12 July 2018

PERBEDAAN ITU RAHMAT

Kenapa Perbedaan itu Rahmat ?

Dalam keseharian, tidak jarang perbedaan yg ada bahkan menjadi pemicu pertengkaran/permusuhan. Kenapa bisa seperti itu ? Kok bukan Rahmat yg diperoleh ? 

Hal ini terjadi karena cara pandang terhadap 'perbedaan' nya itu sendiri.

- Apakah perbedaan yg muncul dijadikan alat kontrol atau tidak terhadap 'kebenaran relatif' yg ada dalam diri kita.

- Apakah diri kita melakukan 'inner counting' dan 'inner communication' atau tidak, dalam menyikapi data internal yg berbeda dg eksternal.

- Apakah diri kita benar-benar sudah berniat kuat untuk mencari pemahaman/ilmu seobjektif mungkin.

- Atau malah kita hanya butuh legitimasi agar 'kebenaran relatif' yg ada dalam diri kita menjadi sebuah 'kebenaran absolut', sampai akhirnya hanya akan menganggap sebuah kebenaran ketika 'data eksternal' tersebut memiliki kesamaan dgn yg sudah ada di 'data internal'. 

Artinya, ungkapan "Perbedaan itu Rahmat" ini bisa dimaknai juga :

- Perbedaan itu (bisa jadi) Rahmat ; jika kita bisa menyikapi perbedaannya, seperti halnya seorang koki ketika bertemu dengan bumbu-bumbu masakan yg berbeda-beda, baik rasa maupun bentuknya. Bagaimana caranya supaya koki tsb bisa mengolah dan mengkombinasikannya.

- Perbedaan itu (bisa jadi) Rahmat ; jika kita bisa MENGEDEPANKAN sifat-sifat Rahmatnya itu sendiri, ketika menemukan/menghadapi perbedaan yg ada.

Sifat Rahmat (orang-orang yg mendapatkan Rahmat Allah, ibadur-Rahman, QS. al-Furqaan :63-77), diantaranya : kasih sayang, tawadhu', kebaikan, sederhana/moderat, jujur, senang menerima nasehat, dsb.

Semoga..
#ombad #tasawuf

TIPIKAL DI/TII

Banyak postingan di Medsos yg tujuannya mengadu domba TNI dan Polri. Jika diperhatikan para penyebar fitnah dan hoax ini selalu mengatas-namakan agama dan umat. Mirip postingan "ulama itu tidak boleh dikritik" karena "ulama itu tidak pernah salah".. emangnya ulama itu Tuhan..? Kok Ulama dijadikan berhala.. Ulama yg asli aja jangan dijadikan berhala, apalagi ulama palsu.. :D

Sampai akhirnya muncul istilah hoax "kriminalisasi ulama".. ya sama aja dengan menganggap ulamanya tersebut sebagai berhala.. Jika ulama-ulama yg dukung mereka dikeripik maka siap-siaplah si tukang keripik jadi automurtad, kafir, munafik plus PKI dech.. :D

Dan amati juga, postingannya itu seolah-olah hasil dari analisis intelijen TNI, dan isi teksnya pun selalu menyudutkan Polri.

Tujuannya mereka apa..?
Mudah ditebak kok.. itu untuk mengaburkan agenda mereka, tindakan radikal dan teroris yg sebenarnya, serta untuk merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Artinya ada upaya terstruktur dan massif yg diprakarsai secara politik.

Jadi ada upaya untuk merusak citra  Pemerintah. Jika mereka berhasil menanamkan kebencian kepada publik, maka akhirnya publik meyakini bahwa Pemerintahnya salah dan gagal. Dan selanjutnya, mereka pun akan semakin vocal untuk memunculkan jargon promosi andalannya, yg ujungnya harus merubah sistem negara. 

- Jika sistem negara dirubah, maka negara akan mampu memberikan penghasilan tetap kepada semua rakyat.
- Jika sistem negara dirubah, maka rakyat akan adil, makmur dan sejahtera.
- Jika sistem negara dirubah "islami" maka akan mampu membayar utang negara.
- Jika sistem negara diubah maka negeri ini akan selamat.
- Dan jika-jika lain yg selalu dihubungkan dengan agama Islam sebagai kekuatan mayoritas.

Dari dulu juga hal kayak gitu mah tipenya mirip pemberontak DI/TII ataupun ISIS.

Dasar Ndeso... :D

Semoga....
#ombad

11 July 2018

ISLAM NUSANTARA

Islam Nusantara itu dideklarasikan sudah sejak 2 tahun yg lalu.. bahkan berpuluh-puluh tahun yg lalu juga udah ada, cuma masih berbentuk universitas, yaitu Universitas ISLAM NUSANTARA (UNINUS, 1969).. :D

Munculnya kan udah lama, kenapa baru dicaci dan dijelek-jelekin sekarang..? Masa loading otak segitu lamanya.. lemot baggeedhh..! :D

Makanya otak itu jangan dipakai buat mendukung nafsu amarah atau sifat radikal di jiwa, nanti makin lemot.. kenapa coba..? Karena jika nafsunya dipasang di depan maka akan nutupin hati.. jadi aja petunjuk sulit masuk.. atau mungkin udah dijejali atau disuntik paham kelompoknya ya.. :D

Seperti juga Muhammadiyah yg bikin program ISLAM BERKEMAJUAN, maka NU pun bikin program Islam Nusantara.. ya bagus donk buat kemaslahatan umat.. masa NU gak boleh bikin program lain buat kemaslahatan umat juga..?

Masa bikin program "Islam Nusantara" yg konstruktif dan tidak destruktif malah jadi marah.. kesindir ya..?

Masa bikin program "Islam Nusantara" agar radikalisme beserta bibitnya (yaitu takfiri) bisa dihilangkan dari negara ini malah jadi sebel.. pendukung ya..?

Masa bikin program "Islam Nusantara" agar nilai-nilai Islam sebagai agama yg menyebarkan Salam & Rahmatal lil 'alamin bisa teraktualisasi dalam setiap aspek kehidupan dan bisa dijadikan budaya (kebiasaan) malah jadi benci.. nanti ketahuan ya..?

Nilai-nilai seperti itu mah dari jaman old aja sudah diaktualisasi di lingkungan NU (ilmu, adab, tasawuf), makanya akan dikembangkan buat semua, baik secara nasional maupun internasional.. masa belum paham di luar negeri pun mulai mengadopsi program "Islam Nusantara".

Orang NU yg bikin kok banyak yg sewot ya.. bahkan saking sewotnya sampai bikin sendiri macam-macam definisi tentang Islam Nusantara.. orang lain yg bikin kok gak malu mendefinisikan sendiri.. Udah mah definisinya salah.. ehh tetap merasa bener. Dikasih tau pun masih ngeyel juga sampai jor-joran debat.. emang otak kalo udah somplak itu sulit sembuh. Atau pura-pura gak paham, karena punya agenda sendiri yg terselubung ya..? :D

Benar kata Imam Syafi'i ra. :

قال الإمام الشافعي: مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي

Imam Syafi'i berkata, "Setiap berdebat dengan orang alim, aku selalu menang. Tetapi berdebat dengan orang bodoh, aku kalah."

Dan memang susah kalau dari awal sudah didasari Kebencian dan tujuannya ingin menjegal, apapun akan dipakai sebagai alat pemuas tujuan.

Jadi jangan hasud (dengki) dengan program Islam Nusantara nya NU sampai hawa nafsunya menggebu-gebu kayak gitu ya.. nanti sakit lho.. :D

"Akal lebih diutamakan daripada hawa nafsu karena akal menjadikanmu sebagai pemilik zaman, sedangkan hawa nafsu memperbudakmu untuk zaman." ('Ali bin Abi Thalib kw.)

Akhirnya, mari kita lihat dan tunggu buktinya, insyaAllah ke depan itu program Islam Nusantara akan membuat orang lain merasa aman dan nyaman di dekatnya (rahmatal lil alamin), serta akan banyak diadopsi di seluruh dunia.

Semoga..
#ombad #NU

GAJAH DALAM GELAP

Pikiran setiap manusia itu berbeda-beda.. sebutlah itu, frekuensi berpikir, pola pandang, dsb.

Dalam konteks keyakinan, hampir semua merasa benar dengan pendapat/keyakinan dirinya. Ketika "Kebenaran subyektif" ini diikutin, lalu ditunjanglah dengan dalil sebagai 'pembenaran' nya. Padahal mungkin saja 'kebenaran' menurut dirinya ini masih dalam ruang 'pemahaman parsial' karena masih berproses untuk menemukan yg Hakiki.

Itu kenapa fokus dalam tasawuf lebih ke 'membersihkan diri terus-menerus'.. biar sifat-sifat yg negatif (dan tercerminkan lewat perbuatan buruk, yg katanya sesuai dalil) bisa dikikis. Tentu butuh pemahaman, open heart (lapang dada), juga open mind (keterbukaan pikiran), serta berbaik-sangka.

Dalam meyakini 'kebenaran' (dirinya, subyektif), manusia ada 2 tipe:

- Senang mempertunjukkan kesalahan orang lain. Jadi seperti "itu lhoo yg salah", secara tersirat bisa berarti "sy yg benar". Cerminan dari "berburuk-sangka".

- Menjadi alat untuk makin mawas diri, mengolah qalbu terus-menerus, instropeksi. Menyadari bahwa dirinya pernah salah seperti itu.
Cerminan dari "berbaik-sangka".

Ada orang-orang yg diberi hal tertentu (baca: dibukakan) Allah, agar bisa mengambil pelajaran untuk dirinya, bisa berintrospeksi, sewaktu melihat kondisi seperti point yg pertama, sampai akhirnya bisa menyimpulkan, dan makin ber-instropeksi, plus diingatkan bahwa akan seperti itulah cerminannya, selaras dengan kondisi qalbunya.

Jadi ketika melihat yg diluar dirinya selalu jelek atau busuk terus, bisa dimaknai bahwa kondisi qalbu dirinya sendiri sedang jelek/busuk.

Seperti halnya, memakai kacamata merah, akhirnya yg terlihatpun jadi serba merah. Dan inipun jadi rahasia masing-masing diri, karena semua hal yg dilakukan itu sangat tergantung niat dirinya.

Seperti juga, kisah Nabi Musa as. sewaktu diingatkan Khidir, agar selalu berbaik-sangka.


Semoga...
#ombad #tasawuf

IBADAH KHAYALAN

Seringkali diri ini ingin berkata, "Tuhan sudah menyaksikan semua dosa yg kulakukan, tetapi karena kemurahan-Nya, Dia masih juga belum menghukumku."

Tetapi suara di lubuk hati sering terdengar mengingatkan, "Engkau merasa Tuhan belum menghukummu padahal sebaliknya, Dia sudah menghukummu, tapi dirimu tidak menyadarinya."

Seringkali dalam kesombongannya, diri ini pun berkata, "Aku sering membasuh tangan, kaki dan anggota tubuhku agar selalu bersih."

Tetapi nurani sering menyangkal dan menasehati, "Tubuhmu penuh karat, tangan kakimu terikat. Dirimu seperti wajan penuh jelaga yg bertahun-tahun lamanya kian menebal. Sampai dirimu pun tak mampu mengukur tebalnya jelaga tubuhmu."

Dan memang, tulisan pada selembar kertas yg putih bersih akan mudah terbaca, seperti halnya wajan bersih yg terkena api pun akan mudah terlihat jelaga bekasnya. Berbeda jika kertas itu diremas berulang-ulang, lusuh dan terkoyak-koyak, sehingga sulit terbaca, semua menjadi kabur dan bias.

Tetapi kerasnya hati tetap belum bisa mengakui dan masih bertanya, "Aku tetap ingin tahu satu tanda bahwa Dia benar-benar telah menghukumku."

Ah, pohon yg berdiri depan rumah seolah berkata, "Tuhan takkan menyingkap rahasiamu, tapi Dia akan tunjukkan sampai engkau mengerti. Bukankah engkau belum menikmati semua ibadahmu..? Bukankah hasil panen semua kebun buahmu tidak memberikan manisnya rasa..? Bukankah hidupmu lebih banyak kehambaran, tanpa cita rasa, dan tanpa kenikmatan..?"

Dan memang, aku seperti itu, ibadahku hanya sekedar khayalan belaka. Aku malu mengandalkan amalku, dan kusadari, aku butuh Rahmat-Mu.

Semoga....
#ombad #puisi #tasawuf

GUSDUR & KUTANG

Sewaktu berusia 20 tahunan, sekitar thn 1959, Gusdur diminta membantu pamannya, KH. Abdul Fattah Hasyim, mengurus PP. Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, sebagai Kepala Keamanan. Dan tugasnya cukup "sederhana", yaitu mengawasi dan menghukum santri yg melanggar peraturan, bahkan kalau perlu dihukum langsung. Hukumannya bisa bermacam-macam, mulai dari digunduli, disuruh baca Alquran di halaman pesantren, kuras kamar mandi, sampai dengan level paling nakal, diusir dari Pondok.

Untunglah.. ada satu santri yg luar biasa nakal sampai Gusdur pun merasa jengkel dan gregetan puol sama santri tersebut. Bagaimana tidak jengkel jika kulit bedug di pesantren Tambakberas sering dipotong sedikit demi sedikit sampai membuatnya berlubang-lubang, untuk dibikin lauk makan, dibikin krecek..!

Meski sudah sering dihukum, si santri ini tidak kapok-kapok, tetap nakal. Salah satu bentuk kenakalannya adalah... ia sering masuk ke kompleks pondok putri, mengintip para santri putri..! Dan karena ini termasuk pelanggaran tingkat tinggi, hukumannya bisa dikeluarkan, jadi barang buktinya harus valid, kalau perlu "operasi tangkap tangan".

Karena selalu gagal dalam melakukan “operasi tangkap tangan”, Gusdur akhirnya memilih cara alternatif untuk bisa menangkap santri nakal ini dengan bukti yg cukup kuat. Dalam pikiran Gusdur, jika suka mengintip perempuan, berarti pikiran bocah ini pasti mesum, jadi pasti ada sesuatu dalam lemarinya yg menunjukkan kemesumannya.

Akhirnya, razia lemari-lemari santri putra pun dilakukan Gusdur. Dan betul saja, dalam lemari santri yg dimaksud, ditemukan sebuah kutang, yg setelah diselidiki memang salah satu kutang dari pondok putri..!

Gusdur senang, karena dengan ini si santri akan mendapatkan hukuman tertinggi sesuai dengan hukum yang berlaku di pesantren. Gusdur pun menghadap Kiai Fattah sambil membawa kutang sebagai alat bukti.

Begitu sudah sampai ndalem (kediaman) Kiai Fattah, Gusdur mengeluarkan kutang curian tersebut.

“Itu apa, Dur..? Kenapa kamu bawa kutang kemari..?” tanya Kiai Fattah heran.

"Kiai, ini hasil curian salah satu santri putra. Namanya Fulan bin Fulan. Dia sering ngintip ke pondok putri. Di dalam lemarinya saya temukan bukti ini. Saya sama teman-teman dari keamanan pondok sepakat, agar santri ini bisa segera dikeluarkan.” jawab Gusdur.
“Oh, begitu,” kata Kiai Fattah.
“Santri ini nakal banget, Kiai,” kata Gus Dur kepada pamannya.

“Lho, santri nakal, kok, dilaporkan ke aku..? Mau dikeluarkan lagi.. Kalau lapor ke aku, lapor santri yg sudah baik, sudah pintar, biar aku keluarkan dari pondok. Orang tua santri itu berharap anaknya pulang dari pondok biar jadi makin baik, bukan malah jadi tambah nakal." jawab Kiai Fattah.

"Lha, terus gimana ini Kiai..?” tanya Gusdur heran mendengar jawaban Kiai Fattah.

“Begini saja. Aku hargai musyawarah para pengurus keamanan. Karena kalian sudah sepakat untuk mengeluarkannya, ya sudah aku ya sepakat.” kata Kiai Fattah.

Gusdur tersenyum senang mendengarnya.

“Keluar dari pondok, lalu masuk ke sini saja,” lanjut Kiai Fattah sambil menunjuk kediamannya sendiri.

Gusdur terkejut mendengarnya,  “Maksudnya, Kiai..?!”

“Iya, dipindahkan ke sini. Ke ndalem. Rumahku. Kamu aturlah sama teman-temanmu. Pokoknya mulai hari ini santri itu dipindah ke sini.." kata Kiai Fattah menunjuk kediamannya sendiri.

Meski bingung dengan perintah pamannya, akhirnya Gusdur tetap menurut, mengeluarkan si santri dari pondok, tapi malah memasukkannya ke ndalem Kiai Fattah. Bukannya dikeluarkan, malah naik pangkat.. :D

Pada akhirnya, si santri jadi orang pertama yg selalu ditemui Kiai Fattah ketika bangun tidur, berangkat ngaji, sampai dengan shalat tahajud, ya karena kamarnya berdekatan. Sewaktu Kiai Fattah mengajar ngaji pun, si santri disuruh membawakan kitab dan menandai halaman-halamannya. Hal itu tanpa sadar membuat si santri mau tidak mau ikut belajar mengaji tanpa bisa membolos satu kalipun. Karena sering harus menandai bagian yg akan dimulai dan yg diakhiri, ia jadi belajar membaca kitab kuning.

Selain itu, setiap Kiai Fattah akan shalat, santri ini disuruh mempersiapkan tempat shalat. Entah itu shalat wajib ataupun sunah. Dengan pola seperti itu, akhirnya si santri terpaksa mengikuti laku hidup Kiai Fattah selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, diawali dengan terpaksa, si santri jadi terbiasa dan benar-benar menjadi santri yg saleh.

Dari pengalaman ini, akhirnya Gusdur menyadari bahwa langkah "sederhana" Kiai Fattah tersebut menunjukkan bahwa ada yg lebih penting daripada sekadar mengikuti nalar hukum, yaitu mengikuti nalar kemanusiaan. Dan ternyata di atas hukum, masih perlu adanya rasa kemanusiaan.

Karena jika tinjauannya sekedar hukum, baik secara syariat, akhlak, maupun aturan pondok pesantren, ngintip ke dalam pondok putri adalah pelanggaran yg tidak bisa ditolerir.

Semoga....
#ombad #tasawuf

WHO LAUGHS LAST, THINKS SLOWEST

Sense of Humor adalah kemampuan seseorang untuk menangkap adanya sesuatu yg lucu dari sebuah peristiwa. Humor itu muncul karena psikologis MERESPONNYA dgn RASA RIANG, dan akhirnya SENYUM atau TERTAWA. Semakin mudah seseorang menangkap hal-hal lucu maka semakin tinggi rasa humornya.

Orang yg memiliki rasa humor tinggi pasti CERDAS. Tidak mungkin mereka bodoh. Ketika menghadapi sebuah peristiwa, mereka bisa melihatnya dari berbagai sisi yg berbeda. Itu butuh kecerdasan tersendiri. Semakin cepat dan mudah menemukan sisi lucu dari sebuah kejadian, maka dia semakin cerdas.

Humor merupakan salah satu bentuk kreativitas paling tinggi yg dimiliki manusia, dan Kreativitas ini merupakan kecerdasan paling tinggi yg dimiliki manusia. Artinya, rasa humor yg tinggi memang terhormat. Ia benar-benar merupakan bukti kecerdasan yg dimiliki seseorang.

Dan ingat, Rasulullah SAW pribadi adalah sosok yg suka humor dan bercanda dengan teman-temannya (para Sahabatnya). Jadi salah jika kita selalu menganggap bahwa sosok Rasulullah itu serius, seram dan arogan bahkan pemarah seperti orang-orang yg katanya mengaku pengikutnya dan menjalankan sunnahnya.

Postingan ini sebagai renungan juga bahwa untuk menjalani kehidupan ini kita perlu ENJOY, selalu RIANG, selalu CERIA dan BAHAGIA agar tidak stres menghadapi kehidupan yg sebenarnya tidak berat, tapi dibuat berat oleh diri kita sendiri.

**

Suatu hari Rasulullah bersama 'Ali bin Abi Thalib dan Sahabat yang lain sedang makan kurma bersama-sama. Pada saat makan kurma itu biji kurma bekas Ali diletakkan di depan Rasul.

Ketika hampir selesai Ali berkata, “Ya, Rasulullah kelihatan engkau sangat lapar karena makan kurma begitu banyak, lihat biji kurma itu banyak di depan engkau.”

Kemudian Rasulullah menjawab,,”Bukannya engkau yang sangat lapar karena makan kurma bersama biji-bijinya. Lihat tidak ada biji kurma di depanmu.”

**

Suatu saat 'Ali bin Abi Thalib sakit mata dan duduk bersama Rasulullah SAW. Kemudian datang Sahabat lain membawa kurma untuk mereka santap. Kemudian merekapun asyik makan kurma.

Ketika makan Rasulullah berkata kepada 'Ali.
“Mengapa kamu makan kurma sedang matamu sakit?”

Kemudian 'Ali spontan menjawab, “Ya Rasulullah, saya makan dengan sebelah mata saya yang masih sehat.”

Mendengar jawaban Ali, Rasulullah pun tersenyum lebar.

**

'Aisyah rah. berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!” Para sahabat pun berjalan duluan semua, kemudian Beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.”

Aku pun menyambut ajakan Beliau dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari.

Beberapa waktu setelah kejadian itu dalam sebuah riwayat disebutkan: ”Beliau lama tidak mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu.”-suatu ketika aku bepergian lagi bersama beliau. Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. “Silakan kalian berjalan duluan.” Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.”

Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku berkata, “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?”

Beliau berkata, “Marilah kita mulai.”

Akupun melayani ajakan berlomba dan ternyata Beliau mendahuluiku.

Beliau tertawa seraya berkata, ” Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu.” (HR. Ahmad & Abu Dawud)

Jadi, canda itu sunnah...:D

Semoga...
#ombad #sunnah

10 July 2018

IDHAM CHALID

Dulu, oleh para pemberontak dan simpatisan DI/TII, NU dianggap sebagai pengkhianat Islam karena keluar dari Masjumi juga dianggap musuh utama DI/TII. Mereka menganggap NU membantu Republik Indonesia Kafir (RIK). Beberapa orang pimpinan cabang NU di Jawa Barat dibakar rumahnya oleh DI/TII, bahkan ada yg ditembak mati. Suatu rapat NU pernah diserang mereka.

Idham Chalid pun pernah berkata bahwa tugasnya yg paling berat adalah menghadapi gerombolan yg membawa dalil-dalil agama Islam, seperti Darul Islam Kartosuwiryo di Jawa Barat, Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan, Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, dan Tengku Daud Beureueh di Aceh.

Menurut Idham, DI/TII merugikan Islam. Banyak umat Islam yg menjadi korban kekejaman mereka. Mungkin di Aceh tidak terjadi perbuatan seperti di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan di mana gerombolan DI/TII membakar madrasah dan masjid yg tidak sependapat dengan mereka.

Waktu itu (24 Maret 1956 - 09 April 1957), Idham Chalid menjabat Wakil Perdana Menteri merangkap Kepala Badan Keamanan dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo II.

Mungkin waktu itu, hanya NU yg menyadari bahwa gangguan keamanan yg berlarut-larut merugikan negara dan rakyat. Iya gangguan keamanan, meski mengatas-namakan perjuangan Islam.

Jadi jika sekarang para radikalis menganggap NU sebagai pengkhianat, sarang liberalis dan sipilis ya wajar aja, wong sejarah seperti itu ada kok.. :D

Jadi kapan nich mau dituduh lagi pengkhianat islam, syiah-syiahan, kopar-kapir serta munafik-munafikan...? Atau malah sudah dan sering...?

:D
Semoga...
#ombad #NU

BALERANTE

Mumpung lagi di kampung. Ketika sedang berdiri di tanah keluarga, sy selalu teringat yg punya tanah ini dulunya (tahun 1920-an). Di tanah ini pernah berdiri sebuah pesantren yg didirikan oleh Ajengan Balerante dan istrinya, yaitu Ibu Hafsah.

Kalau dulu di kampung, terkenalnya dengan nama Ajengan Balerante, dan jarang orang mengetahui namanya yg asli, yaitu KH. Ahmad Masduqi al-Muqri.
Pada thn 1924, KH. Ahmad Masduqi memindahkan pondok pesantrennya ke sebelah selatan kampung, dan diberi nama Ponpes Al-Barokah. Dan pada tahun 1991, cucu Beliau (Ajengan Momod atau KH. Ismail Badruzzaman) merubah nama pesantrennya menjadi Asy-Syafi’iyah.

Ajengan Masduqi Balerante ini begitu terkenal pada masanya, karena kealimannya dalam banyak bidang agama. Keluasan ilmunya ini, karena kecintaan Beliau dalam mencari ilmu bahkan sampai ke Makkah dan Madinah untuk berguru kepada ulama-ulama besar di sana.

Dalam Risalahnya tentang Tajwid Syeikh Muqri diutarakan nama guru-guru beliau, yaitu : Syeikh Masyayikh Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Syatho, Syeikh al-Muqri Muhammad Minsyawi al-Misri (guru besar qiraat, terutama qiraat Imam Ashim, itu makanya Ahmad Masduqi mendapat gelar al-Qori, yg sangat jarang waktu itu di Indonesia), Syeikh Nahrowi, dsb.

Beberapa Karya Tulisnya:

- Risalah Tajwid Syeikh al-Muqri, diterbitkan oleh percetakan Ali Aidrus, Pasar Senen, Batavia.
- Tafsir al-Qur'an (14 jilid).

KH. Ahmad Masduqi al-Muqri wafat 1935, dan dimakamkan di kompleks Pesantren Balerante Cirebon. Pesantrennya di Sukawening - Garut, diteruskan oleh menantunya, KH. Badruzzaman (muqaddam Tarekat Tijaniyah), lalu oleh cucunya (Ajengan Momod) dan sekarang oleh para cicitnya.


Semoga...
#ombad #ulama

09 July 2018

NU, DARAH & TAKDIR

Meski sy tidak pernah masuk ataupun daftar organisasi NU, meski Bapak menyuruh-nyuruh masuk NU dan partainya, dan sampai sekarang pun bukan siapa-siapa di NU, tetapi karena dulu berada di keluarga, tempat ngaji dan lingkungan NU.. ya anggaplah "ketularan" NU juga.. NU Batangan.. :D

Coba bayangkan, masa kecil dan remaja dihabiskan di keluarga NU.. lalu di Madrasah NU diajari oleh ustadz-ustadz NU.. terus malamnya ngaji kitab kuning di rumah ustadz-ustadz yg juga NU.. kadang jadi kalong juga di pesantren Kyai NU yg Bapak dan Mertua Kyai nya pun NU.. pokoknya di lingkungan NU aja.. ditambah lagi ikut belajar tarekat yg mu'tabaroh NU, dimana Mursyidnya juga ulama NU.. mau gimana gak makin berkarat coba NU-nya, meski NU Batangan.. :D

Ehh udah gitu, sekitar tahun 2004 pernah mimpi pula ketemu sama pendiri NU (Mbah Hasyim Asy'ari) yg inti "pesannya" pun mirip seperti yg dikatakan oleh Mbah Munif yg juga NU (KH. Munif Zuhri Mranggen), yg katanya :

“Malam Jumat kemarin, saya bertemu Mbah Hasyim Asy’ari. Beliau berpesan agar kita semua menjaga NU. Karena NU inilah tiang agama yang menjaga negara..”

Plus "pesan" lain yg terkait internal NU.

Cuma sayangnya sy kurang berhasil ngajinya, makanya gak jadi Ustadz NU ataupun Kyai NU.. apalagi punya pesantren NU.. yg ada malah jadi Engineer.. :D 

Pertanyaannya..

Ada berapa kata NU di postingan ini..?

Semoga..
#ombad #NU

MENGGIRING OPINI

Ketika ada kasus pembacokan Hermansyah (FT89 ITB), maka yg terjadi di Medsos adalah adanya asumsi-asumsi yg mengarah ke penggiringan opini. Ternyata pengamat Medsos lebih cepat menyimpulkan daripada penyidikan Kepolisian.. Gak tau saking hebatnya atau saking oonnya.. :D .. Belum menyelidiki saja sudah tahu motifnya.. :D

Akhirnya banyak yg share ataupun bikin postingan yg dihubungkan urusan jadi saksi ahli chat FH dan HRS. Dan terbukti, di Medsos mulai rame, cocoklogi, propaganda, permainan opini dan penggorengan isu.. 😜

Dan seperti biasanya, penggiringan opininya ini selalu punya kemiripan, yaitu:

- Jika pendukung HRS mengalami masalah atau kecelakaan, opininya diarahkan ke "skenario" atau "sengaja dicelakakan".

- Jika yg anti HRS mengalami masalah atau kecelakaan, opininya diarahkan ke "mengalami azab dari Allah".

Dan satu lagi yg aneh, jika melihat berbagai kasus, ujungnya selalu dipolitisasi dan dipolarisasi.. Dan akhirnya bisa diperkirakan, akan diarahkan ke Pemerintahan Jokowi.. :D

Jadi di belakang semua itu, ada apa sebetulnya..?

:D
Semoga..
#ombad #politik

RENCANA PINDAH IBUKOTA ..?

Pindah ibukota itu suatu kewajaran, jadi gak usah skeptis. Ada keuntungannya kok, baik secara tata lingkungan, ekonomi maupun politik.

Banyak alasan suatu daerah sudah tidak layak lagi sebagai ibukota, seperti:

- Tingkat kepadatan penduduk yg sangat tinggi,
- Harga tanah dan bangunan yg sangat tinggi,
- Tingkat kemacetan,
- Tingkat polusi udara,
- Tata kota yg sulit dirubah,
- Tidak sehatnya tingkat pertumbuhan kota,
- Ibukota itu lebih baik jika ada di tengah-tengah wilayah.

Jadi kalau melihat Jakarta sekarang, memang sudah waktunya Ibukota RI itu pindah ke kota baru. Dan jika anda keukeuh menolak ibukota pindah, mungkin itu karena kepentingan pribadi, kurang memahami politik global (negara) dan wawasan ekonomi.

Wacana pindah ibukota Batavia itu, sejak jaman Daenles (1808) pun sudah direncanakan, yaitu pindah ke Bandoeng, karena Batavia sering terjangkit wabah kolera dan malaria. Begitu juga sewaktu jaman RIS (1949), karena alasan politik "Serikat" nya Van Mook, ibukota Djakarta pun sempat pindah ke Djogjakarta. Malah sewaktu pemerintah Soekarno pun sudah diwacanakan ibukota Djakarta pindah ke Palangkaraja.

Lihat juga negara-negara lain. Ibukota Malaysia pindah dari Kualalumpur ke Putrajaya. Ibukota Pakistan pindah dari Karachi ke Islamabad. Ibukota Myamar pindah dari Yangoon ke Napydaw. Ibukota Brazil (sejak 1960) pindah dari Rio de Janeiro ke Brasilia.

Secara ekonomi, pemindahan ibukota ini akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi tempat barunya, seperti halnya yg terjadi di Nigeria, dimana ibukota barunya (Abuja) ini menjadi ibukota negara yg paling pesat kemajuannya di dunia.

Skema Pembiayaan.
Jika melihat pengalaman di Mesir, Malaysia ataupun China, biayanya sich gak pakai APBN, tetapi dengan sistem "tukar guling", dimana aset Pemerintah Pusat di ibukota lama "ditukar" dengan biaya pembangunan insfrastruktur ibukota baru. Malah ketika pola ini diterapkan di negara tersebut, Pemerintah Pusatnya dapat keuntungan berkali-kali lipat (sewaktu tender). Jadi Pemerintah Pusat selain bisa membangun ibukota baru tanpa APBN (karena lewat biaya swasta), tetapi juga dapat keuntungan.


Semoga....
#ombad

SYEIKH AHMAD KHOTIB SAMBAS

SANTRI NUSANTARA PASTI NYAMBUNG SILSILAH GURUNYA

SILSILAH NASAB ILMU ULAMA NUSANTARA:

Syeikh Ahmad Khotib Sambas Guru Para Ulama Nusantara

Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah seorang ulama yang mendirikan perkumpulan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Perkumpulan Tarekat ini merupakan penyatuan dan pengembangan terhadap metode dua Tarekat sufi besar. yakni Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah.

Syekh Ahmad Khatib Sambas dilahirkan di daerah Kampung Dagang, Sambas, Kalimantan Barat, pada bulan shafar 1217 H. bertepatan dengan tahun 1803 M. dari seorang ayah bernama Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad bin Jalaluddin. Ahmad Khatib terlahir dari sebuah keluarga perantau dari Kampung Sange’. Pada masa-masa tersebut, tradisi merantau (nomaden) memang masih menjadi bagian cara hidup masyarakat di Kalimantan Barat.

Ahmad Khatib Sambas menjalani masa-masa kecil dan masa remajanya. Di mana sejak kecil, Ahmad khatib Sambas diasuh oleh pamannya yang terkenal sangat alim dan wara’ di wilayah tersebut. Ahmad khatib Sambas menghabiskan masa remajanya untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, ia berguru dari satu guru-ke guru lainnya di wilayah kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di wilayah tersebut adalah, H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’ Kesultanan Sambas.

Karena terlihat keistimewaannya terhadap penguasaan ilmu-ilmu keagamaan, Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim oleh orang tuanya untuk meneruskan pendidikannya ke Timur Tengah, khususnya Mekkah. Maka pada tahun 1820 M. Ahmad Khatib Sambas pun berangkat ke tanah suci untuk menuntaskan dahaga keilmuannya. Dari sini kemudian ia menikah dengan seorang wanita Arab keturunan Melayu dan menetap di Makkah. Sejak saat itu, Ahmad Khatib Sambas memutuskan menetap di Makkah sampai wafat pada tahun 1875 M.

Guru-gurunya:

1. H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’ Kesultanan Sambas.
2. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
3. Syekh Daud Bin Abdullah Al Fatani (ulama asal Patani Thailand Selatan yang bermukim di Mekkah)
4. Syekh Abdusshomad Al Palimbani (ulama asal Palembang yang bermukim di Mekkah)
5. Syeikh Abdul hafidzz al-Ajami
6. Syekh Ahmad al-Marzuqi
7. Syekh Syamsudin, mursyid tarekat Qadiriyah yang tinggal dan mengajar di Jabal Qubays Mekkah.

Ketika kemudian Ahmad Khatib telah menjadi seorang ulama, ia pun memiliki andil yang sangat besar dalam perkembangan kehidupan keagamaan di Nusantara, meskipun sejak kepergiannya ke tanah suci, ia tidaklah pernah kembali lagi ke tanah air.

Masyarakat Jawa dan Madura, mengetahui disiplin ilmu Syeikh Sambas, demikian para ulama menyebutnya kemudian, melalui ajaran-ajarannya setelah mereka kembali dari Makkah. Syeikh Sambas merupakan ulama yang sangat berpengaruh, dan juga banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka dalam bidang fiqh dan tafsir, termasuk Syeikh Nawawi al-Bantani yg masyhur disebut sayyid ulama hijaz(tuannya ulama makkah)  adalah salah seorang di antara murid-murid Beliau yang berhasil menjadi ulama termasyhur.

Salah satunya adalah Syeikh Abdul Karim Banten yang terkenal sebagai Sulthanus Syeikh. Ulama ini terkenal keras dalam imperialisme Belanda pada tahun 1888 dan mengobarkan pemberontakan yang terkenal sebagai pemberontakan Petani Banten. Namun sayang, perjuangan fisiknya ini gagal, kemudian meninggalkan Banten menuju Makkah untuk menggantikan Syeikh Ahmad Khatib Sambas.

Syeikh Ahmad Khotib Sambas dalam mengajarkan disiplin ilmu Islam bekerja sama dengan para Syeikh besar lainny seperti Syaikh Tolhah dari Cirebon dan Syaikh Ahmad Hasbullah bin Muhammad dari Madura, keduanya pernah menetap di Makkah.

Sebagian besar penulis Eropa membuat catatan salah, ketika mereka menyatakan bahwa sebagian besar Ulama Indonesia bermusuhan dengan pengikut sufi. Hal terpenting yang perlu ditekankan adalah bahwa Syeikh Sambas adalah sebagai seorang Ulama (dalam asti intelektual), yan g juga sebagai seorang sufi (dalam arti pemuka thariqat) serta seorang pemimpin umat yang memiliki banyak sekali murid di Nusantara.

Hal ini dikarenakan perkumpulan Thariqat Qadiriyyah wa Naqsabhandiyyah yang didirikannya, telah menarik perhatian sebagian masyarakat muslim Indonesia, khususnya di wilayah Madura, Banten, dan Cirebon, dan tersebar luas hingga ke Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Peranan Dan Karyanya

Perlawanan yang dilakukan oleh suku Sasak, pengikut Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah yang dipimpin oleh Syeikh Guru Bangkol juga merupakan bukti yang melengkapi pemberontakan petani Banten, bahwa perlawanan terhadap pemerintahan Belanda juga dipicu oleh keikutsertaan mereka pada perkumpulan Thariqoh yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas ini.

Thariqat Qadiriyyah wan Naqshabandiyyah mempunyai peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia, terutama dalam membantu membentuk karakter masyarakat Indonesia. Bukan semata karena Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri adalah orang dari Nusantara, tetapi bahwa para pengikut kedua Thariqat ini adalah para pejuang yang dengan gigih senantiasa mengobarkan perlawanan terhadap imperialisme Belanda dan terus berjuang melalui gerakan sosial-keagamaan dan institusi pendidikan setelah kemerdekaan.

Ajarah Syeikh Ahmad Khatib Sambas hingga saat ini dapat dikenali dari karyanya berupa kitab FATHUL ARIFIN yang merupakah notulensi dari ceramah-ceramahnya yang ditulis oleh salah seorang muridnya, Muhammad Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini dibukukan di Makkah pada tanggal tahun 1295 H. Kitab ini memuat tentang tata cara, baiat, talqin, dzikir, muqarobah dan silsilah Thariqah Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah.

Buku inilah yang hingga saat ini masih dijadikan pegangan oleh para mursyid dan pengikut Thariqah Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah untuk melaksanakan prosesi-prosesi peribadahan khusus mereka. Dengan demikian maka tentu saja nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas selalu dikenang dan di panjatkan dalam setiap doa dan munajah para pengikut Thariqah ini.

Walaupun Syeikh Ahmad Khatib Sambas termasyhur sebagai seorang tokoh sufi, namun Beliau juga menghasilkan karya dalam bidang ilmu fikih yang berupa manusrkip risalah Jum’at. Naskah tulisan tangan ini dijumpai tahun 1986, bekas koleksi Haji Manshur yang berasal dari Pulau Subi, Kepulauan Riau. Demikian menurut Wan Mohd. Shaghir Abdullah, seorang ulama penulis asal tanah Melayu. Kandungan manuskrip ini, membicarakan masalah seputar Jum’at, juga membahas mengenai hukum penyembelihan secara Islam.

Pada bagian akhir naskah manuskrip, terdapat pula suatu nasihat panjang, manuskrip ini ditutup dengan beberapa amalan wirid Beliau selain amalan Tariqat Qadiriyah-Naqsyabandiyah.

Karya lain (juga berupa manuskrip) membicarakan tentang fikih, mulai thaharah, sholat dan penyelenggaraan jenazah ditemukan di Kampung Mendalok, Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, pada 6 Syawal 1422 H/20 Disember 2001 M. karya ini berupa manuskrip tanpa tahun, hanya terdapat tahun penyalinan dinyatakan yang menyatakan disalin pada hari kamis, 11 Muharam 1281 H. oleh Haji Ahmad bin Penggawa Nashir.

Sedangkan mengenai masa hidupnya, sekurang-kurangnya terdapat dua buah kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh orang Arab, menceritakan kisah ulama-ulama Mekah, termasuk di dalamnya adalah nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas. Kitab yang pertama, Siyar wa Tarajim, karya Umar Abdul Jabbar. Kitab kedua, Al-Mukhtashar min Kitab Nasyrin Naur waz Zahar, karya Abdullah Mirdad Abul Khair yang diringkaskan oleh Muhammad Sa'id al-'Amudi dan Ahmad Ali.

Murid-Muridnya antara lain:

1. Syekh Nawawi Al Bantani
2. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan Madura
3. Syekh Abdul Karim Banten
4. Syekh Tolhah Cirebon

Syekh Nawawi Al Bantani dan Syekh Muhammad Kholil selain berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Sambas juga berguru kepada Syekh Ahmad Zaini Dahlan, mufti mazhab Syafii di Masjidil Haram Mekkah.

Sepeninggal Syekh Ahmad Khatib Sambas, Imam Nawawi Al Bantani ditunjuk meneruskan mengajar di Madrasah beliau di Mekkah tapi tidak diberi hak membaiat murid dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Sedangkan Syekh Muhammad Kholil, Syekh Abdul Karim dan Syekh Tolhah diperintahkan pulang ke tanah Jawa dan ditunjuk sebagai Khalifah yang berhak menyebarkan dan membaiat murid dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Murid murid Syekh Ahmad Khatib Sambas diatas adalah guru para Ulama-Ulama Nusantara generasi berikutnya yang dikemudian hari menjadi ulama yang mendirikan pondok pesantren dan biasa dipanggil dan digelari sebagai KYAI, Tuan Guru, Ajengan, dsb.

Sebagai contoh, Syekh Muhammad Kholil Bangkalan Madura mempunyai murid-murid antara lain:

1. KH. Hasyim Asy’ar : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Beliau juga dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) Bahkan beliau tercatat sebagai Pahlawan Nasional punya murid Kh chudori magelang punya putra kh abdurrahman chudori guru alfaqir.
2. KHR. As’ad Syamsul Arifin : Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo Asembagus, Situbondo. Pesantren ini sekarang memiliki belasan ribu orang santri.
3. KH. Wahab Hasbullah: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang. Pernah menjabat sebagai Rais Aam NU (1947 – 1971).
4. KH. Bisri Syamsuri: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang.
5. KH. Maksum : Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Rembang, Jawa Tengah
6. KH. Bisri Mustofa : Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Rembang, Beliau juga dikenal sebagai mufassir Al Quran. Kitab tafsirnya dapat dibaca sampai sekarang, berjudul “Al-Ibriz” sebanyak 3 jilid tebal berhuruf jawa pegon.
7. KH. Muhammad Siddiq : Pendiri, Pengasuh Pesantren Siddiqiyah, Jember.
8. KH. Muhammad Hasan Genggong : Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong. Pesantren ini memiliki ribuan santri dari seluruh penjuru Indonesia.
9. KH. Zaini Mun’im : Pendiri, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Pesantren ini juga tergolong besar, memiliki ribuan santri dan sebuah Universitas yang cukup megah.
10. KH. Abdullah Mubarok : Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren SURYALAYA, kini dikenal juga menampung pengobatan para morphinis.
11. KH. Asy’ari : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Darut Tholabah, Wonosari Bondowoso.
12. KH. Abi Sujak : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Astatinggi, Kebun Agung, Sumenep.
13. KH. Ali Wafa : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Temporejo, Jember. Pesantren ini mempunyai ciri khas yang tersendiri, yaitu keahliannya tentang ilmu nahwu dan sharaf.
14. KH. Toha : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Bata-bata, Pamekasan.
15. KH. Mustofa : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Macan Putih, Blambangan
16. KH Usmuni : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Pandean Sumenep.
17. KH. Karimullah : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Curah Damai, Bondowoso.
18. KH. Manaf Abdul Karim : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
19. KH. Munawwir : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
20. KH. Khozin : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Buduran, Sidoarjo.
21. KH. Nawawi : Pendiri, pengasuh pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan. Pesantren ini sangat berwibawa. Selain karena prinsip salaf tetap dipegang teguh, juga sangat hati-hati dalam menerima sumbangan. Sering kali menolak sumbangan kalau patut diduga terdapat subhat.
22. KH. Abdul Hadi : Lamongan.
23. KH. Zainudin : Nganjuk
24. KH. Maksum : Lasem
25. KH. Abdul Fatah : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Al Fattah, Tulungagung
26. KH. Zainul Abidin : Kraksan Probolinggo.
27. KH. Munajad : Kertosono
28. KH. Romli Tamim : Rejoso jombang
29. KH. Muhammad Anwar : Pacul Bawang, Jombang
30. KH. Abdul Madjid : Bata-bata, Pamekasan, Madura
31. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, banyuwangi
32. KH. Muhammad Thohir jamaluddin : Sumber Gayam, Madura.
33. KH. Zainur Rasyid : Kironggo, Bondowoso
34. KH. Hasan Mustofa : Garut Jawa Barat
35. KH. Raden Fakih Maskumambang : Gresik
36. KH. Sayyid Ali Bafaqih : Pendiri, pengasuh Pesantren Loloan Barat, Negara, Bali.

Semoga...
#tasawuf #thariqah

MURSYID KAMIL MUKAMMIL

Belajar dzikir itu butuh Mursyid kamil-mukammil, jangan yg abal-abal.. apalagi berbayar.. :D

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا

"Wa may yudlil falan tajida lahu Waliyyam Mursyida."

Barangsiapa mendapatkan kesesatan, maka ia tidak akan menemukan (dalam hidupnya) seorang Wali Mursyid --pemimpin yg dapat memberi petunjuk kepadanya--.” (QS. al-Kahfi : 17)

Dzikir bukan sekedar ucapan di mulut saja, atau bacaan-bacaan untuk tujuan duniawi, tetapi esensi dzikir itu harus bisa menembus hati sampai bisa mencapai kualitas tauhid "Ahadiyah". Esensi dari "Laa Haula wa laa quwwata illa billaah" dan "Inna lillaahi wa inna ilaihi raji'uun".

Dzikir pun harus bisa membersihkan hijab-hijab hati yg berupa keinginan dan segala sesuatu yg bersumber dari nafsu-nafsu rendah (Amarah, Lawamah dan Mulhimah), sampai akhirnya kualitas qalbunya bisa mencapai Fuad, Lubb, bahkan Sirri, atau dengan kata lain, bisa menembus alam ruh serta membersihkan lapisan-lapisan ruh (Qiswah Unsuriyah/Jismani, Sairani Rawani dan Sulthani) sampai akhirnya bisa ber-Musyahadah.

Ada kisah terkait pentingnya proses purifikasi hijab-hijab hati (penyakit-penyakit hati) yg berupa obrolan antara sang Hujjatul Islam (Imam Al-Ghazali ra.) kepada salah seorang muridnya, sebagai berikut:

Seorang murid bertanya kepada Imam Ghazali yg menjadi gurunya, “Syeikh, bukankah dzikir bisa membuat seorang beriman lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan syaitan akan berlari jauh darinya..?”

Benar.." jawab Imam Ghazali.

“Namun kenapa ada orang yang semakin rajin berdzikir justeru malah semakin dekat dengan syaitan..?” lanjut sang murid.

Imam Ghazali pun bertutur, “Bagaimana pendapatmu, jika ada orang yg mengusir anjing, namun dia masih menyimpan tulang dan berbagai makanan kesukaan anjing di sekitarnya..?”

“Tentu, anjing itu akan kembali datang setelah diusir.” jawab sang murid.

Imam Ghazali melanjutkan,

"Demikian juga dengan orang-orang yg rajin berdzikir tapi masih menyimpan berbagai penyakit hati dalam dirinya. Syaitan akan terus datang dan mendekat bahkan bersahabat dengannya.
Penyakit-penyakit hati itu seperti kesombongan, iri hati, dengki, syirik, bersikap kasar, riya, merasa sholeh, merasa suci, ghibah, marah dan berbagai penyakit hati lainnya. Ketika penyakit-penyakit itu menghinggapi diri seorang hamba, maka syaitan terlaknat akan senantiasa datang, mengakrabkan diri, kemudian menjadi sahabat karibnya."

Kisah di atas mengandung Hikmah bahwa berdzikir itu harus "lurus" kepada Allah dan bukan diarahkan kepada tujuan-tujuan duniawi, sampai bisa "tidak apapun dalam hati kecuali Allah SWT yg jadi tujuan". Puncak Tauhid.

Dan proses dalam menapaki "jalan yg lurus" ini rentan terhadap godaan, bisa berupa nafsu kepentingan, fenomena maupun bisikannya (al-khatir). Itu makanya dalam thariqah dibutuhkan seorang Mursyid yg kamil-mukammil (yg sudah bermusyahadah dengan ruh qudsinya) sebagai "penunjuk" jalan para salik. Sebutlah, agar "bibit dzikir yg disemai dalam hati ini tidak terdistorsi nafsu" karena langsung dari kondisi ruh qudsi.

Ilahi anta maqsuudi wa ridhooka mathluubi a'tini mahabbataka wa ma'rifataka.

Semoga..
#ombad #tasawuf

08 July 2018

TOTEM PRO PARTE

Jumlah masih se-upil tapi petantang-petenteng merasa mewakili seluruh umat.. umat yg mana..? Ada sekitar 85% umat Islam di Indonesia.. masa cuma dengan jumlah 5% doank merasa mewakili seluruh umat..? Atau memang jualannya hanya bisa seperti itu.. jualan "atas nama umat"..?

Udah gitu, merasa lebih islam dibanding yg lain.. sombong sekali.. padahal modal cuma "ana" dan "antum"..

Kok suka banget Totem pro parte.. apa karena ilusi, SNOB, paranoid.. atau SNOB yg paranoid..? Kan aneh, diri sendiri dan kelompoknya selalu merasa mewakili umat, tapi ke orang lain atau kelompok lain yg berbeda pilihan politiknya selalu distempel "munafik" dan seabreg urusan ketidak-imanan lain.. emang sebenarnya siapa yg munafik..?

Jangan-jangan menepuk air di dulang..

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya diantara umatku ada orang-orang yg membaca al-Quran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka.." (HR. Muslim)

"Sesungguhnya yg paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yg telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya Musyrik."
Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai Nabi Allâh, siapakah yg lebih pantas disebut Musyrik, penuduh atau yg dituduh..?”
Beliau menjawab, "Penuduhnya." (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr)

Semoga..
#ombad

SAAT PARA MALING BERKUMPUL

Jika para Maling berkumpul, maka mereka akan merencanakan aksi malingnya seaman mungkin, saling bekerja sama mengamankan hasil rampokannya, dan juga akan selalu memikirkan langkah terbaik untuk membebaskan teman malingnya jika ada yg tertangkap.

Karena bagi mereka, perbuatan maling, mencuri dan merampok itu suatu pekerjaan, jadi suatu kewajaran jika mereka yg tertangkap akan menyebut dirinya sebagai Korban. Karena mereka sudah jadi klepto akut, sehingga tidak akan menyadari bahwa perbuatan malingnya itu perbuatan buruk dan merugikan banyak orang, kan namanya juga udah menganggap sebagai pekerjaan rutin.

Jadi memang mereka yg tertangkap itu adalah Korban, korban keserakahan hawa nafsu malingnya dan korban ketidak-sadaran Kleptomania nya.

Huh... Dasar Ndeso...!

:D
Semoga..
#ombad