21 July 2018

YADRI WA LAA YADRI

Terkait ilmu, Imam al-Ghazali ra. dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, menukil perkataannya Khalil bin Ahmad ra. yg membagi empat golongan manusia, yaitu:


1. "Rajulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri". 

Orang yang tahu (mengerti) tapi tidak tahu bahwa ia tahu (mengerti). Itulah orang yang Lalai, maka peringatkanlah ia. 

Kaum sufi mengibaratkan orang semacam ini adalah orang yang tertidur. Maka ia harus dibangunkan dan disadarkan akan kelebihannya yang bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.


2. "Rajulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri". 

Orang yang tidak tahu (mengerti) dan ia tahu bahwa ia tidak tahu (mengerti). Itulah orang yang Sadar Diri, maka ajarkanlah ia. 

Inilah orang bodoh sederhana (jahil basith) yang mudah diobati, yaitu dengan pengajaran dan pendidikan. 


3. "Rajulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri". 

Orang yang tahu (mengerti) dan tahu bahwa ia tahu (mengerti). Itulah orang 'Alim, maka ikutilah ia. 

Orang ini tergolong kaum bijaksana (al-Hukama’), yang harus diikuti dan dimintai pendapat dan wawasannya.


4. "Rajulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri". 

Orang yang tidak tahu (mengerti) dan tidak tahu bahwa ia tidak tahu (mengerti), itulah orang yang Mati (dungu), maka tinggalkanlah ia.

 

Jadi jenis manusia yg paling buruk adalah "Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri", manusia yg Tidak Tahu (tidak berilmu) dan dia Tidak Tahu kalau dirinya Tidak Tahu. Jenis manusia yg selalu merasa paling mengerti, selalu merasa paling tahu, selalu merasa paling memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. 

 

Orang macam inilah yang disebut “bodoh kuadrat” (Ahmaq), karena selain bodoh juga tidak tahu akan kebodohannya sendiri. Kita bisa bayangkan betapa sulitnya mengobati kebodohan orang seperti itu. Pangkal penyakitnya ialah tidak tahu diri.

Dan repotnya, manusia jenis ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa lebih tahu atau merasa paling tahu. 

Jadi menghadapi tipikal manusia seperti ini, ya biarkan saja. Karena orang yg ilmunya sedikit saja seringkali merasa lebih Pandai, makanya gak usah heran jika orang bodoh pun akan merasa jenius.. :D 


Dari Ali ibn Musa ar-Ridha, Nabi Isa as bersabda :


“Sungguh aku telah mengobati orang-orang yang sakit, dan aku sembuhkan mereka dengan izin Allah; juga aku sembuhkan orang buta dan orang berpenyakit lepra dengan izin Allah; juga aku obati orang-orang mati dan aku hidupkan kembali mereka dengan izin Allah; kemudian aku obati orang dungu namun aku tidak mampu menyembuhkannya..!” 

Maka beliau pun ditanya, “Wahai ruh Allah, siapa orang dungu itu..?”

Beliau menjawab, “Yaitu orang yang kagum kepada pendapatnya sendiri dan dirinya sendiri, yang memandang semua keunggulan ada padanya dan tidak melihat beban (cacat) baginya; yang memastikan semua kebenaran untuk dirinya sendiri. Itulah orang-orang dungu yang tidak ada jalan untuk mengobatinya.”

Jadi anggap wajar aja jika pada suatu ketika menemukan tipikal manusia seperti itu.

Iya, memang suatu kewajaran, karena dalam setiap hal selalu ada pasangannya. Apalagi jika berhubungan dengan masalah ilmu yg lingkupnya tak terbatas, baik dari sisi Dzahir (nampak, jelas) maupun dari sisi Khafi (samar, tersembunyi). 

Hal ini pun diterangkan Ibn Taimiyah dalam kitab Majmu’ Fatawa, bahwa para ulama pun mengklasifikasikan syariat Islam menjadi dua, yaitu: Dzahir (nampak, jelas) dan Khafi (samar, tersembunyi).

Salahkah mereka..? Tidak sich, tidak salah.. :D..  walau bikin enek.

Imam Abu Hanifah ra. pun mengatakan,

"Tidak ada udzur bagi orang yg jahil (bodoh, tidak tahu) dalam hal Ma’rifatullah (mengenal Allah). Karena mengenal Rabb serta mengesakan-Nya adalah kewajiban setiap hamba. Adapun dalam kewajiban² (yg lain), maka orang yg bodoh/jahil atau belum sampai ilmu kepadanya dianggap belum tegak hujjah atasnya."

**

Abu ‘Abd ar-Rahman Al-Khalil ibn Ahmad ibn ‘Amr ibn Tamim Al-Farahidi Al-Azdi lahir di Basrah pada tahun 100 H dan tinggal di sana hingga wafat tahun 170 H, atau tahun 175 H menurut sebagian pendapat. Ayah beliau adalah orang yg pertama kali menggunakan nama Ahmad setelah Rasulullah SAW.

Khalil bin Ahmad, sejak kecil mengikuti kajian-kajian ilmu mulai dari hadits, fiqih, dan juga bahasa. Gurunya yg paling berpengaruh adalah ‘Isa ibn ‘Amr dan Abu ‘Amr ibn al-’Ala’.

Semoga...
#ombad #tasawuf

18 July 2018

TENTANG FITNAH

Kata "Fitnah" dalam bahasa Arab, mempunyai makna “al-Ikhtibaru”, yg berarti upaya untuk menyingkap hakikat sesuatu, dan juga bermakna “al-Imtihanu”, yg berarti ujian atau pengujian (lihat: Ibn Hajar al-Asqalani, dalam kitab “Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari”).

Jadi, kata "fitnah" itu seperti suatu pengujian kadar emas, untuk membedakan mana emas yang asli dan mana yang bukan. Biasanya cara pengujian itu dengan memasukkan emas itu ke dalam api yang panas.. :D

Fitnah menggambarkan segala bentuk penyingkapan dan pengujian terhadap keaslian, kebenaran dan kemurnian sesuatu. Emas mana yg benar-benar berkualitas tinggi dan mana yg berkualitas rendah. Dan jika ini terjadi pada diri seorang Mukmin, maka bisa dibilang, suatu proses “pembakaran“ pribadi untuk membedakan mana Mukmin yg teguh dan mana Mukmin yg rapuh.

Biar lebih sederhana, FITNAH itu merupakan ujian dari Allah dan bisa menerpa kepada siapapun. Fitnah itu dilontarkan seseorang yg hatinya mempunyai sifat Hasad, Iri dan Dengki. Fitnah ini seperti halnya menempelkan bau busuk ke tubuh seseorang, artinya orang yg akan ditempeli bau busuk ini sebenarnya badannya tidak busuk.

Fitnah di atas termasuk FITNAH HIDUP, dalam urusan kehidupan dunianya ; dirinya, hartanya, keluarganya, kerabatnya, dst.

Al-Qur'an secara tersirat memberikan 3 solusi ketika kita sedang menghadapi Fitnah Hidup ini, yaitu :

1. Diam : menahan diri supaya tidak emosi, tidak mengganggu psikologis. Tindakan "melawan" kadang bisa merugikan juga.

2. Banyak Istighfar : berdzikir dan berdoa kepada Allah, karena siapa tahu kasus fitnah yg menimpa itu adalah salah satu "pengingat" bahwa kita harus berbenah, introspeksi, muhasabah, sehingga bisa menjadi hamba Allah yg dicintai-Nya.

3. Mengasingkan diri ke perbatasan negeri, dalam arti keluar dari lingkungan (pergaulan) orang yg suka memfitnah, biar hal lain yg lebih bermanfaat bisa lebih diprioritaskan.

Kasus fitnah itu (bisa sy katakan) seperti sesuatu yg sudah di atas hukum sebab akibat. Misal, kalau kita mencuri, kemudian di suatu waktu, barang kita hilang, mungkin itu sebuah "karma", konteksnya "sebab-akibat". Tapi kalau kita misalkan tidak pernah mencuri, tapi kemudian barang kita ada yg dicuri..?

Artinya ada kemiripan, kita (misalnya) tidak pernah dengki dan memfitnah orang, tapi kok difitnah..?

Kategori ini tentunya bisa disebut ujian keimanan, apakah harus introspeksi, belajar mengikis kesombongan, sampai belajar ikhlas, ridha, menerima ketentuan Tuhan.. yg esensinya adalah ujian dari Allah dalam meningkatkan keimanan hamba-Nya.

Sedangkan FITNAH KEMATIAN. diantaranya adalah adzab kubur, ujian yg dialami manusia ketika di padang Mahsyar, dimana manusia tertahan untuk dihisab.

Dan fitnah terbesar dalam perjalanan hidup adalah FITNAH DAJJAL, karena berhubungan dengan Penyimpangan agama/syariat (kesesatan), dimana fitnah ini membalikkan nilai Kebenaran menjadi Kebatilan, Keimanan menjadi Kekufuran, sehingga akhirnya "jalan lurus" pun menjadi Kesesatan.

Artinya, Fitnah Dajjal bisa dimaknai, ketika sesuatu yg Batil dianggap Haqq, begitupun sebaliknya.. Dan dari tercampurnya Haqq dan Batil inilah, akan muncul PEMBENARAN... Dan jika seperti itu, siap-siaplah mengalami "kiamat".

Rasulullah SAW mengisyaratkan agar memperbanyak "membaca" Surat Al-Kahfi agar terhindar Fitnah Dajjal.. Bukankah pemuda-pemuda Ashabul Kahfi pun sesuai dengen ketiga poin solusi menghadapi fitnah seperti di atas..?

Mudah-mudahan lewat doa ini Allah SWT bisa melindungi kita semua dari Fitnah Dajjal :


اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.


Allahumma arinal haqqo, haqqo, warzuqnat tibaa’ah, wa arinal baathila baathila, warzuqnaj tinaabah, bi rohmatika yaa Arhamar Roohimiin.
.
"Ya Allah, tunjukilah kami haqq (kebenaran) itu sebagai haqq dan beri kami kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukilah kami yang batil itu sebagai batil dan berikan kami kekuatan untuk menjauhinya, dengan rahmat-Mu ya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.”

Dan juga,

اللهم إني أعوذ بك من عذاب جهنم, ومن عذاب القبر, ومن فتنة المحيا والممات, ومن فتنة المسيح الدجال

Alloohumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min tsarri fitnatil masiihid Dajjal.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab neraka jahanam dan dari azab kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal.."

Dan ingat, anak istrimu pun bisa menjadi fitnah bagimu.. seperti adanya "desakan tuntutan" kebutuhan anak istrinya sampai  tidak bisa membedakan mana halal dan mana haram dalam mencari nafkah.. :)

Semoga...
#ombad #tasawuf

17 July 2018

KUNCI DALAM GELAP

Suatu malam seseorang mendapati Nasruddin Hoja tengah sibuk mencari-cari sesuatu di halaman rumahnya, di bawah sebuah tiang lampu.

Temannya ini bertanya, "Apa yg sedang kau lakukan Nasruddin..?"

Nasruddin menjawab, "Aku sedang mencari kunciku yg hilang."

Kawan itu pun segera ikut sibuk mencari kunci, membantu Nasruddin, namun kunci tersebut tidak kunjung ditemukan.

Temannya bertanya lagi, "Memangnya kunci itu tadi hilang di mana..?"

"Di sana, di dalam gudang di bawah tanah.." Jawab Nasrudin sambil menunjuk ke arah rumahnya.

Merasa kesal, sang kawan yg merasa sudah berbaik hati itu bertanya, "Jika hilangnya di dalam gudang rumahmu, lalu mengapa kita mencarinya di sini..?"

Nasruddin menjawab, "Di dalam gudang sana gelap; bukankah kita hanya bisa mencari di tempat yg terang..?"

**
 
Perilaku manusia suka mencari "sesuatu", yg dianggap oleh pikirannya (sendiri) bahwa ia bisa menemukannya di "tempat" itu, dengan asumsi "prasyarat" untuk mencarinya sudah terpenuhi.

Dan mayoritas dari pencarian manusia itu adalah KEBAHAGIAAN. Banyak yg kehilangan "kunci" kebahagiaan, dan seringnya mereka mencari :

- Di bawah "terang cahaya" Materi, padahal kunci itu berada di "gelapnya atas" materi (esensi al-Faqir : ash-Shamad).

- Di bawah "terang cahaya" Rasionalisme, padahal kunci itu berada di gelapnya Spiritualisme.

- Di bawah "terang cahaya" Permintaan, padahal kunci itu berada di gelapnya  Penerimaan.

- Di bawah "terang cahaya" Pemasukan/input, padahal kunci itu berada di gelapnya Pengeluaran/output.


Semoga...
#ombad #tasawuf

LALAT DAN TINTA IMAM GHAZALI

Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad menulis cerita tentang seseorang yg berjumpa Imam Ghazali dalam sebuah mimpi.

“Bagaimana Allah memperlakukanmu..?” tanya orang tersebut.

Imam al-Ghazali menceritakan bahwa di hadapan Allah ia ditanya tentang bekal apa yg ia serahkan untuk-Nya. Al-Ghazali pun menimpali dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yg pernah ia jalani di dunia. Dan Allah menolak itu semua, menampik berbagai amalan Imam al-Ghazali kecuali satu kebaikannya ketika bertemu dengan seekor lalat.

Suatu saat ketika ia mengarang dan menulis kitab, datanglah  seekor lalat yg terbang mendekat dan hinggap di tinta penanya. Pada awalnya Imam Ghazali  bermaksud mengusir lalat tersebut karena beliau ingin segera melanjutkan tulisannya. Namun Ia melihat lalat tersebut sangat kehausan. Beliau lebih memilih menunggu lalat itu minum sepuasnya pada tintanya daripada mengusirnya agar segera bisa melanjutkan tulisannya. Setelah lalat tersebut minum sepuasnya untuk menghilangkan dahaganya, lantas terbang lagi entah kemana.

“Masuklah bersama hamba-Ku ke surga,” kata Allah kepada Imam Ghazali dalam kisah mimpi itu.

Semoga...
#ombad #tasawuf

16 July 2018

PAKAIAN, AURAT & KEPANTASAN

Tipe atau gaya pakaian itu cuma mode saja, esensinya mah buat menutupi aurat.
Mau pakai corak batik, garis², warna-warni ataupun polos pun silahkan. Tentu dengan batasan-batasan kesopanan.

Model pakaian kungfu Taichi pun jadi baju koko (takwa).. :D
Atau pakai jubah..? Nabi Musa dan Jesus pun pakai jubah.. jadi orang Yahudi pun dulu itu pakai jubah.. wong itu budaya gurun pasir.. :D

Jadi, mau pakai jubah putih sekalipun jika hati dan mulutnya kotor penuh dengki, benci dan caci-maki, ya tetap gak Islami, soalnya jadi lebih mirip Abu Jahal dan Abu Lahab, dan sama sekali tidak mirip Kanjeng Nabi SAW.

Dalam urusan Hadist pun harus paham, apakah konteksnya "Muhammad" itu sebagai pribadi orang Arab, seorang ayah, seorang suami, seorang Nabi, seorang Rasul ataupun seorang Kepala Pemerintahan.

Jadi pakaian itu sangat berhubungan dengan urusan Kepantasan dan Kesopanan dalam menutup aurat.

"Menutup Aurat" sebagai bentuk kepatuhan seorang hamba di depan Tuhannya, serta urusan "Kepantasan dan Kesopanan" sebagai bentuk hubungan sosial sesama manusia yg terikat kondisi budaya setempat.

Anda akan terlihat pantas ketika pakai celana pendek ketika sedang main atau olahraga, dan sebaliknya jika dipakai untuk bertamu ataupun meeting.. apalagi jika bercelana pendek ketika sedang shalat.. gak sah.. :D

Cuma kalau hanya berbekal wajah melayu, hidung kurang mancung dan postur pendek, rasanya sich masih kurang pantas jika memakai pakaian Arab.. lebih cucok sarungan aja dech.. :D

Mirip berjanggut, tapi bulunya jarang-jarang.. mendingan cukur aja dech.. atau pakai penyubur janggut dulu dech... :D

Kalo sy sich malu pakai pakaian Arab itu, bukan karena gak pantas pakainya, tapi malu karena suka dianggap suku Quraisy.. ehh, udah gitu téh dipanggil Habib lagih.. jadi pakaian Arabnya sy pakai kalo lagi di tanah Arab sono..

Semoga...
#ombad

TAHAPAN IMAN

Ada tiga tahapan dalam keimanan, yaitu:

1. 'ILMUL YAQIN.
Keyakinan yg muncul karena tahu (termasuk membaca, mendengar), atau disebut juga PERCAYA. Tahap yg pertama ini adalah tahapan PENGETAHUAN karena mempercayai apa yg dia ketahui.

2. 'AINUL YAQIN.
Keyakinan yg muncul karena tahu dan melihat/merasa, atau biasa disebut KEYAKINAN. Tahapan ini sudah memasuki tahapan PEMAHAMAN, karena pengetahuan yg dia percayai dibantu/ditambah dengan sesuatu bukti.

3. HAQQUL YAQIN.
Keyakinan yg muncul karena tahu, melihat/merasa dan mengalami, ini disebut sebagai KEBENARAN (Hakikat).

Apakah ketiga hal di atas saling bertabrakan? Tentu tidak.
Secara normal, hampir semua dimulai dari poin pertama. Artinya ketika poin kedua dialami, semestinya akan makin memperkuat poin pertama, begitupun dengan pengalaman di poin ketiga, akan semakin meneguhkan dua poin sebelumnya.

Kenapa seperti itu?
Karena nash yg sudah tertulis, yaitu al-Quran & Sunnah Rasul-Nya telah dijamin kebenarannya oleh Allah SWT.

Gunanya untuk apa?
Selain untuk memperteguh keyakinan sendiri (rusukh) dan bisa memahami diri sendiri, juga selanjutnya agar bisa memahami orang lain... :D


Semoga....
#ombad #tasawuf

15 July 2018

SYARAT MUFASSIR

Jika ingin manafsirkan al-Qur'an kuasai dulu 15 bidang ilmu berikut :

1. Ilmu Lughat (Filologi).
Ilmu untuk mengetahui arti setiap kata al-Quran.

Imam Mujahid ra berkata, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka tidak layak baginya berkomentar tentang ayat-ayat al-Quran tanpa mengetahui ilmu lughat. Sedikit pengetahuan tentang lughat tidaklah cukup karena kadangkala satu kata mengandung berbagai arti. Jika mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Bisa jadi kata itu mempunyai arti dan maksud yg berbeda."

2. Ilmu Nahwu (tata bahasa).
Sangat penting mengetahui ilmu Nahwu, karena sedikit saja I’rab (bacaan akhir kata) berubah akan mengubah arti perkataan itu. Sedangkan pengetahuan tentang I’rab hanya didapat dalam ilmu Nahwu.

3. Ilmu Sharaf (perubahan bentuk kata).
Perubahan sedikit bentuk suatu kata akan mengubah maknanya.

4. Ilmu Isytiqaq (akar kata).
Dengan ilmu ini dapat diketahui asal-usul kata. Ada beberapa kata yg berasal dari dua kata yg berbeda, sehingga berbeda makna.

5. Ilmu Ma’ani.
Dari ilmu ini susunan kalimat dapat diketahui dgn melihat maknanya.

6. Ilmu Bayaan.
Ilmu yg mempelajari makna kata yg zhahir dan yg tersembunyi, juga mempelajari kiasan serta permisalan kata.

7. Ilmu Badi’.
Ilmu yg mempelajari keindahan bahasa. Ketiga bidang ilmu di atas juga di sebut sebagai cabang ilmu Balaghah yg sangat penting dimiliki oleh para ahli tafsir. Al-Quran adalah mukjizat yg agung, maka dgn ilmu-ilmu di atas, kemukjizatan al-Quran dapat diketahui.

8. Ilmu Qira’at.
Perbedaan bacaan dapat mengubah makna ayat. Ilmu ini membantu menentukan makna paling tepat di antara makna-makna suatu kata.

9. Ilmu Aqa’id.
lmu aqidah, ilmu kalam, ushuluddin.

10. Ushul Fiqih.
Dengan ilmu ini kita dapat mengambil dalil dan menggali hukum dari suatu ayat.

11. Ilmu Asbabun-Nuzul.
Ilmu untuk mengetahui sebab-sebab turunnya ayat al-Quran. Dengan mengetahui sebab-sebab turunnya, maka maksud suatu ayat mudah dipahami. Karena kadangkala maksud suatu ayat itu bergantung pada asbabun nuzul-nya.

12. Ilmu Nasikh Mansukh.
Dengan ilmu ini dapat dipelajari suatu hukum yg sudah dihapus dan hukum yg masih tetap berlaku.

13. Ilmu Fiqih.

14. Ilmu Hadist.
Ilmu untuk mengetahui hadist-hadist yg menafsirkan ayat-ayat al-Quran.

15. Ilmu Wahbi.
Ilmu khusus yg diberikan Allah kepada hamba-Nya yg istimewa..

**

KITAB TAFSIR KARYA ULAMA INDONESIA

1. 1967, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan Maknanya, karya Prof H Mahmud Yunus. Tafsir ini hanya terdiri atas satu jilid, namun penafsirannya mencakup 30 juz.

2. 1971, Al-quran dan Terjemahannya, disusun oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an (atas penunjukan oleh Departemen Agama RI). Dan 1990 dilakukan revisi atas terjemahannya.

3. 1974, Al-Kitab al-Mubin Tafsir Al-Qur’an (bahasa Sunda), karya KH. MHD Ramli.

4. 1977, Tafsir Al-Qur’an Suci (bahasa Jawa), karya Prof. KH. R. Muhammad Adnan.

5. 1981, Tafsir Rahmat, karya H. Oemar Bakri. Tafsir dalam kitab ini dilakukan berdasarkan urutan surah dan ayat dalam Al-Qur’an tanpa mengelompokkan ayat sesuai dg masalah yg dikandungnya. Setiap surah yg akan ditafsirkan didahului oleh suatu pendahuluan yg berisi uraian tentang nama atau nama-nama lain surah tersebut, jumlah ayat, hubungan antar surah, dan pokok isi surah. Penafsiran surah diakhiri dg penutup yg berisi kesimpulan mengenai kandungannya.

6. 1983, Tafsir al-Azhar, karya Buya HAMKA. Tafsir ini terdiri atas 15 jilid dan setiap jilid berisi penafsiran dua juz Al-Qur’an. Di setiap awal surah yg ditafsirkan, diuraikan lebih dahulu beberapa hal yg berkaitan dg surah dan pokok isinya. Selain itu, setiap ayat juga disertai dg terjemahannya. Masalah pokok yg terkandung dalam ayat-ayat tertentu diuraikan dan ditafsirkan secara panjang lebar.

7. 2000, Tafsir al-Misbah. karya Prof. Dr. Quraish Shihab. Tafsirnya terdiri dari 15 Volume/jilid, yg merupakan tafsir Al-Quran lengkap 30 juz pertama dalam 30 tahun terakhir.

Selain itu, banyak tafsir-tafsir yg berdasarkan per Surah dan jg per Juz.

Semoga...
#ombad #tafsir

KESAMAAN "FREKUENSI"

Rumi menjelaskan bahwa manusia yg bergelut dengan penderitaannya, bermain sangat berbahaya di tepi kejatuhan dan kehancuran. Dengan kasih sayang dan kecintaan-Nya, Tuhan mengirimkan untuknya bukan seorang malaikat, melainkan seseorang yg ia kenali dan ia mengenalnya, yg berjiwa sama dengannya. Seorang yg sama dengannya dalam menghadapi kehidupannya yg penuh dengan berbagai bahaya dan tantangan. Seseorang yg akan membawanya dari tepi kejatuhan ke tengah kehidupan, dari kematian kepada kehidupan.

Mirip seperti kisah hikmah di bawah ini:

Suatu hari seorang ibu muda yg sedang sibuk bekerja di dapur tak menyadari bayi laki-lakinya merangkak ke luar ruangan dan berhasil menaiki tangga yg menuju atap rumah. Khawatir karena anaknya tidak ada, si Ibu berlari menaiki tangga dengan panik dan melihat anaknya bermain di atap, sangat dekat ke tepinya. Namun, ketika dia mendekat untuk menjemputnya, si bayi berpikir dia sedang diajak bermain dan justru berlari lebih dekat ke tepi atap. Sang ibu dalam ketakutannya meneriaki bayi itu, dia mulai menangis dan tidak ingin lebih mendekatinya khawatir anaknya justru semakin mendekati atap. Situasinya akan menjadi parah.

Mendengar keributan, tetangga wanita itu berkumpul di sekitar rumah, beberapa orang bersama di atap dengan sang ibu yg putus asa, yg lain di bawah ambang atap berharap bisa menangkap bayi itu jika si bayi jatuh.

Tidak menyadari bahaya yg mengancamnya, bayi itu terus bermain di dekat tepi atap.

Sewaktu kejadian berbahaya ini sedang berlangsung, datanglah sayidina 'Ali bin Abi Thalib, dan tentu saja sang ibu bergegas kepadanya dengan kegelisahannya.

"Bayi saya ada di atap," dia menjelaskan dengan panik sambil menangis, "jika saya mendekatinya, dia berpikir bahwa saya sedang bermain dan ia justru lari menjauh dari saya. Dia akan jatuh..!"

Menanggapi kata-kata putus asa ini, 'Ali pun memberi tahu si ibu apa yg harus dia lakukan, tapi wajah sang ibu pucat ketakutan. Ia berpikir Imam 'Ali pasti salah !

'Ali berkata, "Saya tahu anda memiliki anak laki-laki yg satu tahun lebih tua. Apa yg harus anda lakukan itu adalah mengirimnya ke atas atap juga."

"Tapi dia juga akan jatuh dan tewas..!", wanita putus asa itu memprotes.

Imam Ali menjawab, "Ikuti saranku, anda tidak punya waktu untuk menyia-nyiakannya..! Bayi anda justru akan jatuh dan tewas jika anda tidak bertindak cepat. Jika Anda ingin menyelamatkan hidupnya, anda harus mengirim anak anda yg lain naik ke atap."

Wanita itu dengan terpaksa mengambil anak laki-lakinya yg lain, dan dengan sangat enggan meletakannya di atap rumah. Tapi Imam Ali bukanlah seorang yg ceroboh. Reputasinya dalam ilmu dan kebijaksanaan tak pernah diragukan. Dan benar, karena tidak lama kemudian si bayi yg sedang bermain di tepi atap, begitu melihat saudaranya dia mengenalinya dan merangkak cepat ke arahnya, dan selamatlah ia.

(Kingdom of Joy - Tales from Rumi)

Semoga....
#ombad #tasawuf