20 July 2017

MENCIPTAKAN "MUSUH BERSAMA"

Sejak beratus-ratus tahun yg lalu, kelompok/golongan dalam Islam itu banyak sekali, sebutlah terpecah-pecah. Dan kelompok-kelompok ini sulit disatukan.. Kenapa..?

Ya karena masing-masing kelompok mengklaim dan merasa paling benar dalam mengikuti Al-Quran dan Sunnah.

Lalu perbedaan-perbedaan antar kelompok pun semakin meruncing dan melebar, sehingga jurang perbedaan antar kelompok pun makin besar, sampai akhirnya saling curiga, berselisih dan saling tuduh. Dari mulai tuduhan Bid'ah, Sesat, Musyrik, Munafik, bahkan saling mengkafirkan. Shalat sama-sama menghadap Ka'bah kok dikafirkan sich..?

Karena "perbedaan adalah Rahmat" ditentang dan ditolak oleh mereka, akhirnya salah satu cara untuk "menyatukan" umat itu versi mereka adalah dengan menciptakan "musuh bersama". Cuma sayangnya, pola "musuh bersama" ini terlalu tendensius dan politis, meski akhirnya banyak dipakai sebagian kelompok tersebut.

"Musuh bersama" ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. "Musuh bersama" dalam skala kelompok, atau dengan kata lain, "musuh" kelompok tersebut adalah "musuh Islam sesungguhnya".

2. "Musuh bersama" dalam skala negara, atau dengan kata lain, pemerintah yg ada beserta elemennya adalah "thoghut", "anti Islam" dan "musuh Islam sesungguhnya".

"Musuh bersama" yg sering dipopulerkan itu diantaranya:

- Ahli Bid'ah : ahli neraka.
- Syiah : bukan Islam dan musuh Islam.
- Tarekat : Islam sesat, penyembah kuburan.
- Pemerintah Thoghut. Ini dilakukan oleh kelompok teroris, ataupun kelompok yg ingin menguasai suatu negara.

Dan akhirnya, jika ada yg tidak setuju dengan pendapat mereka dalam penetapan "musuh bersama" tersebut, maka akan dianggap dan dituduh juga sebagai pembela "musuh Islam", dan akhirnya akan dicap sebagai "musuh Islam". Sederhana kan..?

Itu makanya cara menafsirkan "Islam rahmatal lil 'alamin" nya mereka ini berbeda sekali. Dan mereka pun sangat alergi dengan "perbedaan adalah Rahmat".

Dan tanda mereka yg paling mudah dikenali (salah satunya) adalah mereka mudah sekali menuduh keimanan orang yg berbeda paham dengan dirinya. Tuduhan yg berhubungan dengan keimanan, seperti: Sesat, Musyrik, Munafik.. ataupun diarahkan ke tuduhan "musuh bersama" kelompoknya.

Secara esensi, mungkin pola menciptakan "musuh bersama" ini mirip dengan ungkapan nasehat:

"Janganlah engkau mengecam Iblis secara terang-terangan, sementara engkau adalah temannya dalam kesunyian." ('Ali bin Abi Thalib kw.)

Semoga....
#ombad

17 July 2017

PAKAIAN

Pakaian itu sangat berhubungan dengan urusan Kepantasan dan Kesopanan dalam menutup aurat.

"Menutup Aurat" sebagai bentuk kepatuhan seorang hamba di depan Tuhannya, serta urusan "Kepantasan & Kesopanan" sebagai bentuk hubungan sosial sesama manusia yg terikat kondisi budaya setempat.

Anda akan terlihat pantas ketika pakai celana pendek ketika sedang main atau olahraga, dan sebaliknya jika dipakai untuk bertamu ataupun meeting.. apalagi jika bercelana pendek ketika sedang shalat.. gak sah.. :D

Cuma kalau hanya berbekal wajah melayu, hidung kurang mancung dan postur pendek, rasanya sich masih kurang pantas jika memakai pakaian Arab.. lebih cucok sarungan aja dech.. :D

Mirip berjanggut, tapi bulunya jarang-jarang.. mendingan cukur aja dech.. atau pakai penyubur janggut dulu dech... :D

Kalo sy sich malu pakai pakaian Arab itu, bukan karena gak pantas pakainya, tapi malu karena suka dianggap suku Quraisy.. ehh, udah gitu téh dipanggil Habib lagih.. jadi pakaian Arabnya sy pakai kalo lagi di tanah Arab sono.. :D

Tipe atau gaya pakaian itu cuma mode saja, esensinya mah buat menutupi aurat. Mau pakai corak batik, garis-garis, warna-warni ataupun polos pun silahkan. Tentu dengan batasan-batasan kesopanan.

Model pakaian kungfu Taichi pun jadi baju koko (takwa).. :D
Atau pakai jubah..? Nabi Musa dan Jesus pun pakai jubah.. jadi orang Yahudi pun dulu itu pakai jubah.. wong itu budaya gurun pasir.. :D

Jadi, mau pakai jubah putih sekalipun jika hati dan mulutnya kotor penuh dengki, benci dan caci-maki, ya tetap gak Islami, soalnya jadi lebih mirip Abu Jahal dan Abu Lahab, dan sama sekali tidak mirip Kanjeng Nabi SAW.

Dalam urusan Hadist pun harus paham, apakah konteksnya "Muhammad" itu sebagai pribadi orang Arab, seorang ayah, seorang suami, seorang Nabi, seorang Rasul ataupun seorang Kepala Pemerintahan.
 
Semoga....

#ombad