun selalu menyemangati, mensupport dan memberi kiat serta nasehat kepada temannya yg belum baik larinya. Semua akan senang dan bahagia jika para peserta lomba jika mencapai finish. Ya, seperti itu seharusnya setiap manusia dalam memandang dan memperlakukan sesamanya, baik sebagai Pelaku atau Pengamat.

Capek, iya memang capek. Napas megap-megap, paru-paru panas membara, betis dan paha pegal-pegal, kulit kotor berdebu, serta air keringat pun mengalir deras. Dan seperti itu pun diri kita dalam mencapai sesuatu dalam hidup ini, penuh pengorbanan. Termasuk juga dalam mendekati Tuhannya, saling berlomba sebaik dan semaksimal mungkin, serta penuh totalitas. Ya, seperti itulah hidup dan kehidupan.

Mudah-mudahan capeknya setiap pengorbanan hidup ini menjadi pahala seperti halnya tubuh menjadi sehat ketika rajin berlari, dan menjadi pembuang/penghilang dosa seperti halnya terbuangnya air keringat ketika sedang berlari. Terpurifikasi. Dan kita semua bisa berakhir selamat dan mencapai Kebahagiaan ketika kembali (wushul) kepada Tuhan, seperti halnya kebahagiaan yg dirasakan ketika berhasil mencapai garis finish. Dan tubuh fisik sehat pun akan menjadi suatu keniscayaan, seperti halnya sehatnya mental dan spiritual orang-orang yg telah wushul kepada Tuhannya. 

Dan semua pun dalam Kemenangan..

Semoga....

#ombad #tasawuf #170km #FTMD #ITB

Ket. Foto :
"Tetap Senyum" nya pren Arilari (Ariyanto M87 ITB) setelah lari menempuh jarak berkilo-kilo meter.

TASBIH

Ada saat ketika "Subhanallah" yg terjadi malah tubuh sedemikian kotornya.. dan bukan merasa bersih dan suci.

Ada saat ketika "Alhamdulillah" yg terjadi malah tubuh sedemikian hinanya.. dan bukan merasa benar.

Ada saat ketika "Laa ilaha ilallaah" yg terjadi malah tubuh hilang musnah.. dan bukan merasa tingginya keakuan.

Ada saat ketika "Allahu Akbar" yg terjadi malah tubuh ambruk dan tidak ada apa-apanya.. hanya sebutir debu di alam semesta.

Subhanallah walhamdulillah
wa laa ilahaillallahu wallaahu akbar.
Dan semesta pun bertasbih.

Semoga...

#ombad #tasawuf

08 October 2017

QURAN ITU ALAT UNTUK BERCERMIN

"Fir'aun sudah tidak ada, Qarun telah berlalu, bangsa 'Ad dan Tsamud telah musnah. Maka tidak lain yg dimaksud oleh ayat-ayat al-Qur'an itu adalah kalian sendiri." ('Umar bin Khatthab ra.)

Kisah-kisah (sejarah) yg tercantum dalam al-Quran itu memang untuk diambil hikmahnya oleh diri, dan bukan untuk jadi alat menghakimi orang lain, karena siapapun berpotensi untuk:

- Merasa Paling Benar (seperti Firaun), dan sifat ini akan semakin berbahaya jika didukung Rasa Benci, Kekuatan dan Kekuasaan.

- Keserakahan dan Kerakusan terhadap duniawi (seperti Qarun), akan mengakibatkan rasa tidak pernah puas dan ketidakpedulian baik terhadap aturan hukum maupun empati kepada sesama.

- Kesewenang-wenangan (seperti Kaum 'Ad) ketika diberi kekuatan dan kekuasaan, sehingga kehidupan kaum yg lain jadi rusak dan porak poranda, sampai akhirnya mereka pun diadzab Allah karena menolak mentah-mentah ajakan Nabi Hud as. agar menjadi orang-orang yg baik.

- Kufur Nikmat (seperti Kaum Tsamud) ketika mereka diberi kehidupan yg berlimpah dan kemudahan, sehingga mereka pun diadzab Allah karena menolak mentah-mentah ajakan Nabi Shaleh as. agar beriman.

Kaum Tsamud ini terkenal sebagai pengukir dan pemahat bukit (batu) yg baik. Ukiran dan pahatan mereka hingga saat ini dapat ditemui di Gunung Athlab dan hampir seluruh Arab bagian tengah.

Semoga....

#ombad #tasawuf

DIAM (TAJARRUD MURNI)

Rasulullah SAW bersabda:

الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّيْنِ وَالصُّمْتُ أَفْضَلُ وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ غَضْبَ الرَّبِّ وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنْ النَّارِ وَ الصَّمْتُ أَفْضَلُ  وَالْجِهَادُ سَنَامُ الدِّيْنِ وَ الصَّمْتُ أَفْضَلُ
 

Shalat adalah tiang agama, tetapi DIAM itu lebih utama. Shadaqah dapat memadamkan murka Rabb, tetapi DIAM itu lebih utama. Puasa adalah perisai dari siksa neraka, tetapi DIAM itu lebih utama. Jihad itu puncaknya agama, tetapi DIAM itu lebih utama.”

DIAM yg dimaksud adalah dalam tinjauan batiniah, ruhani. Sedangkan Diam dalam tinjauan lahiriyah, lebih ke aspek "kebermanfaatan" (diam dari sesuatu yg tidak bermanfaat), dan bisa "menjaga lisan". Masa fisiknya diam, emangnya mayat..? Masa fisiknya diam tanpa kualitas batin tertinggi itu lebih utama dari Shalat..? Dan sungguh menggelikan jika ada yg merasa sangat tinggi kualitas batinnya sampai meninggalkan aspek syariat. Bodoh..!

Dalam jalan thariqah, ada istilah Dzikir Jahar dan Dzikir Khafi, dimana dzikir yg pertama lebih ke aspek "makrokosmik" dan dzikir kedua ke aspek "mikrokosmik". Dan "diam" adalah Puncak tertinggi dari dzikir Jahar karena "istbat" nya telah menyeluruh, begitupun puncak dari dzikir Khafi adalah "diam" dalam tajarrud murni pada kondisi Sirr di alam Lahut. Tanpa huruf dan kata.

Perlu diketahui, dalam kitabnya Sirr al-Asrar, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs. membagi kualitas alam kesadaran menjadi empat, yaitu:

- Alam Mulki, yg berkorelasi dengan kualitas Ruh al-Jismani.
- Alam Malakut, yg berkorelasi dengan kualitas Ruh ar-Ruhani.
- Alam Jabarut, yg berkorelasi dengan kualitas Ruh as-Sulthani.
- Alam Lahut, yg berkorelasi dengan kualitas Ruh al-Quds.

Itu makanya ada makna yg tersirat dalam ucapan Rasulullah SAW:

الصَّمْتُ أَرْفَعُ الْعِبَادَاتِ

DIAM adalah bentuk ibadah yg paling tinggi.” (HR. Ad-Dailami)

Seperti halnya Shalat Wustho atau Shalat Daim yg merupakan bentuk shalat yg "diam". "Shalat" di "tengah" dalam kondisi Sirr.

Jadi yg harus dipahami terkait Hadist paling atas adalah tidak memisahkan, bukan berhenti di tataran dualitas, tapi harus bisa integrasi antara pengamalan secara lahiriah dengan kondisi kualitas batiniahnya. Atau dengan kata lain bisa dimaknai :

"Ibadah shalat (dan juga shadaqah, puasa, jihad) yg paling utama adalah ketika dalam puncak kualitas batinnya, diam dalam kondisi Sirr."

Dan ini nantinya berkorelasi dengan pencapaian kondisi Ikhlas yg sangat sulit dan rahasia, "serahasia" QS. Al-Ikhlas yg dalam ayat-ayatnya tidak ada kata "ikhlas". Rahasia yg tidak bisa dicapai akal.

Dan tetap saja, ujungnya mah harus bisa sampai tercermin menjadi akhlaq. Itu makanya, Rasulullah SAW bersabda,

الصَّمْتُ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ


Diam itu adalah akhlak yg paling utama.”

Mudah-mudahan pencapaian kualitas dzikirnya bisa memasuki puncak "diam" dalam tajarrud murni, sehingga bisa memperoleh banyak manfaat seperti yg Rasulullah SAW sabdakan,

الصَّمْتُ حِكَمٌ وَقَلِيْلٌ فَاعِلُهُ


Diam itu mengandung hikmah yang banyak, tetapi sedikit orang yg melakukannya.” (HR. Qadha’i, dari Anas dan Dailami, dari Ibnu ‘Umar ra.)


Semoga...

#ombad #tasawuf #diam #sirr

AHADIYAH WAHIDIYAH

Muhammad Rasulullah SAW sebagai seorang "Insan Kamil" ketika sedang Fana' dan terbuka total "Ruh Qudsi" nya, maka Rasul pun berucap:

"Ana Ahmad bi la Mim, wa ana ‘Arabbi bi la ‘Ain, wa man roaini, inna roaitul haq."

Yang artinya,
"Aku Ahmad tanpa Mim, aku 'Arab tanpa 'Ain, barangsiapa melihatku, telah melihat Al-Haq."

ALLAH <-> "RUH QUDSI" Muhammad <-> INSAN KAMIL (Muhammad bin Abdullah)

Perlu diketahui, menurut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs. dalam kitabnya Sirr al-Asrar bahwa Ruh manusia itu ada empat lapis (kualitas), yaitu:

- Ruh al-Jismani (lapisan terluar).
- Ruh ar-Ruhani.
- Ruh as-Sulthani.
- Ruh al-Quds (lapisan terdalam, termurni).

Begitupun...
Isa Kalimatullah AS. sebagai seorang "Al-Masih" ketika sedang Fana' dan terbuka total "Ruh Kudus" nya, maka Isa pun berucap:

"Aku (Kalimatullah) dan Bapa (Allah) adalah Satu." [Yohanes 10:30]

"…. Bapa (Allah) di dalam Aku (Kalimatullah) dan Aku di dalam Bapa." [Yohanes 10:38]

"…. Barangsiapa telah melihat Aku (Kalimatullah), ia telah melihat Bapa (Allah)…" [Yohanes 14:9]

ALLAH <-> "RUH KUDUS" Isa <-> AL-MASIH (Isa ibn Maryam)

Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah SAW bersabda,

"Isa faa innahu Ruhullah wa kalimatuhu."
("Isa itu sesungguhnya Ruh Allah dan Firman-Nya.")

Itu makanya Syeikh Muhyiddin Ibn 'Arabi ra. mengatakan,

"Asal semua ciptaan adalah tiga (tatslits), satu tidak dapat menghasilkan sesuatu. Dua adalah awal daripada bilangan dan dari dua tidak dapat menghasilkan sesuatu selama tidak ada unsur ketiga yang menghubungkan di antara keduanya." 

Semoga....

#ombad #tasawuf