08 April 2018

KASIH SAYANG DALAM BERAGAMA ITU SULIT

Islam, ajarannya itu banyak dicederai (dikotori) oleh karakter pemeluknya, dimana sebagian pemeluknya ini tidak bisa melepaskan diri dan masih berkutat dalam Bab Ghadlab (marah), dan mudah dipolitisasi buat kepentingan suatu kelompok.

Sangat disayangkan karena jumlah massa yg besar tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas.

Bagaimana pengaruhnya ke pemeluk agama lain jika :

- Muslim itu banyak yg Pemarah,
- Muslim itu banyak yg mudah Tersinggung,
- Muslim itu mudah senggol bacok, bahkan menghilangkan nyawa orang.

Mudah-mudahan kisah sejarah di bawah ini makin bisa melembutkan hati kita..

Sesudah perang Hunain (mengamankan Madinah dari rencana agresi aliansi suku Hawazin dan Tsaqif), Rasulullah SAW beserta para Sahabat berhenti di sebuah lembah untuk menunaikan shalat. Dan Bilal pun disuruh mengumandangkan adzan.

Ternyata di sekitar tempat itu ada beberapa pemuda (yg masih belum masuk Islam) meniru-niru alunan adzan Bilal dari balik bukit dengan nada mengejek. Para Sahabat begitu geram dan ingin menghukum para pemuda berandalan tsb, tetapi Rasul malah mengatakan kepada para Sahabatnya :

قد سمعت في هؤلاء تأذين إنسان حسن الصوت

"Wah bagus sekali suara adzan salah seorang di antara mereka."

Rasulullah pun memerintahkan untuk memanggil 10 orang penghina adzan tsb. Para pemuda itu pucat ketakutan saat dihadapkan kepada Rasul. Salah satunya adalah Abu Mahdzurah, yg menurutnya:

"Ketika kami menghadap kepada Nabi,  kami semua merasa takut kepadanya, dan saya adalah yg paling takut di antara mereka."

Rasa takut karena telah didasari oleh persepsi kebencian sebelumnya, sebagaimana pengakuan Abu Mahdzurah sendiri,
"Tidak ada yang lebih aku benci daripada Rasulullah SAW serta perintahnya."

Rasa takut itu semakin menjadi-jadi ketika Nabi bertanya kepada para pemuda tsb :

أيكم سمعت صوته وقد ارتفع بالأذان قبل قليل؟

"Siapa yang suaranya terdengar paling keras tadi..?"

Dan semua teman Abu Mahdzurah pun menunjukkan jemari mereka ke arahnya. Nabi pun memerintahkan 9 orang itu pergi :

أما أنتم أيها الشبان ارجعوا، وابق أبا محذورة في مكانك

"Kalian para pemuda pulanglah. Kamu Abu Mahdzurah tetaplah di situ." 

Semakin ketakutanlah Abu Mahdzurah karena menyangka akan dieksekusi seorang diri.. "Luar biasa rasa takutku, sampai-sampai jantungku serasa hampir jatuh ke tanah karenanya."

Namun rasa takut itu mendadak sirna manakala Rasulullah tersenyum kepadanya dan memerintahkannya untuk mengulangi adzan sebagaimana tadi dia lakukan saat mengejek adzannya Bilal. Tetapi karena seumur-umur belum pernah adzan, Abu Mahdzurah pun bertanya tentang tata caranya hingga Nabi mengajarkan sendiri kepadanya.."Bagaimana cara adzan Wahai Rasulullah..? Maka Nabi mengajariku sebagaimana para sahabat beliau biasa adzan dan memerintahku untuk menambahkan 'ashsholatu khoirun minan naum'  saat Subuh dan mengajari aku iqomah dua kali dua kali." 

Setelah itu Nabi mengelus kepala Abu Mahdzurah,  hingga sampai ke dada dan perutnya. Kemudian Nabi mendoakannya :

بارك الله فيك، وبارك الله عليك

"Semoga Berkah Allah senantiasa melimpah bagimu."

Abu Mahdzurah kemudian ditunjuk untuk menjadi muadzin di Masjidil Haram sampai dia wafat, bahkan anak cucunya menggantikannya sebagai muadzin hingga  -- dikatakan-- sampai di masa hidupnya Imam Syafi'i  ra.

Terkait pengalaman hidupnya ini Abu Mahdzurah mengatakan :

ودخل حب رسول الله قلبي فلم يعد يتسع لأحد بعده

"Cinta Nabi telah memasuki dan memenuhi rongga hatiku sehingga tidak tersisa lagi bagi seorangpun setelah Beliau."

**

Dalam Musnad Ahmad no. 14955 pun ada Hadistnya :

==

حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ
حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ
أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ
أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي مَحْذُورَةَ
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُحَيْرِيزٍ أَخْبَرَهُ وَكَانَ يَتِيمًا فِي حَجْرِ أَبِي مَحْذُورَةَ
قَالَ رَوْحٌ ابْنُ مِعْيَرٍ وَلَمْ يَقُلْهُ ابْنُ بَكْرٍ حِينَ جَهَّزَهُ إِلَى الشَّامِ قَالَ
فَقُلْتُ لِأَبِي مَحْذُورَةَ يَا عَمِّ إِنِّي خَارِجٌ إِلَى الشَّامِ وَأَخْشَى أَنْ أُسْأَلَ عَنْ تَأْذِينِكَ
فَأَخْبَرَنِي أَنَّ أَبَا مَحْذُورَةَ قَالَ لَهُ

Telah menceritakan kepada kami [Rauh bin ‘Ubadah]
telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] dan [Muhammad bin Bakr]
telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] berkata;
telah mengabarkan kepadaku [Abdul Aziz bin Abdul Malik bin Abu Mahdzurah]
bahwa [Abdullah bin Muhairiz] mengabarinya, dia adalah seorang yatim di rumah Abu Mahdzurah.
Rauh berkata; Ibnu Mi’yar, dan tidak mengatakan Ibnu Bakr ketika dia mempersiapkannya ke Syam.
(Abdullah bin Muhairiz) berkata:
Saya bertanya kepada [Abu Mahdzurah] “Wahai pamanku, saya hendak keluar ke Syam, saya takut kalau saya ditanya tentang adzanmu, maka kabarkan kepadaku.”

نَعَمْ خَرَجْتُ فِي نَفَرٍ فَكُنَّا بِبَعْضِ طَرِيقِ حُنَيْنٍ فَقَفَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حُنَيْنٍ فَلَقِيَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبَعْضِ الطَّرِيقِ
فَأَذَّنَ مُؤَذِّنُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّلَاةِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْنَا صَوْتَ الْمُؤَذِّنِ وَنَحْنُ مُتَنَكِّبُونَ
فَصَرَخْنَا نَحْكِيهِ وَنَسْتَهْزِئُ بِهِ

Lalu Abu Mahdzurah berkata kepadanya, “Ya. Saya keluar bersama beberapa orang menuju ke Hunain, lalu Rasulullah SAW kembali dari Hunain dan bertemu kami di jalan.
Lalu seorang muadzin Rasulullah SAW beradzan untuk suatu shalat, di hadapan Rasulullah SAW. Kami mendengar suara muadzin dalam keadaan berpaling.
Kami berteriak dan mencemoohnya.

فَسَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّوْتَ فَأَرْسَلَ إِلَيْنَا إِلَى أَنْ وَقَفْنَا بَيْنَ يَدَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّكُمْ الَّذِي سَمِعْتُ صَوْتَهُ
قَدْ ارْتَفَعَ فَأَشَارَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ إِلَيَّ وَصَدَقُوا فَأَرْسَلَ كُلَّهُمْ وَحَبَسَنِي فَقَالَ
قُمْ فَأَذِّنْ بِالصَّلَاةِ

Lalu Rasulullah SAW mendengar suara itu, lalu mengutus seseorang kepada kami agar kami menghadap beliau.
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa di antara kalian yang tadi saya dengar suaranya sedemikian tinggi..?
Semua anggota kaumku memberi isyarat menunjuk ke arahku, dan mereka berkata apa adanya. Mereka semuanya disuruh pergi dan Beliau menahanku, lalu Beliau bersabda:
Berdiri dan adzanlah untuk shalat.”

فَقُمْتُ وَلَا شَيْءَ أَكْرَهُ إِلَيَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا مِمَّا يَأْمُرُنِي بِهِ فَقُمْتُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَلْقَى إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّأْذِينَ هُوَ نَفْسُهُ فَقَالَ
قُلْ
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Lalu saya berdiri, ketika itu tidak ada yang lebih saya benci daripada Rasulullah SAW ataupun apa yang beliau perintahkan. Lalu saya berdiri di depan Rasulullah SAW, lalu Beliau menyampaikan cara adzan langsung. Beliau bersabda:
Bacalah:
Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah, Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah.
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.

ثُمَّ قَالَ لِي ارْجِعْ فَامْدُدْ مِنْ صَوْتِكَ ثُمَّ قَالَ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Kemudian Beliau bersabda kepadaku, “Ulangi dan panjangkan suaramu.” Lalu Beliau membaca,

Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah, Asyhadu An Laa Ilaaha Illa Allah.
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.
Hayya ‘Alas Sholaah, Hayya ‘Alas Sholaah.
Hayya ‘Alal Falaah, Hayya ‘Alal Falaah._
Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Laa Ilaaha Illa Allah.

ثُمَّ دَعَانِي حِينَ قَضَيْتُ التَّأْذِينَ
فَأَعْطَانِي صُرَّةً فِيهَا شَيْءٌ مِنْ فِضَّةٍ
ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى نَاصِيَةِ أَبِي مَحْذُورَةَ ثُمَّ أَمَارَّهَا عَلَى وَجْهِهِ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ مَرَّتَيْنِ عَلَى يَدَيْهِ ثُمَّ عَلَى كَبِدِهِ ثُمَّ بَلَغَتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُرَّةَ أَبِي مَحْذُورَةَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِالتَّأْذِينِ بِمَكَّةَ
فَقَالَ قَدْ أَمَرْتُكَ بِهِ

Lalu Beliau memanggilku setelah saya melakukan adzan, memberiku kantong yang berisi perak.
Lalu Beliau meletakkan tangannya pada ubun-ubun Abu Mahdzurah kemudian mengulanginya pada bagian wajahnya dua kali, lalu dua kali dengan kedua tangannya, lalu pada hatinya. Sampai tangan Rasulullah SAW mencapai pusar Abu Mahdzurah lalu Beliau bersabda:
Barokallaahu fiik (semoga Allah memberi berkah kepadamu).”
Lalu saya berkata, “Ya Rasulullah SAW, perintahkanlah saya adzan di Makkah.”
Beliau menjawab, “Ya silakan.”

وَذَهَبَ كُلُّ شَيْءٍ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ كَرَاهِيَةٍ وَعَادَ ذَلِكَ مَحَبَّةً لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَدِمْتُ عَلَى عَتَّابِ بْنِ أُسَيْدٍ عَامِلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَكَّةَ
فَأَذَّنْتُ مَعَهُ بِالصَّلَاةِ عَنْ أَمْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَخْبَرَنِي ذَلِكَ مَنْ أَدْرَكْتُ مِنْ أَهْلِي مِمَّنْ أَدْرَكَ أَبَا مَحْذُورَةَ عَلَى نَحْوِ مَا أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَيْرِيزٍ

مسند أحمد 14955

Maka apa yang ada pada diriku, berupa kebencian kepada Rasulullah SAW hilang, dan berubah menjadi kesukaan kepada beliau.
Lalu saya menemui ‘Attab bin Usaid, pekerja Rasulullah SAW di Makkah.
Saya mengumandangkan adzan untuk shalat atas perintah Rasulullah SAW.
Maka anggota keluargaku mengabariku siapa saja yang menjumpaiku, siapa yang menjumpai Abu Mahdzurah sebagaimana yang telah dikabarkan Abdullah bin Muhairiz kepadaku.

(Musnad Ahmad, 14955)

**

Jadi PR nya adalah bagaimana membuat Hati kita semakin lembut (berhubungan dengan lathifah-lathifah dalam tubuh), dan lebih mengedepankan kasih sayang ke sesama.


Semoga...
#ombad #tasawuf #sejarah