14 April 2018

DAN AGAMA PUN BERMACAM-MACAM

Awal-awal belajar agama (dulu, masih anak-anak) selalu ditekankan bahwa agama sendiri merupakan agama yg terbaik, paling okeh.. Pokoknya, agama lain mah jelek aja, gak ada bagusnya... :D

Kalo ingat masa-masa itu, Lucu rasanya..  :D

Dan perjalananpun berlanjut, sampai pada "penekanan", mengapa agama-agama itu diciptakan Tuhan (secara berurutan), dan untuk apa, khususnya untuk manusia dan segenap aspek kehidupan di dunia ini. Tentunya, ada alasan, kenapa Tuhan menciptakan agama-agama di muka bumi ini.

Sy tidak ingin menanyakan kepada Tuhan, "Kenapa agama yg diturunkan itu tidak satu saja..?" karena takut entar jawabannya,

"Hai orang-orang yang beriman, temukanlah rangkaian puzzle-Nya dalam Kesabaran dengan Rahmat-Ku.."

Mudah-mudahan tidak sampai berhenti di tahapan awal..  :D


Semoga..
#ombad #tasawuf

HUKUM PENGULANGAN

Saking sifat dari hati manusia yg mudah lalai dan mudah lupa, maka segala sesuatu harus selalu diulang-ulang, biar selalu ingat, termasuk dalam amal ibadah.

Hukum Pengulangan ini Allah terapkan kepada manusia. Lihat saja, ada perintah yg berulang dalam al-Quran baik dalam urusan shalat, zakat, dzikir, berfikir, menggunakan akal, berbuat baik, adil, tidak dzalim, dsb.. Misal, ada sekitar 200 buah perintah berdzikir dalam al-Quran.

Begitupun dalam teknis pelaksanaannya, Shalat wajib dikerjakan 5 kali dalam sehari semalam, diulang-ulang. Puasa setiap tahun, diulang-ulang. Thawaf saat haji diulang-ulang sampai 7 kali, wirid pun harus diulang-ulang sebanyak 33 kali, dsb.

Apa maksudnya dengan semua ini..?
Ya karena manusia itu bandel, kepala batu, dan mudah lupa. Saking mudah lupanya, baru kemarin dikasih jatah sama istrinya, eh besoknya udah minta lagi, katanya lupa lagi rasanya... Dasar aki-aki pelupa...! 😍

Allah selalu mengulang-ulang perintah-Nya, agar manusia dapat terbuka hatinya sehingga cahaya-Nya bisa menerangi hati manusia yg mudah lalai dan lupa.

"Sesungguhnya dalam Al-Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)." (QS. Al-Isra’ : 41)

Jadi kalau dulu anda sering mengulang-ulang SKS, maka Berbahagialah... berarti anda manusia normal.. yg berkepala batu... :D

Semoga..
#ombad #tasawuf

ESENSI NABI-NABI DALAM MI'RAJ

Seperti disebutkan dalam Hadist, waktu mi'raj dalam peristiwa Isra Mi'raj, Rasulullah SAW bertemu :

- Langit 1 : Adam as.
- Langit 2 : Isa & Yahya as.
- Langit 3 : Yusuf as.
- Langit 4 : Idris as.
- Langit 5 : Harun as.
- Langit 6 : Musa as.
- Langit 7 : Ibrahim as.

Menurut sy, ada pembelajaran yg bisa diambil hikmahnya terkait dengan posisi para Nabi ketika proses Mi'raj nya Rasulullah, yaitu:

- Adam as. ; esensinya adalah Taubat, dimana untuk mengawali proses (perjalanan ruhani) itu harus dimulai dengan proses Taubat.

- Isa as. & Yahya as. ; esensinya adalah Purifikasi (Shafa), dimana proses taubat itu harus diikuti dengan proses purifikasi, yg berhubungan dengan "pencucian", "penyucian", "kesabaran" dan "konsistensi" .

- Yusuf as. ; esensinya adalah Ujian dalam kesabaran, dimana tahapan selanjutnya adalah munculnya ujian (masalah, hambatan, dsb) yg harus disikapi dengan sabar, tawakal, kejujuran, dan kalau perlu dengan khalwat (ingat saat Yusuf dipenjara) ataupun lewat Uzlah, sampai akhirnya memunculkan "keindahan" (akhlak, jamalullah), "hikmah", dan mengikis "kesombongan".

- Idris as. ; esensinya adalah ilmu, pemahaman, atau "pena", dimana jika pintu hikmah telah terbuka maka proses "ilmu" (pena) pun akan terus-menerus "mengisi" diri, seperti halnya Laduni dan Makrifat. Perlu diketahui, Nabi Idris itu adalah yang pertama kali menulis dengan pena, menjahit baju, ilmu perbintangan, ilmu hitung dan ilmu sejarah.

- Harun as. ; esensinya adalah Pelayanan dan "dakwah". Seperti halnya Harun yg jadi "asisten" yg "melayani" Nabi Musa dan jadi juru bicaranya Musa yg petal (cadel).

- Musa as. ; esensinya adalah Menguatkan kerangka syariat (dasar, hukum, dsb), dan juga mindset, dimana selain bertujuan untuk kebaikan diri sendiri, juga untuk kebaikan alam beserta isinya.

- Ibrahim as. ; esensinya adalah Tauhid semurni-murninya (Ahadiyah), dimana kondisi ini merupakan puncak proses (tidak ada sesuatupun selain-Nya, Al-Ahad), sampai akhirnya layak menjadi seorang hamba Allah yang dicintai dan diridhoi-Nya, seperti halnya Ibrahim Khalilullaah ("kekasih Allah").

Dan sesudah melewati ini semua, maka Rasulullah SAW pun "bertemu" Allah SWT (wushul), dan menerima perintah Shalat, dimana selain sebagai kewajiban juga bisa berfungsi sebagai alat "mi'raj para mukmin".


Semoga...

Selamat Isra Mi'raj 1439 H.

#ombad #tasawuf

HIKMAH ISRA MI'RAJ

ISRA MI'RAJ merupakan salah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan Hijrah & Haji Wada.

Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata,

"Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatulillah."
(Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja).

Allah SWT pun berfirman,

"Assalaamu'alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh."

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah Syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan Tahiyat dalam shalat.

Hikmah Isra Mi'raj bagi para Salik, antara lain :

1. Penderitaan dalam perjuangan hidup harus disikapi dengan kesabaran yg dalam,

2. Kesabaran itu berbuah balasan dari Allah (kepada Rasul, berupa perjalanan Isra Mi'raj dan perintah shalat),

3. Shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan,

4. Puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju Pencipta (al-Khalik),

5. Perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil),

6. Perjalanan meninggalkan 'bumi yg rendah' menuju 'langit yg tinggi'.

**

"Shalat adalah mi'raj-nya Mukminin (orang-orang beriman)." (Hadist)
 

Semoga...
#ombad #tasawuf
(27 Rajab 1437H - Mei 2016)

11 April 2018

MAKRIFAT ITU WAJIB

Dalam mukaddimah kitabnya al-Fiqh al-Akbar, Imam Syafi'i ra mengatakan :

"Hendaknya anda ketahui --semoga Allah melimpahkan kebahagiaan kepada anda-- bahwa, setiap Mukallaf itu diperintahkan untuk Ma'rifat kepada Allah.

Arti Ma'rifat adalah mengetahui apa yang ingin diketahui dalam wujud yang sebenar-benarnya tanpa ada sesuatu pun diantara sifat-sifat dari sesuatu yang ingin diketahui itu yang tersembunyi baginya. Hanya dengan perkiraan atau Taklid saja, pengetahuan dan Ma'rifat seperti itu tak mungkin bisa diperoleh. Sebab, perkiraan berarti menerima kemungkinan adanya dua hal, sedangkan arti Taklid adalah menerima pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber pendapat itu, dan yang demikian itu tentu saja tidak bisa disebut dengan mengetahui.

Allah berfirman,

"Maka hendaklah engkau ketahui bahwa tiada Tuhan Selain Allah."

Melalui firman-Nya tersebut, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk Ma'rifat dan tidak sekedar dengan perkiraan atau Taklid semata."

(al-Fiqh al-Akbar, Mukaddimah)
 

Semoga..
#ombad #tasawuf

10 April 2018

ULAMA YG SESUAI KEPENTINGANNYA

Kalo melihat fenomena sekarang, makin terbukti nasehat ini :

"Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya Setan..” (Syeikh Abu Yazid Al-Busthami, Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203)

Karena kalo ilmunya tidak jadi Adab dan Akhlak, ya itu dari Setan.. buktinya adalah banyaknya hujatan kepada Ulama yg tidak sejalan dengan kepentingan mereka.. khususnya kepada para ulama NU, dan juga kepada Buya Syafi'i (Muhammadiyah).

Lihat aja buktinya,

Jika ulama NU dekat dengan pendeta, mereka bilang; “Ulama Liberal", tetapi jika "ulama" mereka dekat dengan pendeta, mereka bilang; “Ulama Cinta Damai".

Jika ulama NU dekat dengan Pengusaha, mereka bilang; “Ulama Duniawi", tetapi jika "ulama" mereka dekat dengan Pengusaha, mereka bilang; “Strategi Dakwah".

Jika ulama NU bertemu Penguasa, mereka bilang; “Ulama Suu’ penghamba rezim dzalim", tetapi jika "ulama" mereka bertemu Penguasa, mereka bilang; “Ulama harus berbaik-baik dengan Umaro".

Jadi "ulama" mana yg akan mereka diikuti..? Ya "ulama" yg sesuai kepentingan politik mereka dan bukan karena ilmunya.. kalo gak sesuai dengan kepentingan politiknya pasti akan direndahkan, dihina, dinista, bahkan dikafir-kafirkan.

Jadi yg rendah, hina, nista dan kafir itu siapa..?

Silakan ludahi langit.. :D

Semoga...
#ombad #NU

TENTANG AS-SILMI

Dalam QS. Al-Baqarah 208, kata AS-SILMI ini diterjemahkan menjadi "Islam".

Ada 3 ayat yg mengandung kata As-Silmi, yaitu : QS. al-Baqarah 208, Muhammad 35 dan al-Anfal 61. Dan hanya di al-Baqarah saja yg diterjemahkan jadi "agama Islam", sedangkan di dua ayat lainnya diterjemahkan "Perdamaian". Aneh kan..?

Kalau merujuk arti kata as-Silmi, menurut mufassir Ibnu 'Asyur, baik kata AS-SILMI, AS-SALMI & AS-SALAM itu sama aja, hanya beda dialek. Artinya secara makna pada ayat al-Baqarah 208, "udkhuluu fis silmi kaaffah" (masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan), seharusnya dimaknai "BERDAMAILAH SECARA TOTAL".

Secara logika bahasa pun ayat di atas adalah kata perintah (fi'il amar), masa udah beragama Islam harus masuk Islam lagi. Padahal kata perintah ini dipakai untuk sesuatu yg belum dilakukan oleh umat Islam, dan dalam hal ini adalah "berdamai" atau "damai" ataupun "perdamaian".

Nah, sekarang mari kita lihat Asbabun Nuzul ayat Baqarah 208 tersebut. Ayat 190-208 surah al-Baqarah ini diturunkan di antara peristiwa "Perdamaian Hudaibiyah".

Pada thn 6 Hijriah bulan Dzul Qa’dah, Umat Muslim ingin melaksanakan ibadah umrah. Saat tiba di wilayah Hudaibiyah, Rasulullah SAW pun mengutus sahabat 'Ustman ke Mekkah, untuk menjelaskan kepada kaum kafir Quraisy bahwa umat Muslim ke Mekkah itu untuk beribadah bukan untuk perang. Jarak antara Mekah dan Hudaibiyah kurang lebih mencapai 22 km.

Saat 'Utsman bergegas menuju Mekkah, ada desas-desus bahwa 'Ustman dibunuh kafir Quraisy. Umat Muslim sudah siap mengangkat pedang dan berperang melawan musuh  Namun demikian, isu terbunuhnya Ustman itu tidak benar.

Lalu turunlah ayat ini. Rasulullah SAW pun menahan emosi para Sahabat untuk tetap tenang dan menjaga perdamaian. Sampai akhirnya terkenal lah peristiwa "Perdamaian Hudaibiyah".

Jadi kalau merujuk uraian di atas, harusnya al-Baqarah 208 itu bisa dimaknai :

Ummat (Muhammad) yg beriman, berdamailah terus secara total, dan jangan sampai kalian terjebak bujuk rayuan setan, karena sebenarnya dialah musuh yg nyata bagi kalian.”

Dan makna di atas itu selaras dengan dua ayat lainnya (QS. Muhammad 35 & al-Anfal 61).

Seperti juga pendapat Gusdur :

"Di sini terletak perbedaan pendapat sangat fundamental di antara kaum Muslimin. Kalau kata 'al-Silmi' diterjemahkan menjadi kata Islam, dengan sendirinya harus ada sebuah entitas Islam formal, dengan keharusan menciptakan sistem yg islami.
Sedangkan mereka yg menterjemahkan kata tersebut dengan kata sifat kedamaian, menunjuk pada sebuah entitas universal, yg tidak perlu dijabarkan oleh sebuah sistem tertentu, termasuk sistem islami." (Gusdur, 2006, "Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi.") 

Jadi esensi "udkhuluu fis Silmi kaaffaah" itu apa..?

Menurut sy, adalah Jagalah Perdamaian Bangsa (ummat).

Itu makanya mayoritas Muslim perang terus, "udkhuluu fis silmi kaaffaah" nya mayoritas dimaknai "agama islam".. Harusnya, apakah sesudah jadi muslim itu bisa merasa damai atau merasa terancam..? Bisa menciptakan rasa damai ke sekitar atau malah menciptakan rasa tidak aman ke sekitar..?

Nanti ayat di atas itu "merangkai" nya ke ayat thoghut (yg ngajak permusuhan) dan "perangi terus"..

Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla meridhai kalian atas tiga hal dan benci dari tiga hal; (yaitu) Allah meridhai kalian untuk beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, hendaknya kalian semua berpegang teguh kepada tali Allah dan jangan berpecah-belah, dan kalian taat kepada orang yg telah Allah amanatkan urusan kalian. Dan Allah membenci kalian dari bergosip, menghambur-hamburkan harta, dan banyak bertanya --yg tidak bermanfaat--.” (Musnad Ahmad no. 8444 dan Shahih Muslim no. 3236)

Semoga...
#ombad #tasawuf

09 April 2018

PUNCAK SPIRITUAL

Seseorang tidak dapat dikatakan mencapai puncak spiritual kecuali apabila 12 karakter berikut ini telah mendarah daging dalam dirinya :

1. Dua karakter dari Allah yaitu dia menjadi seorang yang Sattar (menutup aib) dan Ghaffar (pemaaf).

2. Dua karakter dari Rasulullah SAW yaitu Penyayang dan Lembut.

3. Dua karakter dari Abu Bakar yaitu Jujur dan Amanah (dapat dipercaya).

4. Dua karakter dari 'Umar yaitu Amar Ma'ruf Nahi Munkar.

5. Dua karakter dari 'Utsman yaitu Dermawan dan bangun (tahajjud) pada waktu orang lain sedang tidur.

6. Dua karakter dari 'Ali yaitu 'Alim (cerdas/intelek) dan Pemberani.

Bila lima perkara tidak terdapat dalam diri seorang syeikh maka ia adalah Dajjal yg mengajak kepada kesesatan.

Dia harus sangat mengetahui hukum-hukum syariat zhahir, mencari ilmu hakikat dari sumbernya.

(Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs.)


Semoga....
#ombad #tasawuf

08 April 2018

KASIH SAYANG DALAM BERAGAMA ITU SULIT

Islam, ajarannya itu banyak dicederai (dikotori) oleh karakter pemeluknya, dimana sebagian pemeluknya ini tidak bisa melepaskan diri dan masih berkutat dalam Bab Ghadlab (marah), dan mudah dipolitisasi buat kepentingan suatu kelompok.

Sangat disayangkan karena jumlah massa yg besar tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas.

Bagaimana pengaruhnya ke pemeluk agama lain jika :

- Muslim itu banyak yg Pemarah,
- Muslim itu banyak yg mudah Tersinggung,
- Muslim itu mudah senggol bacok, bahkan menghilangkan nyawa orang.

Mudah-mudahan kisah sejarah di bawah ini makin bisa melembutkan hati kita..

Sesudah perang Hunain (mengamankan Madinah dari rencana agresi aliansi suku Hawazin dan Tsaqif), Rasulullah SAW beserta para Sahabat berhenti di sebuah lembah untuk menunaikan shalat. Dan Bilal pun disuruh mengumandangkan adzan.

Ternyata di sekitar tempat itu ada beberapa pemuda (yg masih belum masuk Islam) meniru-niru alunan adzan Bilal dari balik bukit dengan nada mengejek. Para Sahabat begitu geram dan ingin menghukum para pemuda berandalan tsb, tetapi Rasul malah mengatakan kepada para Sahabatnya :

قد سمعت في هؤلاء تأذين إنسان حسن الصوت

"Wah bagus sekali suara adzan salah seorang di antara mereka."

Rasulullah pun memerintahkan untuk memanggil 10 orang penghina adzan tsb. Para pemuda itu pucat ketakutan saat dihadapkan kepada Rasul. Salah satunya adalah Abu Mahdzurah, yg menurutnya:

"Ketika kami menghadap kepada Nabi,  kami semua merasa takut kepadanya, dan saya adalah yg paling takut di antara mereka."

Rasa takut karena telah didasari oleh persepsi kebencian sebelumnya, sebagaimana pengakuan Abu Mahdzurah sendiri,
"Tidak ada yang lebih aku benci daripada Rasulullah SAW serta perintahnya."

Rasa takut itu semakin menjadi-jadi ketika Nabi bertanya kepada para pemuda tsb :

أيكم سمعت صوته وقد ارتفع بالأذان قبل قليل؟

"Siapa yang suaranya terdengar paling keras tadi..?"

Dan semua teman Abu Mahdzurah pun menunjukkan jemari mereka ke arahnya. Nabi pun memerintahkan 9 orang itu pergi :

أما أنتم أيها الشبان ارجعوا، وابق أبا محذورة في مكانك

"Kalian para pemuda pulanglah. Kamu Abu Mahdzurah tetaplah di situ." 

Semakin ketakutanlah Abu Mahdzurah karena menyangka akan dieksekusi seorang diri.. "Luar biasa rasa takutku, sampai-sampai jantungku serasa hampir jatuh ke tanah karenanya."

Namun rasa takut itu mendadak sirna manakala Rasulullah tersenyum kepadanya dan memerintahkannya untuk mengulangi adzan sebagaimana tadi dia lakukan saat mengejek adzannya Bilal. Tetapi karena seumur-umur belum pernah adzan, Abu Mahdzurah pun bertanya tentang tata caranya hingga Nabi mengajarkan sendiri kepadanya.."Bagaimana cara adzan Wahai Rasulullah..? Maka Nabi mengajariku sebagaimana para sahabat beliau biasa adzan dan memerintahku untuk menambahkan 'ashsholatu khoirun minan naum'  saat Subuh dan mengajari aku iqomah dua kali dua kali." 

Setelah itu Nabi mengelus kepala Abu Mahdzurah,  hingga sampai ke dada dan perutnya. Kemudian Nabi mendoakannya :

بارك الله فيك، وبارك الله عليك

"Semoga Berkah Allah senantiasa melimpah bagimu."

Abu Mahdzurah kemudian ditunjuk untuk menjadi muadzin di Masjidil Haram sampai dia wafat, bahkan anak cucunya menggantikannya sebagai muadzin hingga  -- dikatakan-- sampai di masa hidupnya Imam Syafi'i  ra.

Terkait pengalaman hidupnya ini Abu Mahdzurah mengatakan :

ودخل حب رسول الله قلبي فلم يعد يتسع لأحد بعده

"Cinta Nabi telah memasuki dan memenuhi rongga hatiku sehingga tidak tersisa lagi bagi seorangpun setelah Beliau."

**

Dalam Musnad Ahmad no. 14955 pun ada Hadistnya :

==

حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ
حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ
أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ
أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي مَحْذُورَةَ
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُحَيْرِيزٍ أَخْبَرَهُ وَكَانَ يَتِيمًا فِي حَجْرِ أَبِي مَحْذُورَةَ
قَالَ رَوْحٌ ابْنُ مِعْيَرٍ وَلَمْ يَقُلْهُ ابْنُ بَكْرٍ حِينَ جَهَّزَهُ إِلَى الشَّامِ قَالَ
فَقُلْتُ لِأَبِي مَحْذُورَةَ يَا عَمِّ إِنِّي خَارِجٌ إِلَى الشَّامِ وَأَخْشَى أَنْ أُسْأَلَ عَنْ تَأْذِينِكَ
فَأَخْبَرَنِي أَنَّ أَبَا مَحْذُورَةَ قَالَ لَهُ

Telah menceritakan kepada kami [Rauh bin ‘Ubadah]
telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] dan [Muhammad bin Bakr]
telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] berkata;
telah mengabarkan kepadaku [Abdul Aziz bin Abdul Malik bin Abu Mahdzurah]
bahwa [Abdullah bin Muhairiz] mengabarinya, dia adalah seorang yatim di rumah Abu Mahdzurah.
Rauh berkata; Ibnu Mi’yar, dan tidak mengatakan Ibnu Bakr ketika dia mempersiapkannya ke Syam.
(Abdullah bin Muhairiz) berkata:
Saya bertanya kepada [Abu Mahdzurah] “Wahai pamanku, saya hendak keluar ke Syam, saya takut kalau saya ditanya tentang adzanmu, maka kabarkan kepadaku.”

نَعَمْ خَرَجْتُ فِي نَفَرٍ فَكُنَّا بِبَعْضِ طَرِيقِ حُنَيْنٍ فَقَفَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حُنَيْنٍ فَلَقِيَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبَعْضِ الطَّرِيقِ
فَأَذَّنَ مُؤَذِّنُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّلَاةِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْنَا صَوْتَ الْمُؤَذِّنِ وَنَحْنُ مُتَنَكِّبُونَ
فَصَرَخْنَا نَحْكِيهِ وَنَسْتَهْزِئُ بِهِ

Lalu Abu Mahdzurah berkata kepadanya, “Ya. Saya keluar bersama beberapa orang menuju ke Hunain, lalu Rasulullah SAW kembali dari Hunain dan bertemu kami di jalan.
Lalu seorang muadzin Rasulullah SAW beradzan untuk suatu shalat, di hadapan Rasulullah SAW. Kami mendengar suara muadzin dalam keadaan berpaling.
Kami berteriak dan mencemoohnya.

فَسَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّوْتَ فَأَرْسَلَ إِلَيْنَا إِلَى أَنْ وَقَفْنَا بَيْنَ يَدَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّكُمْ الَّذِي سَمِعْتُ صَوْتَهُ
قَدْ ارْتَفَعَ فَأَشَارَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ إِلَيَّ وَصَدَقُوا فَأَرْسَلَ كُلَّهُمْ وَحَبَسَنِي فَقَالَ
قُمْ فَأَذِّنْ بِالصَّلَاةِ

Lalu Rasulullah SAW mendengar suara itu, lalu mengutus seseorang kepada kami agar kami menghadap beliau.
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa di antara kalian yang tadi saya dengar suaranya sedemikian tinggi..?
Semua anggota kaumku memberi isyarat menunjuk ke arahku, dan mereka berkata apa adanya. Mereka semuanya disuruh pergi dan Beliau menahanku, lalu Beliau bersabda:
Berdiri dan adzanlah untuk shalat.”

فَقُمْتُ وَلَا شَيْءَ أَكْرَهُ إِلَيَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا مِمَّا يَأْمُرُنِي بِهِ فَقُمْتُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَلْقَى إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّأْذِينَ هُوَ نَفْسُهُ فَقَالَ
قُلْ
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Lalu saya berdiri, ketika itu tidak ada yang lebih saya benci daripada Rasulullah SAW ataupun apa yang beliau perintahkan. Lalu saya berdiri di depan Rasulullah SAW, lalu Beliau menyampaikan cara adzan langsung. Beliau bersabda:
Bacalah:
Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah, Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah.
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.

ثُمَّ قَالَ لِي ارْجِعْ فَامْدُدْ مِنْ صَوْتِكَ ثُمَّ قَالَ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Kemudian Beliau bersabda kepadaku, “Ulangi dan panjangkan suaramu.” Lalu Beliau membaca,

Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah, Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah.
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.
Hayya ‘Alas Sholaah, Hayya ‘Alas Sholaah.
Hayya ‘Alal Falaah, Hayya ‘Alal Falaah._
Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Laa Ilaaha Illa Allah.

ثُمَّ دَعَانِي حِينَ قَضَيْتُ التَّأْذِينَ
فَأَعْطَانِي صُرَّةً فِيهَا شَيْءٌ مِنْ فِضَّةٍ
ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى نَاصِيَةِ أَبِي مَحْذُورَةَ ثُمَّ أَمَارَّهَا عَلَى وَجْهِهِ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ مَرَّتَيْنِ عَلَى يَدَيْهِ ثُمَّ عَلَى كَبِدِهِ ثُمَّ بَلَغَتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُرَّةَ أَبِي مَحْذُورَةَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِالتَّأْذِينِ بِمَكَّةَ
فَقَالَ قَدْ أَمَرْتُكَ بِهِ

Lalu Beliau memanggilku setelah saya melakukan adzan, memberiku kantong yang berisi perak.
Lalu Beliau meletakkan tangannya pada ubun-ubun Abu Mahdzurah kemudian mengulanginya pada bagian wajahnya dua kali, lalu dua kali dengan kedua tangannya, lalu pada hatinya. Sampai tangan Rasulullah SAW mencapai pusar Abu Mahdzurah lalu Beliau bersabda:
Barokallaahu fiik (semoga Allah memberi berkah kepadamu).”
Lalu saya berkata, “Ya Rasulullah SAW, perintahkanlah saya adzan di Makkah.”
Beliau menjawab, “Ya silakan.”

وَذَهَبَ كُلُّ شَيْءٍ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ كَرَاهِيَةٍ وَعَادَ ذَلِكَ مَحَبَّةً لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَدِمْتُ عَلَى عَتَّابِ بْنِ أُسَيْدٍ عَامِلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَكَّةَ
فَأَذَّنْتُ مَعَهُ بِالصَّلَاةِ عَنْ أَمْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَخْبَرَنِي ذَلِكَ مَنْ أَدْرَكْتُ مِنْ أَهْلِي مِمَّنْ أَدْرَكَ أَبَا مَحْذُورَةَ عَلَى نَحْوِ مَا أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَيْرِيزٍ

مسند أحمد 14955

Maka apa yang ada pada diriku, berupa kebencian kepada Rasulullah SAW hilang, dan berubah menjadi kesukaan kepada beliau.
Lalu saya menemui ‘Attab bin Usaid, pekerja Rasulullah SAW di Makkah.
Saya mengumandangkan adzan untuk shalat atas perintah Rasulullah SAW.
Maka anggota keluargaku mengabariku siapa saja yang menjumpaiku, siapa yang menjumpai Abu Mahdzurah sebagaimana yang telah dikabarkan Abdullah bin Muhairiz kepadaku.

(Musnad Ahmad, 14955)

**

Jadi PR nya adalah bagaimana membuat Hati kita semakin lembut (berhubungan dengan lathifah-lathifah dalam tubuh), dan lebih mengedepankan kasih sayang ke sesama.


Semoga...
#ombad #tasawuf #sejarah

KUALITAS QALBU

"Ketahuilah, di dalam jasad ada al-Mudzghah, di dalam al-Mudzghah ada al-Qalb, di dalam al-Qalb ada Fuad, di dalam Fuad ada Ruh, di dalam Ruh ada Sirr, di dalam Sirr ada Akhfa, di dalam Akhfa ada Aku.” (Hadist)

Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman :

"Aku jadikan dalam tubuh keturunan Adam sebuah Qasr (istana), di dalamnya ada Shadr (dada), di dalam dada ada Qalb, di dalam Qalb ada Fuad, di dalam Fuad ada Syaqaf, di dalam Syaqaf ada Lubb, di dalam Lubb ada Sirr, dan di dalam Sirr ada "Aku". (Hadist Qudsi)


Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw. menyampaikan bahwa Qalb mempunyai 5 nama :

- Pertama disebut SHADR, karena ia merupakan tempat terbitnya cahaya Islam (nuuru-l-islaam). Hal ini sebagaimana firman Allah SWT,

"Adakah sama dengan mereka yang dibukakan shadrnya untuk Islam." (QS. Az-Zumar [39] :22)'.

- Kedua disebut QALB, karena ia merupakan tempat terbitnya keimanan. Hal ini sebagaiamana firman-Nya,

"Mereka itulah yang ditulis dalam hatinya terdapat keimanan." (QS. Al-Mujaadilah [58]:22)'

- Ketiga disebut FU'AD karena ia merupakan tempat terbitnya ma'rifah. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

Fu'ad tidak pernah mendustai apa-apa yang dilihatnya.” (QS. An-Najm [53]:11).

- Keempat disebut LUBB, karena ia merupakan tempat terbitnya tauhid. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

"Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang adalah ayat-ayat bagi ulil albaab (sang pemilik lubb).” (QS. Ali Imran [3]:190).

- Kelima disebut SYAGHF, karena hati merupakan tempat terbitnya rasa saling menyayangi dan mencintai sesama makhluk. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

Sungguh ia (Zulaikha) telah dikuasai oleh rasa cinta yang membara.” (QS. Yusuf [12]:30)

Semoga...
#ombad #tasawuf