05 August 2017

DZALIM VS ADIL

"Kedzaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang Baik." (Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)

Dzalim itu ada dua jenis, yaitu:

- Dzalim ke diri sendiri, yaitu melakukan dosa/maksiat, melanggar aturan.

- Dzalim ke orang lain, seperti: menganiaya, tidak menunaikan hak orang lain yg wajib ditunaikan, merebut hak orang lain, dsb.

Jika terbiasa mendzalimi diri sendiri, ketika disuruh benar pun akan merasa didzalimi, contohnya:

- Koruptor ditangkap KPK, koruptor tersebut akan merasa didzalimi.
- PKL ditertibkan dan dikejar-kejar Satpol PP, PKL tersebut akan merasa didzalimi.
- PSK lokalisasinya ditutup, para PSK dan germo tersebut akan merasa didzalimi.

Artinya ungkapan "Kedzaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang Baik" itu membutuhkan "syarat dasar" dalam pengamalannya, yaitu si pelaku "pemberantas kedzaliman" itu perilakunya harus TIDAK DZALIM dulu, atau dengan kata lain, ia harus ADIL, yg merupakan buah dari IHSAN (Baik). Itu makanya BAIK akan selalu selaras dengan ADIL yg merupakan lawan kata dari Dzalim. Atau dengan kata lain, MUHSIN atau "orang Baik" itu adalah orang yg sudah terbebas dari mendzalimi diri sendiri dan mendzalimi orang lain, sehingga bisa berlaku Adil bagi diri sendiri maupun orang lain. 

Semisal dengan Hadist yg diriwayatkan oleh Imam Muslim ra..: 

"Siapa diantara kalian melihat kemungkaran hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya. Yang demikian itu serendah-rendah iman."

Bayangkan jika orangnya masih dzalim kemudian mampu "mengubah dengan tangannya"..? Malah nanti hawa nafsunya yg beraksi, dan bukannya membuat semakin baik, malah menimbulkan masalah baru. Artinya apa? Ada syarat dasar yg harus selalu diperhatikan ketika mengamalkan suatu perintah/anjuran dalam agama, dan syaratnya ini seringkali terkait kualitas diri dalam hubungannya dengan hawa nafsu.

Dan secara esensi, hal ini mengindikasikan bahwa Ayat, Hadist ataupun Atsar punya keterkaitan, saling berhubungan, dan merupakan suatu rangkaian yg saling bersambung, karena sumber ilmunya berasal dari yang satu, yaitu Allah al-'Alim al-Khabir.

Itu makanya ketika mau "memberantas kedzaliman" pun kita harus hati-hati karena siapa tahu justru diri sendiri yg harus "diberantas" karena masih dzalim, bahkan mengakibatkan dzalim kepada orang lain.

Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman,

"Demi kemuliaan-Ku, Aku akan menolongmu (wahai hamba yg terdzalimi) sekalipun tidak segera." (HR. Turmudzi)

Kan lucu, masa teriak Allahu Akbar tetapi hawa nafsunya justru berkobar. Masa memberantas kedzaliman pakai perbutan dzalim, atuh jadi Lalim.. :D

Semoga...

#ombad #tasawuf

03 August 2017

SETAN BERBAJU IMAN

Agama itu memang Ramah, meski sebagian pemeluknya sering Marah.
Agama itu memang Teduh, meski sebagian pemeluknya suka Membunuh.
Agama itu memang Damai, meski sebagian pemeluknya suka Membantai.
Agama itu memang dari Tuhan, meski sebagian pemeluknya Kerasukan Setan.

Dalam Islam itu paling dilarang membunuh dengan api atau dibakar, meski ada orang yg pantas dihukum mati, apalagi jika ia tidak pantas dihukum (mati) dan belum tentu bersalah.

Dalam Sirah Nabawiyyah (Ibn Hisyam) diriwayatkan ketika puteri Rasul, Zainab rah. hendak mengikuti Rasulullah SAW berhijrah menuju Madinah, orang-orang Quraisy memerintahkan dua orang dari mereka membuntuti dan kalau bisa dibunuh saja Zainab itu. Namun, Allah berkehendak lain, Zainab selamat sampai Madinah. Celaka bagi mereka karena mereka ketahuan. Nabi pun memerintahkan para Sahabatnya untuk mengejar dan menangkap mereka. Nabi juga memerintahkan, ketika tertangkap, mereka harus dibakar. Hal ini karena Nabi sangat geram terhadap mereka yg hendak membunuh putri kesayangannya. Setelah kembali ke Madinah, Nabi mengatakan bahwa beliau menyesal memerintahkan perbuatan tersebut. Harusnya tidak perlu membakar, karena membakar adalah hak Allah dan hanya Allah yg berhak melakukannya. Kemudian, Beliau SAW bersabda,

"...Tidak pantas bagi seorang pun manusia menyiksa menggunakan api, kecuali Allah."

Dan boro-boro ke manusia, kepada binatang pun dilarang keras...!

Dari Abdurrahman bin Abdullah dari ayahnya yg berkata, Kami bersama Rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan. Lalu, (ketika), Beliau membuang hajat, kami melihat seekor burung hummarah (emprit) dengan dua anaknya. Kami mengambil kedua anak burung tersebut. Lalu induknya datang dan mengepakkan sayapnya. Rasulullah SAW datang lalu berkata, "Siapa yg mengganggu burung itu dengan mengambil anaknya..? Kembalikan anaknya kepada induknya."
Lalu, Rasulullah SAW melihat sebuah sarang semut yg telah kami bakar. Beliau bertanya, "Siapa yg membakar sarang ini..?"
Kami menjawab, "Kami."
Beliau bersabda, "Sungguh, tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Tuhan pencipta api." (HR. Abu Dawud)

Ahh, memang.. makin ke sini memang banyak yg menimbun dendam dan geram, lalu tinggal menunggu waktu untuk meledak tanpa bisa dikontrol lagi.. malah sedikit percikan pun bisa membumi-hanguskan semua.. bahkan sampai bisa melakukan pembunuhan tanpa pikir panjang... seolah-olah merasa terpuaskan karena akal pikiran panjangnya bisa dibypass oleh jiwa tertekan yg penuh nafsu. Sayangnya jiwa-jiwa itu terpuaskannya karena nafsu yg berkobar dendam dan hawa setan..

Semoga....

#ombad #tasawuf

MUHASABAH PRASANGKA

Keburukan orang lebih mudah terlihat karena keterikatan terhadap hal Buruk itu lebih mudah, sedangkan Kebaikan lebih sulit terlihat karena keterikatan terhadap hal Baik itu lebih sulit.

Jika seseorang lebih dominan tertarik sisi Buruk maka dipastikan dirinya masih kuat keterikatan terhadap hal-hal yg buruk, dan begitu pun sebaliknya. Dan ini masih bisa dianggap wajar.

Kedua sisi tersebut akan saling berebut pengaruh dalam diri, berusaha saling mengalahkan. Jika hasilnya Negative Thinking maka anda Kalah, dan jika hasilnya Positive Thinking (husnudzon) maka anda Menang (al-Falah). Ingat panggilan adzan "Hayya 'alal Falaah". Atau bisa dikatakan diri anda itu dominan negatif atau posistif, jiwa anda itu dominan rasa benci atau kasih sayang, hati anda itu dominan rasa dengki atau cinta..?

Selalu berupaya untuk "mempositifkan" diri ini tersirat dalam Hadist Qudsi dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman:


أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

 

Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih).

Jika anda berprasangka buruk maka ada yg buruk dalam diri, begitupun jika berprasangka baik berarti ada yg baik dalam diri. Jadi jika di dalam diri kita terlalu banyak dan terdominasi oleh prasangka buruk.. artinya..?

Itu makanya Rasulullah SAW mewanti-wanti tiga hari sebelum wafatnya:


لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ

 

"Janganlah salah seorang diantara kalian mati melainkan ia harus ber-husnudzon pada Allah." (HR. Muslim)

Secara proses, kita bisa berprasangka baik jika dalam diri kita pun berusaha terus-menerus melakukan Kebaikan sampai "penuh" maksimal. Esensi dari Perintah dan Larangan dalam agama.

Tetapi bisa disebut sakit jika Negative Thinking tersebut diperkuat dengan Fitnah atau Hoax, dan mungkin ini bisa dikategorikan Sakit Jiwa, dan hatinya pun bukan sekedar berpenyakit, tapi sudah busuk... :D 

"Seseorang yg membuka diri terhadap berbagai pendapat akan lebih mendapatkan kebenaran daripada jatuh kedalam kesalahan..." ('Ali bin Abu Thalib kw.)


Semoga....

#ombad #tasawuf

02 August 2017

PSIKOLOG JUGA MANUSIA

Sayang sekali... Kok bisa menuduh "pelacuran" kepada cewek-cewek yg tidak dikenalnya.. bagaimana perasaan seorang wanita jika dituduh seperti itu.. atau perasaan ibunya jika anak gadisnya dituduh seperti itu..? Tuduhan yg paling mengerikan..!

Seseorang yg sudah tua, seorang wanita, seorang ibu, apalagi seorang Psikolog itu biasanya penguasaan emosi dan nalarnya lebih apik dan tertata karena seperti itu tuntutan pekerjaannya, berhubungan dengan "penataan" emosi dan pemikiran orang lain.. Artinya lebih berpeluang untuk lebih bijak karena terbiasa berkomunikasi dan "mengukur" kadar emosi dan psikologi orang lain.

- Mungkin karena terbiasa menyantap hoax Postmetro, sehingga menjadi tumpul objektivitasnya.

- Mungkin alergi terhadap cara berbusana orang lain yg berbeda dengan dirinya, dan dalam proses selanjutnya menyikapi perbedaan ini lebih berbuah negasi dalam menghakimi.

- Mungkin terlalu bersemangat "mengkritik" Pemerintah, sehingga lebih wow jika pakai kalimat pembanding "simbol seks" dan "pelacuran".

- Dan banyak lagi yg berhubungan dengan kondisi psikologi dirinya, dan sepertinya gak mungkin lah kalau dasarnya dari iri atau cemburu melihat tubuh dan wajah personil SNSD yg cantik, semampai dan bening-bening... oohhh.. <3

Ahh.. ternyata pendidikan tinggi itu bukan suatu jaminan. Dan minta maaf memang mudah, tapi sayangnya tuduhannya tersebut sudah meracuni banyak orang.

"Hati-hatilah kamu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu dapat merusak ibadah." (Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)

Dan perlu diketahui, mengundang salah seorang personel SNSD ini pun bukan untuk acara HUT RI, tetapi untuk acara Countdown to Asian Games 2018 (hitung mundur satu tahun menuju Asian Games 2018).

Btw, untung si Ibu ini bukan Ahok... :D

Semoga...

#ombad

01 August 2017

KETIKA DANGKAL BERBUAH TEKSTUAL

Saking luas dan "berlapis-lapis" nya dimensi makna al-Quran maka tidak usah heran jika ada satu ayat Quran yg dipakai, tetapi pemahaman bisa beda. Boro-boro bahasa Arab yg bertingkat-tingkat, "menterjemahkan" kalimat dalam bahasa Indonesia yg tingkatnya sangat sederhana saja bisa salah, seperti "haram nikah sama cewek sekampung".. :D

Jadi karena kedangkalan ilmunya maka ada yg sekedar tekstual pemahamannya, padahal selain makna Lahir, ayat-ayat al-Quran pun menyimpan petunjuk-petunjuk dan makna-makna Batin yg tak terhingga tetapi saling berhubungan. Tahunya beras itu hanya jadi nasi, padahal bisa jadi ketupat, kerupuk, cendol, tape, arak, dan masih banyak lagi.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Al-Quran mempunyai Lahir dan Batin."

"Allah menurunkan Al-Quran dengan sepuluh batin, lebih batin lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan, karena batin ini adalah sumber (pusat/ pokok)."

Apalagi kalau memahaminya sekedar lewat terjemahan, wah bisa berabe.. semisal "Allah bersemayam di Arasy", sehingga mengakibatkan munculnya pemahaman-pemahaman aneh terkait Allah dalam konteks fisik. Ataupun terkait ayat-ayat "jihad" sehingga banyak memunculkan aksi-aksi terorisme. Begitupun dengan ayat "bumi terhampar dan didatarkan".. yg menyebabkan banyak Muslim yg meyakini bumi datar. Dan yg lebih pelik, jika mereka memelintir ayat Al-Quran seenak udelnya, padahal mereka tanpa didasari ilmu terkait al-Quran, bahkan mereka pun tidak tahu bahwa beberapa abad yg lalu justru ilmuwan Islam bernama al-Biruni yg mengukur bulatnya Bumi.

Itu makanya Sahabat Anas bin Malik ra. mengingatkan,

كم من قارئ للقرآن والقرآن يلعنه


"Betapa banyak orang membaca al-Qur’an, namun al-Qur’an sendiri melaknat pembacanya."

Memang suatu kewajaran jika ada perbedaan pendapat, karena dasar pemahamannya ada yg berbeda. Tetapi yg tidak wajar itu jika pendapatnya itu tidak didasari disiplin ilmu-ilmu yg terkait (al-Quran) atau sekedar pendapat dari pikirannya belaka. Apalagi jika salah syarat utama dalam urusan mentafsirkan suatu ayat al-Quran nya tidak dipenuhi, seperti Objektivitas dan bersihnya hati (masih banyak penyakit hatinya). Seperti yg diisyaratkan oleh Ibn Taimiyah ra.:

"Penyakit yg dibawa oleh ilmu pengetahuan adalah Kesombongan (merasa paling pintar) dan penyakit yg dibawa oleh orang yg beribadah adalah Riya (merasa paling beriman)."

Semoga....
#ombad #tasawuf