10 October 2017

TASAWUF DALAM LOMBA LARI

Langkah demi langkah tapaki jalan yg panjang membentang tanpa pernah tahu apa yg akan terjadi nanti di depan. Selesai masuk garis finish atau berhenti di tengah jalan ?

Saling berlomba, sambil menjaga langkah-langkah agar selalu teratur dalam ritme, harmonious balance, tanpa harus menyikut atau menghambat pelari lainnya. Semua berupaya mempersembahkan yg terbaik dari dirinya tanpa harus menyinggung dan merusak upaya yg lain. Tidak ada musuh, yg ada adalah teman yg menemani lari dan dijadikan "saingan" pemacu semangat agar bisa mencapai garis akhir perlombaan. Memang sesungguhnya tidak ada musuh karena mereka hanyalah para sahabat yg masing-masing sedang menjalankan tugasnya sebaik dan semaksimal mungkin. Ya, seperti itu seharusnya setiap manusia menjalani hidupnya.

Semua menyadari akan selalu ada hambatan, apakah kondisi terik matahari yg panas ataupun dinginnya air hujan, meski sang bayu kadang membantu menyejukkan tubuh yg panas membara terjemur terik agar merasa nyaman, bahkan seringkali nakal menggoda ketika datang bersama sang hujan. Tapi semua hambatan ini pasti akan berakhir. Ada penghiburan dalam setiap hambatan, ada harapan dalam setiap kekhawatiran, ada kemudahan dalam setiap kesulitan. Ada akhir dari setiap awal. Badai pun pasti berlalu. Ya, seperti itu seharusnya setiap manusia dalam melihat setiap hambatan dalam menjalani kehidupannya.

Semua saling bantu-membantu dan menyemangati, baik antar sesama peserta lomba, maupun para penonton, agar para peserta tetap berada dalam jalurnya, tidak kehausan dan kekeringan, serta bisa tetap sehat dan selamat. Para teman yg jago lari pun selalu menyemangati, mensupport dan memberi kiat serta nasehat kepada temannya yg belum baik larinya. Semua akan senang dan bahagia jika para peserta lomba jika mencapai finish. Ya, seperti itu seharusnya setiap manusia dalam memandang dan memperlakukan sesamanya, baik sebagai Pelaku atau Pengamat.

Capek, iya memang capek. Napas megap-megap, paru-paru panas membara, betis dan paha pegal-pegal, kulit kotor berdebu, serta air keringat pun mengalir deras. Dan seperti itu pun diri kita dalam mencapai sesuatu dalam hidup ini, penuh pengorbanan. Termasuk juga dalam mendekati Tuhannya, saling berlomba sebaik dan semaksimal mungkin, serta penuh totalitas. Ya, seperti itulah hidup dan kehidupan.

Mudah-mudahan capeknya setiap pengorbanan hidup ini menjadi pahala seperti halnya tubuh menjadi sehat ketika rajin berlari, dan menjadi pembuang/penghilang dosa seperti halnya terbuangnya air keringat ketika sedang berlari. Terpurifikasi. Dan kita semua bisa berakhir selamat dan mencapai Kebahagiaan ketika kembali (wushul) kepada Tuhan, seperti halnya kebahagiaan yg dirasakan ketika berhasil mencapai garis finish. Dan tubuh fisik sehat pun akan menjadi suatu keniscayaan, seperti halnya sehatnya mental dan spiritual orang-orang yg telah wushul kepada Tuhannya. 

Dan semua pun dalam Kemenangan..

Semoga....

#ombad #tasawuf #170km #FTMD #ITB

Ket. Foto :
"Tetap Senyum" nya pren Arilari (Ariyanto M87 ITB) setelah lari menempuh jarak berkilo-kilo meter.