13 June 2019

KOSONG

Mau jadi gelas, teko, bak, kolam, danau atau laut..? Itu semua tergantung Keluasan Hati/Qalbunya. Dan Keluasannya ini sangat bergantung dari "Kekosongan" nya.

"Kosong" yang dimaksud ini seperti firman Allah SWT kepada Nabi Daud as.:

"Wahai, Daud. Kosongkan untuk-Ku sebuah rumah, agar Aku dapat tinggal di dalamnya."

Karena Nabi Daud as. belum memahami perintah ini, maka Daud as. pun bertanya kepada Allah : "Bagaimana caranya, wahai Tuhanku..?"

Allah SWT menjawab : "Kosongkan hatimu hanya untuk-Ku."

Jika bisa "kosong" maka bisa menampung "ketidak-terbatasan", infinity. seperti yang disebutkan dalam sebuah Hadist Qudsi :

"Tiada yang sanggup menampung-Ku, baik di bumi maupun di langit-Ku. Hanya hati hamba-Ku yang Mukmin yang dapat menampung-Ku."

Dalam konteks tasawuf, ketika bisa memasuki "kosong" maka bisa dikatakan seorang salik sedang memasuki alam makrifat, dan selanjutnya dianugrahi "ketidak-terbatasan" pandangan karena hatinya sudah memiliki "keluasan" yang tidak berbatas. Ini seringkali dianalogikan dengan "laut".

Syeikh Ibrahim bin Adham ra. berkata:

"Qalbu orang-orang yang sudah Makrifat kepada Allah Ta'ala mempunyai banyak mata, sehingga dapat melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh yang lain. Pada qalbu mereka ada beberapa sayap sehingga dapat terbang menghadap ke Hadrat Rabbul 'Alamin dan menikmati keindahan dan kenikmatan surga serta dapat meminum air samudera Hikmah." 

Dan seperti itulah makrifat, dan ujungnya akan terkait dengan ilmu, dan "keluasan" ilmu ini tergantung dari "wadah" nya, apakah wadahnya ini luas atau tidak. Dan "wadah" ini adalah Qalbu.

Qalbu yang setiap saat bisa "meminum" air samudera Hikmah karena berada di dalam Samudera hikmah. Qalbu yang setiap saat tersinari cahaya Tuhannya karena selalu terhubung kepada Tuhannya. Tuhan Pemilik Cahaya, Cahaya di atas Cahaya (Nuurun 'alaa Nuur) yang memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang dikehendaki dan dipilih-Nya.

Rasulullah SAW bersabda,

"Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya (Nuur)."

"Kosongkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah, maka Allah akan memenuhinya dengan Makrifat dan Rahasia." (Ibn Athaillah ra., Al-Hikam)


Semoga..
#ombad #tasawuf

**

۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ  اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ  اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ  نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌۙ 

"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

(QS. An-Nur, 24 : 35)

10 June 2019

KACAMATA HATI

Kekotoran (dalam diri) akan cenderung untuk menghakimi betapa kotornya orang lain, betapa salahnya mereka dibanding dirinya, betapa munafiknya orang lain. Dorongan ini muncul karena cermin hatinya kotor, dan ujungnya pikirannya pun kotor.

Artinya, ketika memandang sesuatu yang belum diketahui, kecenderungan "sikap" diri terhadap pandangan tersebut bisa dijadikan tolak ukur dalam memperbaiki diri.

Jika dalam melihat sesuatu yang belum diketahui itu cenderung negatif, biasanya kandungan negatif dalam diri kita lebih banyak, dan begitu pun sebaliknya jika cenderung positif, maka kandungan positifnya mungkin lebih banyak.

Itu makanya seseorang yg dikasih hidayah untuk bertaubat akan selalu "menggali" dirinya sendiri. Misal, ketika melihat orang lain ada "kesalahan" maka kesadarannya akan selalu mencerminkan ke dirinya sendiri, apakah si diri ini punya "kesalahan" seperti yang terlihat tersebut.

Ketika sudah bisa berproses seperti ini maka akan sulit untuk bisa menghakimi orang lain, apalagi terkait keimanan dan ketakwaan, karena kesadarannya sendiri sering memberitahu bahwa dirinya masih penuh dosa, atau dengan kata lain belum beriman dan bertakwa.

Jadi segala sesuatu yang terlihat di luar diri itu akan menjadi pengingat untuk selalu berintrospeksi.

Rasulullah SAW bersabda:

”أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ“

Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, yang jika ia baik maka baiklah seluruh anggota tubuhnya, dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh anggota tubuhnya, ia adalah qalbu/hati.” (Muttafaq alaihi)

Ibn Athaillah ra. dalam al-Hikam mengibaratkan hati itu bagaikan cermin.

كيف يشرف قلب، صور الأكوان منطبقة في مرآته

أم كيف يرحل إلى الله وهو مكبل بشهواته

أم كيف يطمع أن يدخل حضرة الله وهو لم يتطهر من جنابة غفلانهه

"Bagaimana bisa hati dapat bersinar, sedangkan gambaran-gambaran duniawi masih menutupi cermin hati..?
Atau bagaimana bisa hati dapat mengadakan perjalanan menuju Allah, sedangkan hati terikat oleh nafsu syahwatnya..?
Atau bagaimana bisa hati berharap dapat memasuki hadirat Allah sedangkan hati tidak dibersihkan dari kelalaian..?"

Jika Tuhan ingin menunjukkan kepedulian-Nya kepada seorang hamba, maka Dia akan Menyibukkan hati dan pikirannya dengan rahasia-rahasia ketuhanan, dan melepaskan dia dari ikatan-ikatan obyek material yang gelap. Sebaliknya, jika Tuhan ingin Merendahkan derajat seorang hamba, maka Dia akan Menyibukkan hati dan pikirannya dengan obyek-obyek material yang gelap itu hingga akhirnya hati dan pikirannya gelap.” (Ibn Ajibah ra.)


Semoga..
#ombad #tasawuf