17 August 2017

KEBENARAN VS KEBERPIHAKAN

Dunia memang aneh... ehh, manusianya.

Ada non-Muslim fasilitasi tiket umrah ratusan Muslim dengan gratis lalu "keseleo lidah" dikit, tanpa ampun dipidana Penista Agama. Banyak yg menghujat, meski gak ada Muslim yg dirugikan, malah banyak yg diuntungkan.

Ada Muslim nipu dan maling tiket umrah ribuan Muslim dengan sengaja, lalu foya-foya, ehh.. suruh diampuni dan diikhlaskan. Banyak yg bela, meski banyak Muslim yg dirugikan, dan tidak ada yg diuntungkan kecuali dirinya.

Sebetulnya Bela apa sich..?
Bela Agama atau bela Ego..?
Bela Kebenaran atau bela Keberpihakan..?

Jadi meski salah pun tetap akan dibela asalkan seiman..? Meski ia seorang koruptor pun tetap akan dibela asalkan seiman..? Meski ia seorang penipu jemaah umrah pun tetap dibela asalkan seiman..? Apalagi jika sama-sama anti Jokowi.. Begitu kah..?

Masa belum nyadar juga bahwa banyak oknum yg bawa-bawa Agama untuk kepentingan dirinya, bisnis maupun politik, bahkan sampai menipu sana-sini, merugikan (yg katanya) para saudaranya. Dan yg paling disayangkan itu, ketika banyak dari umat yg tidak sadar telah ikut membela para oknum penipu dan penjual agama.

Objektif memang sulit, kecuali jika kita lebih menyukai Kebenaran daripada Keberpihakan. Hal ini menyiratkan bahwa pengaruh hawa nafsu yg salah satunya menguatkan subjektivitas itu, memang sangat sukar untuk diambil alih oleh kesadaran, atau dalam bahasa agama, "memerangi" hawa nafsu.

Itu makanya Rasulullah SAW pada waktu kembali dari suatu peperangan berkata kepada para Sahabatnya,

"Kita kembali dari perang yg Kecil (jihad al-Ashghar) kepada jihad yg Besar (jihad al-Akbar)."

Para Sahabat bertanya, "Apa Jihad Besar itu..?"

Rasulullah pun bersabda, "Yaitu jihad memerangi hawa nafsu (jihad an-Nafs)."

Kembali ke tanktop..
Ikhlas eaa para jemaah umrah First Travel.. gimana donk, duitnya udah kepakai piknik dan hidup mewah.. :D
Ehh, kok bisa bayar pengacara ya.. katanya duitnya habis.. ehh, lupa..? Apakah biaya pengacaranya gratis..?

:D
Semoga...

#ombad #tasawuf

15 August 2017

MUSLIM TERONG-TERONGAN PÉOT

Dulu, semasa masih kuliah, seringkali terjadi tawuran antar jurusan di ITB, dan yg paling sering itu jurusan sy (Mesin) dengan Geologi.. karena sy "solidarity forever" ya ikut juga lah sepukul dua pukul mah, tapi dipilih yg gak kenal.. soalnya ada yg kenal deket juga anak GEA (Geologi) itu.. :D

Kejadian seperti itu mungkin disebabkan:

- Darah muda,
- Eksistensi "jurusan gue gitu lho..",
- Ke-ego-an yg tinggi, maklum terbius spanduk "Selamat Datang Putra-putri Terbaik Indonesia".. :D
- Keras kepala.

Tetapi jika tawurannya dengan mahasiswa perguruan tinggi yg lain, maka para mahasiswa ITB pun akan bersatu bahu-membahu dan tidak ada "sekat" beda jurusan lagi.

Setelah dibanding-banding, ternyata kondisi tersebut mirip Umat Muslim di Indonesia saat ini.. :D

Jika ada masalah dengan Muslim di luar Indonesia, di negara lain, maka semua akan membela dan mendukung, terlepas Muslimnya itu aliran apa.

Tetapi di keseharian di dalam negerinya, dengan sesama Muslim yg dekat dan satu negara malah gontok-gontokan.. mulai dari masalah furu' sampai masalah politik, dan bodohnya itu masalah politik pun dibungkus agama.

Mirip anak-anak mahasiswa dulu di ITB sich, cuma bedanya yg di ITB itu sedang muda-mudanya, belum pada lulus sarjana, dan gak pernah pakai fitnah ataupun hoax atas nama agama atau ras, tidak seperti kebanyakan kondisi gontok-gontokan Muslim di Indonesia saat ini; banyak yg sudah bangkotan dan bentar lagi mau masuk kubur, banyak yg sarjana malah doktor atau profesor, dan banyak yg termakan fitnah atau hoax atas nama agama dan ras.

Lucu.. perkembangannya telat.. kayak lagi puber.. ngacengan.. :D

Semoga....

#ombad

MEMAAFKAN

Seorang psikolog dari Hope College, Charlotte Witvliet melakukan penelitian tentang dampak Marah dan Dendam. Beberapa orang pun disuruh mengingat seseorang yg pernah menyakitinya, sambil dimonitor detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot-otot wajah dan aktivitas kelenjar keringat.

Kesimpulannya, hanya dengan mengingat kembali kenangan lama yg buruk itu membuat mereka marah, sedih, gelisah dan merasa tidak berdaya. Lalu Witvlet secara bertahap mengajak orang tersebut untuk memaafkan. Saat setiap orang memaafkan, hal yg menakjubkan terjadi, setiap indikator stres dalam tubuhnya menghilang.

Jadi, jika masih menyimpan amarah, benci, dan dendam, secara ilmiah terbukti meracuni diri sendiri dan berdampak buruk kepada kesehatan.

"Jadilah Pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yg makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yg bodoh." (QS. al-A’raf:199)

Nahh.. jadi buat para pendukung yg dulu jagoannya kalah, jangan sebel dan marah-marah terus, apalagi benci dendam kesumat eaa... bisa merugikan diri sendiri dan juga bisa buruk buat kesetanan.. ehh, kesehatan.

**

Ketika pikiran terlapisi "racun", maka pikirannya tak lagi mampu melihat dan menanggapi suatu keadaan secara tepat, akan serba bias. Kesalahan ini dimulai dari prasangka buruk, kecurigaan, ketakutan dan kekhawatiran. Dan akhirnya akan berkembang menjadi suatu kebiasaan dan selanjutnya menjadi bagian dari karakter dan kepribadian kita sendiri.

Salah satunya adalah terjebak masalah Waktu, terjebak dalam masa lalunya. Ia hidup di dalam penderitaan, akibat kenangan atas masa lalu yg gelap, yg sebenarnya sudah tidak ada. Begitupun dengan masalah masa depan, keraguan dan ketakutan. Jadi hidup terombang-ambing diantara dua kubu, yaitu penyesalan masa lalu dan ketakutan akan masa depan. Akibatnya, pikirannya selalu dipenuhi ketegangan dan penderitaan. Dan ujungnya, Kedamaian pun sulit dirasakan, kalaupun terasa hanya sesaat dan fatamorgana.

"Kelezatan (yg dirasakan oleh Hati) setiap orang, bergantung pada sejauh mana keinginannya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan (keinginannya dalam meraih) kemuliaan dirinya. Orang yg paling Mulia Jiwanya, yg paling Tinggi Derajatnya dalam merasakan kelezatan (dalam hatinya), adalah (orang yg paling) mengenal Allah, yg paling Mencintai Allah, yg paling Rindu dengan perjumpaan dengan-Nya, dan yg paling (kuat) mendekatkan dirinya kepada-Nya dengan segala hal yg Dicintai dan Diridhai oleh-Nya...

…Sesungguhnya, hati tidak akan (merasakan) ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian, melainkan jika pemiliknya berhubungan dengan Allah SWT (dengan melakukan ketaatan kepada-Nya)… sehingga, barangsiapa yg tujuan utama (dalam hidupnya), kecintaannya, rasa takutnya, dan ketergantungannya hanya kepada Allah SWT, maka ia telah mendapatkan kenikmatan dari-Nya, kelezatan dariNya, kemuliaan dari-Nya, dan kebahagiaan dari-Nya untuk selama-lamanya." (Ibnul Qayyim ra.)

"(Yaitu) orang-orang yg beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d : 28)

Semoga....

#ombad #tasawuf

13 August 2017

DAJJAL DALAM DIRI

Secara esensi, dajjal itu adalah sesuatu yg menyebabkan ketersesatan. Dan semua dimulai dari dalam diri, diantaranya:

- Pendangkalan makna Rejeki menjadi Harta/duit. Makin kufur nikmat.

- Pendangkalan makna Sukses menjadi lahiriyah saja; Kaya dan tajir. Dan hal seperti ini jadi pemahaman yg umum di masyarakat.

- Makin banyak yg meyakini jika Miskin sebagai siksa dari Allah, dan sebaliknya jika Kaya sebagai pahala dari Allah. Dan jeleknya lagi, miskin pun dianggap sebagai nista dan hina.

- Makin besarnya Ketakutan dan Kekhawatiran terhadap duniawi, sehingga banyak yg terjebak secara tidak sadar menuhankan materi ataupun status/jabatan, dan selanjutnya tidak mempedulikan lagi proses mendapatkannya, halal atau haram.

- Makin banyaknya "pembenaran" atas nama agama terkait perbuatan dzalim yg bisa "dibersihkan" oleh hasil perbuatan dzalimnya, seperti uang hasil gratifikasi, suap atau korupsi yg bisa "dibersihkan" misal dengan menyedekahkan sebagian uang hasil korupsinya.

- Keimanan atau keyakinan hanya tinggal pemikiran yg tak berbekas di perbuatan atau amal, sehingga dalam kesendiriannya ia berteman dengan Iblis atau hawa nafsunya. Berlisan bijak tetapi tidak memberikan teladan.

- Tukang ibadah tetapi mewarisi Sombongnya Iblis, sehingga selalu memandang rendah yg lain, apalagi yg berbeda dengan dirinya. Riya', Sum'ah dan Syirik khafi.

- Tukang maksiat tetapi rendah hati layaknya Sufi, sehingga banyak dipuja orang dan akhirnya mengakibatkan orang-orang banyak tertipu. Berlisan baik tetapi serakah. Wali Setan, dan bukan Wali Allah.

- Makin banyak yg beragama tetapi menjadi tidak berakhlak, seperti halnya melaksanakan Shalat tetapi tetap melakukan perbuatan keji dan munkar.

- Makin banyak orang baik tetapi bodoh atau tak berakal, sehingga mudah termakan hasutan dan fitnahan orang-orang yg pintar atau berakal yg bukan orang baik atau tidak beriman. Dibodohi oleh orang pintar dan dieksploitasi.

- Makin banyak orang bodoh yg tidak tahu diri, jahil murakkab. Ulama-ulama berkelas internasional aja bisa dibodoh-bodohin sama si jahil murakkab ini. Sudah Bodoh ilmu, tidak tahu diri, sombong, dan gak punya Adab pula.

- Dan masih banyak lagi yg terkait pemahaman yg terkotak-kotak dan tidak terintegrasi. Makin sempitnya sudut pandang, tidak multidimensi. Semisal, faham dan aksi Radikalisme dan Terorisme yg mengatas-namakan agama.

Semoga...

#ombad #tasawuf