04 May 2019

ABAH ANOM, GUSDUR & JOKOWI

Pengalaman DIZHALIMI orang itu sangat tidak enak, menyesakkan dan pedih. Mungkin kita semua pernah mengalaminya, apakah di lingkungan kerja, karir, bisnis, pertemanan, dsb, bahkan pelakunya bisa orang yg paling dekat dan sangat dipercaya sebelumnya.

Saat didzalimi, siapapun ingin rasanya untuk membalas, apalagi jika punya kemampuan untuk membalasnya, baik secara halus maupun kasar. Tapi, bagi saya pribadi seakan-akan Hadist ini menyuruh agar lebih mengingat Allah dan tidak melakukan tindakan pembalasan.

Rasulullah SAW bersabda :

اِتَّقِ دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah.” (HR. Muslim, kitab Iman, dari Mu’adz bin Jabal ra.)

Dan ada kisah yg selalu menginspirasi sy agar selalu bisa untuk memaafkan yg mendzalimi, walau memang sangat sulit sekali.

Beberapa hari sebelum Muktamar NU ke-29 di Cipasung Tasikmalaya 1994, Gusdur sowan ke Pondok Pesantren Suryalaya menghadap Abah Anom (KH. Shohibul Wafa Tajul Arifin), hendak memohon doa dan restu dari pengasuh PP Suryalaya dan juga Mursyid TQN (Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah).

Baru saja Gusdur mau cium tangan, Abah Anom sudah berpesan:

"Kyai, andai Kyai (Gusdur) BISA MEMAAFKAN orang-orang yang mendzalimi Kyai, jangankan jadi Ketua NU jadi Presiden pun Kyai bisa."

Dan 5 tahun kemudian, ucapan Abah Anom ini pun terbukti.

Begitupun yg terjadi pada Jokowi, saat acara “Njejegake Sakaguru Nusantara” (Menegakkan Kembali Sokoguru Nusantara) di Solo pada tanggal 8 Januari 2006.

Saat itu Gusdur bersama sejumlah tokoh agama mengadakan pertemuan di Solo. Sewaktu Gusdur mampir di rumah dinas Walikota Solo (yaitu Jokowi, yang baru 6 bulan menjabat Walikota), terjadilah percakapan Gusdur dengan Mbah Liem (KH. Moeslim Rifa’i Imampuro).

Njenengan harus jadi presiden lagi Gus..” kata Mbah Liem sambil menepuk pundak Gusdur.

Mboten ngaten (tidak begitu), Mbah. Siapapun yang dikehendaki rakyat, termasuk Pak Jokowi ini, kalau dia jadi Walikota yang BAGUS, kelak juga bisa jadi Presiden..” jawab Gusdur.

Meski Gusdur tidak mengatakan urusan didzalimi, tetapi fakta mencatat bahwa Jokowi bahkan keluarganya banyak didzalimi lewat fitnah dan hoax.

Dan 8 tahun kemudian, ucapan Gusdur ini pun terbukti.


Semoga...
#ombad #abahanom #gusdur #jokowi

DIALOG IBN ABBAS VS KHAWARIJ

Ibn Abbas ra. berkata,

Orang-orang Khawarij memisahkan diri dari Ali ra., berkumpul di satu daerah untuk memberontak kepada Khalifah. Ketika itu, jumlah mereka 6.000 orang. Semenjak Khawarij berkumpul, setiap orang yg mengunjungi 'Ali ra. berkata --mengingatkannya--, “Wahai Amirul Mukminin, orang-orang Khawarij telah berkumpul untuk memerangimu.”

'Ali bin Abi Thalib kw. menjawab, “Biarkan saja, aku tidak akan memerangi mereka hingga mereka memerangiku, dan pasti mereka akan melakukannya.”

Hingga di suatu hari yg terik, saat masuk waktu dzuhur aku (Ibn Abbas) menjumpai Ali ra. Aku  berkata, “Wahai Amirul Mukminin, tunggulah cuaca dingin untuk shalat dzuhur, sepertinya aku akan mendatangi mereka (Khawarij) berdialog.”

'Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai Ibn Abbas, sungguh aku mengkhawatirkanmu..!”

Ibn Abbas menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, janganlah kau khawatirkan diriku. Aku bukanlah orang yg berakhlak buruk dan aku tidak pernah menyakiti seorang pun.”

Maka Ali pun mengizinkanku.

Jubah terbaik dari Yaman segera kupakai, kurapikan rambutku, dan kulangkahkan kaki ini hingga masuk di barisan mereka di tengah siang.”

Ibn Abbas ra. melanjutkan,

Aku benar-benar berada di tengah suatu kaum yg belum pernah kujumpai orang yg sangat bersemangat beribadah seperti mereka. Dahi-dahi mereka penuh luka bekas sujud, tangan-tangan menebal bak lutut-lutut unta (kapalan). Wajah-wajah mereka pucat pasi karena tidak tidur, menghabiskan malam untuk beribadah.”

Kuucapkan salam pada mereka. Serempak mereka menyambutku, “Selamat datang, wahai Ibn Abbas ra.. Apa gerangan yg membawamu kemari..?”

Aku berkata, “Aku datang pada kalian sebagai perwakilan dari sahabat Muhajirin dan sahabat Anshar, dan juga dari sisi menantu Rasulullah SAW (yakni 'Ali bin Abi Thalib), kepada para Shahabat-lah al-Quran diturunkan dan merekalah orang-orang yg paling mengerti makna al-Quran daripada kalian.”

Ibn Abbas ra. mengingatkan tentang kedudukan sahabat Muhajirin dan Anshar, serta bagaimana seharusnya prinsip seorang Muslim dalam memahami al-Quran dan Sunnah yaitu mengembalikan kepada pemahaman Sahabat karena kepada merekalah al-Quran diturunkan, dan merekalah orang yg paling mengerti al-Quran dan Sunnah. Ibn Abbas juga menegaskan besarnya kedudukan 'Ali bin Abi Thalib di sisi Allah, yaitu menantu Rasulullah SAW.

Begitu mendengar ucapan Ibn Abbas yg penuh makna dan merupakan prinsip hidup --yg tentunya tidak mereka sukai karena menyelisihi prinsip sesat mereka-- sebagian Khawarij memberi peringatan,

Jangan sekali-kali kalian berdebat dengan seorang Quraisy (yakni Ibn Abbas ra., pen.). Sesungguhnya Allah SWT berfirman:
Sebenarnya mereka adalah kaum yg suka bertengkar.” (QS. Az-Zukhruf: 58)

Dua atau tiga orang dari mereka berkata, “Biarlah kami yg akan mendebatnya..!”.

Ibn Abbas berkata, “Wahai kaum, beri aku alasan, mengapa kalian membenci menantu Rasulullah SAW beserta sahabat Muhajirin dan Anshar, padahal al-Quran diturunkan kepada mereka, dan tidak ada seorang sahabat pun yg bersama kalian. 'Ali adalah orang yg paling mengerti tentang penafsiran al-Quran.”

Mereka berkata, “Kami punya tiga alasan.”

Ibn Abbas mengatakan, “Sebutkan (tiga alasan kalian).”

Pertama, sungguh Ali telah menjadikan manusia sebagai hakim (pemutus perkara) dalam urusan Allah, padahal Allah  berfirman,
“…Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah…” (Yusuf: 40)
Hukum manusia tidak ada artinya di hadapan firman Allah Ta’ala." Kata mereka.

Ibn Abbas menanggapi, “Ini alasan kalian yg pertama.. lalu apa lagi..?”

Mereka melanjutkan,

Kedua, sesungguhnya 'Ali telah berperang dan membunuh, tapi mengapa tidak mau menawan dan mengambil Ghanimah. Kalau mereka (orang-orang yg berperang melawan 'Ali) itu mukmin tentu tidak halal bagi kita memerangi dan membunuh mereka. Tidak halal pula tawanan-tawanannya.”

Ibn Abbas  bertanya lagi, “Lalu apa alasan kalian yg ketiga..?”

Kata mereka,

Ketiga, dia telah menghapus sebutan Amirul Mukminin dari dirinya. Kalau dia bukan amirul mukminin (karena menghapus sebutan itu) berarti dia adalah Amirul Kafirin (pemimpin orang-orang kafir).”

Ibn Abbas ra. berkata, “Ada alasan selain ini..?”

Mereka berkata, “Cukup sudah bagi kami tiga perkara ini..!”


Bantahan Ibn Abbas ra. Atas Dangkalnya Pemahaman Khawarij

Lihatlah, bagaimana Khawarij mudah memvonis kafir, dan memberontak sekalipun kpd khalifah ar-Rasyid yg penuh keutamaan dan kemuliaan. Alasan-alasan mereka adalah kerancuan yg sangat lemah dan menunjukkan kedangkalan mereka dalam memahami al-Quran dan Sunnah.

Ibnu Abbas ra. mulai menanggapi,

Ucapan kalian bahwa Ali ra. telah menjadikan manusia untuk memutuskan perkara (untuk mendamaikan persengketaan antara kaum muslimin -pen), sebagai jawabannya akan kubacakan ayat yg membatalkan kerancuan kalian. Jika ucapan kalian terbantah, maukah kalian kembali (kepada jalan yg benar)..?”

Mereka menjawab, “Ya, tentu kami akan kembali.”

Ibn Abbas ra. berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT telah menyerahkan sebagian hukum-Nya kepada keputusan manusia, seperti dalam menentukan harga kelinci (sebagai tebusan atas kelinci yg dibunuh saat ihram). Allah SWT berfirman,
Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yg dibunuhnya, menurut putusan (hukum) dua orang yg adil di antara kamu, sebagai hadyu yg dibawa sampai ke Ka’bah, atau (dendanya) membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yg dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yg telah lalu. Dan barangsiapa yg kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.” (QS. Al-Maidah: 95)

Demikian pula dalam perkara perempuan dan suaminya yg bersengketa, Allah SWT juga menyerahkan hukumnya kepada hukum (keputusan) manusia untuk mendamaikan antara keduanya. Allah Ta’ala berfirman,
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kpd suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (QS. An-Nisa: 35)

Demi Allah, jawablah, apakah diutusnya seorang manusia untuk mendamaikan hubungan mereka dan mencegah pertumpahan darah di antara mereka lebih pantas utk dilakukan, atau hukum manusia perihal darah seekor kelinci dan urusan pernikahan wanita? Menurut kalian manakah yg lebih pantas..?”

Mereka katakan, “Inilah (yakni mengutus manusia utk mendamaikan manusia dari pertumpahan darah) yg lebih pantas.”

Ibn Abbas berkata, “Apakah kalian telah memahami masalah pertama..?”

Mereka berkata, “Ya.”

Ibn Abbas melanjutkan, “Adapun ucapan kalian bahwa Ali radhiallahu ‘anhu telah berperang tapi tidak mau mengambil ghanimah dari yg diperangi dan tidak menjadikan mereka sebagai tawanan, sungguh (dalam alasan kedua ini) kalian telah mencerca ibu kalian (yakni Aisyah).
Demi Allah! Kalau kalian katakan bahwa Aisyah bukan ibu kita, kalian telah keluar dari Islam (karena mengingkari firman Allah SWT). Demikian pula kalau kalian menjadikan Aisyah sebagai tawanan perang dan menganggapnya halal sebagaimana tawanan lainnya (sebagaimana layaknya orang-orang kafir), maka kalian pun keluar dari Islam. Sesungguhnya kalian berada di antara dua kesesatan, karena Allah SW berfirman,
Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS. Al-Ahzab: 6)

Ibn Abbas ra. berkata, “Apakah kalian telah memahami masalah ini..?”

Mereka menjawab, “Ya.”

Ibn Abbas berkata lagi,

Adapun ucapan kalian bahwasanya Ali telah menghapus sebutan Amirul Mukminin dari dirinya, maka (sebagai jawabannya) aku akan kisahkan kepada kalian tentang seorang yg kalian ridhai, yaitu Rasulullah SAW. Ketahuilah, bahwasanya beliau di hari Hudaibiyah (6 H) melakukan shulh (perjanjian damai) dengan orang-orang musyrikin, Abu Sufyan dan Suhail bin Amr. Tahukah kalian apa yg terjadi..?

Ketika itu Rasulullah SAW bersabda kepada Ali, “Wahai Ali, tulislah perjanjian utk mereka.” Ali menulis, “Inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah…”
Orang-orang musyrik berkata, “Demi Allah! Kami tidak tahu kalau engkau Rasul Allah. Kalau kami mengakui engkau sebagai utusan Allah tentu kami tidak akan memerangimu.”

Rasulullah SAW bersabda, “Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku adalah Rasulullah. Wahai 'Ali, tulislah ‘Ini adalah perjanjian antara Muhammad bin Abdilah…’.” (Rasulullah memerintahkan Ali untuk menghapus sebutan Rasulullah dalam perjanjian, pen.)

Ibn Abbas ra. berkata,

Demi Allah, sungguh Rasulullah SAW lebih mulia dari 'Ali, meskipun demikian Beliau menghapuskan sebutan Rasulullah dalam perjanjian Hudaibiyah…” (Apakah dengan perintah Rasul menghapuskan kata Rasulullah dalam perjanjian kemudian kalian mengingkari kerasulan beliau..? Sebagaimana kalian ingkari keislaman 'Ali karena menghapus sebutan Amirul Mukminin..?

Ibnu Abbas melanjutkan, “Maka kembalilah 2000 orang dari mereka, sementara lainnya tetap memberontak (dan berada di atas kesesatan), hingga mereka diperangi dalam sebuah peperangan besar (yakni perang Nahrawan).”


(Kitab Talbis Iblis, Ibn Al-Jauzi ra.)

Semoga...
#ombad #khawarij #ibnabbas

03 May 2019

KHAWARIJ AL-QA'DIYAH

Kelompok Al Qa’diyah ini merupakan sekte Khawarij yang paling berbahaya.” (Riwayat Imam Abu Dawud ra, Masail Ahmad, dari 'Abdullah Adh Dha’if)

والقعدية قوم من الْخَوَارِج كَانُوا يَقُولُونَ بقَوْلهمْ وَلَا يرَوْنَ الْخُرُوج بل يزينونه

"Al-Qa’diyah adalah kelompok sempalan dari Khawârij yang berpandangan tidak perlu memberontak atas penguasa akan tetapi mereka hanya merangsang untuk memberontak." (Ibnu Hajar Al-Asqalani ra., Fathul Baari)

القعدية قوم الخوارج كانوا يقولون بقولهم ولا يرون بالخروج بل يدعون إلى آرائهم ويزينون مع ذلك الخروج ويحسنونه

Al-Qa’diyah termasuk kaum Khawarij yang bermain dengan kata-kata, dan tidak memandang perlu pemberontakan, akan tetapi mereka mengajak manusia pada opini mereka dan menghasut --untuk memberontak--.” (Syeikh Muhammad As-Sakhawi, Fathul Mughits)

Jika mempelajari diskusi antara Ibn Abbas ra. dengan kelompok Khawarij, dapat diketahui bahwa kesalahan kelompok ini karena tak ada seorang pun Shahabat yg berada di dalam kelompok ini. Artinya pemahaman mereka ini bukan pemahaman para Shahabat dan para Ulama yg mengikuti jalan para Shahabat.

Jadi penyebabnya adalah adanya kesalahan dalam memahami ayat al-Qur’an dimana ayat-ayat itu dipahami tidak pada tempatnya atau salah memahami maksudnya.

Rasulullah SAW bersabda,

الْخَوَارِجُ كِلَابُ النَّارِ

"Khawarij adalah anjing-anjingnya neraka." (HR. Ahmad & Ibn Majah)

Khawarij itu adalah orang pertama yang mengafirkan kaum Muslimin, mereka mengafirkan lantaran dosa-dosa (yaitu dosa-dosa selain syirik) dan juga mengafirkan siapa yang bertentangan dengan mereka dalam bid’ah mereka itu, menghalalkan darah dan hartanya, begitulah halnya Ahlul bid’ah; mereka mengadakan suatu bid’ah dan mengafirkan siapa yang bertentangan dengan mereka dalam bid’ah itu.” (Ibn Taimiyah ra.)

Kelompok yg seperti ini akan selalu ada, bisa dengan tampilan dan nama apapun, sebutlah Neo-Khawarij. Tanda yg paling terlihat adalah mereka terus-menerus memprovokasi umat untuk menentang penguasa/pemimpinnya. Mereka pun selalu membangun narasi-narasi tertentu (fitnah, hoax) agar ketidak-percayaan umat kepada pemimpinnya makin besar.

Semoga...
#ombad #tasawuf

SAAT....

Saat yang dicintai mendapat Musibah adalah Ujian, tetapi bagi yang dibencinya itu adalah Azab.

Saat yang dicintai mendapat Musibah adalah orang Baik, tetapi bagi yang dibencinya itu adalah orang Dzalim.

Saat sependapat dengan dirinya adalah orang Beriman, tetapi bagi yang tidak sependapat itu adalah orang Munafik.

Saat pembenaran dari dirinya adalah acuan Kebenaran, tetapi pembenaran dari orang lain adalah Kesesatan.

Saat membawa nama Tuhan terang-terangan, tetapi kepentingan diri yang jadi tujuan.

Saat berteriak nama Tuhan di kerumunan, tetapi bersama setan dalam kesendirian.

Saat berteriak kesucian dalam keramaian, tetapi berteman dosa dalam kesunyian.

Saat bersemangat caci maki di tempat suci, tetapi tutup erat kebusukan diri sendiri.

Saat Kecintaan berlebihan ke satu sisi, tetapi melahirkan Kebencian di lain sisi.

Dan itulah HAWA NAFSU.

Semoga..
#ombad #tasawuf

01 May 2019

MERASA PANTAS JADI KHALIFAH

Iblis itu merasa dicurangi Allah terkait urusan Khalifah dimana Allah memilih Adam as. Meski Iblis menganggap Adam lebih rendah, tetapi dalam pandangan Allah, Adam lah yg lebih mulia dan lebih pantas untuk menjadi Khalifah Alam Semesta karena sudah bermakrifat (lebih sempurna ilmunya).

Adam dikaruniai pengetahuan tentang benda-benda (QS. 2:31) dan ilham (QS. 2:37) sehingga makin memudahkan dalam proses perkembangan menuju kesempurnaan ruhaninya (insan kamil). Adam pun dikaruniai pula kemampuan akal (menimbang dan berfikir).

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar'.." (QS. Al-Baqarah, 2 : 31)

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah, 2: 37)

Melalui Pengetahuan dan Ilham, Adam pun memperoleh derajat melebihi Malaikat, sehingga para malaikat diperintahkan sujud kepadanya (QS. 2:34).


وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
 
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam', maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah, 2 : 34)

Nah.. karena Iblis merasa benar dengan dirinya.. akhirnya sombongnya keluar dan berpendapat bahwa Adam as itu tidak pantas, Iblis tidak mau mengakui Khalifatullah Adam serta menolak untuk menghormatinya (sujud).

Penyebab dari semua ini adalah sifat Dengki si Iblis, iri dengkinya ini menyebabkan ia tidak suka kepada Adam as. yg terpilih jadi Khalifah. Kedengkian ini akhirnya menghasilkan sifat sombong, merasa lebih baik, merasa lebih benar, dan merasa lebih pantas jadi Khalifah. Dan akhirnya berbuah Dendam.

Pola dan motif penentangan Iblis ini sangat berbeda dengan "penentangan" Malaikat karena fitrahnya pun sangat berbeda.

Iblis menentang dengan dilandasi iri dengki, sedangkan para malaikat "menentang" nya itu lebih ke "bertanya" karena dilandasi fitrah yg suci, yaitu Kebaikan dan Kesucian. Para malaikat mengira bahwa tasbih dan memuji Allah adalah puncak dari segala wujud, dimana dianggapnya puncak ini terwujud dengan adanya mereka. Jadi pertanyaan para malaikat ini hanya menggambarkan keheranan mereka, dan bukan berasal dari penentangan.


Semoga..
#ombad #tasawuf

30 April 2019

ULAMA VS SELEBRITIS

Jadi "ulama" di Indonesia itu kok kayak mudah sekali, berbeda dengan Ulama dulu dimana para ulama dulu itu terkenal karena karya-karya kitabnya.

Sekarang, seseorang bisa dianggap ulama jika bisa ceramah di panggung-panggung meski sambil mencaci-maki. Sedangkan jaman dulu, para ulama lebih fokus ke karya (tulisan, kitab), dimana banyak dari mereka yg menghasilkan kitab-kitab agama, baik dalam bidang fiqh, ushul fiqh, ilmu kalam, tasawuf, dsb.

Sejarah mencatat bahwa dari satu orang ulama saja bisa menghasilkan beberapa kitab bahkan berpuluh-puluh kitab. Kitab-kitab mereka makin memperkaya khazanah keilmuan dalam Islam, masih ada buktinya dan bisa dipelajari sampai sekarang.

Sebagai contoh, salah satu ulama Indonesia, Prof. Quraish Shihab, dimana karyanya lebih dari 60 kitab, diantaranya :

Tafsir Al-Mishbah (15 Volume); Menyingkap Tabir Ilahi Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an; Untaian Permata Buat Anakku; Pengantin al-Qur'an; Membumikan al-Qur'an ; Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan; Wawasan al-Qur'an ; Menabur Pesan Ilahi ; Asmâ' al-Husnâ Dalam Perspektif al-Qur'an (4 buku); Dan berpuluh-puluh kitab lainnya.

Begitupun misalnya dengan seorang Ulama dulu (tahun 1000 M) yaitu Imam Ghazali ra., banyak karya-karyanya yg sangat fundamental, seperti :

1). Ihya’ Ulumuddin ; 2). Arba’in Fi Ushuliddin. ; 3). Bidayatul Hidayah. ; 4). Qawa’idul Aqa’id. ; 5). Al-Iqtishad Fil I’tiqad. ; 6). Al-Falasifah. ; 7). Ma’arijul Qudsi fi Madariji Ma’rifati An-Nafsi. ; 8). Qanun At-Ta’wil. ; 9). Iljamul Awam An Ilmil Kalam. ; 10). Raudhatuth Thalibin Wa Umdatus Salikin. ; 11). Ar-Risalah Al-Laduniyah. ; 12). Misykatul Anwar. ; 13). Al-Mustashfa Min Ilmil Ushul. ; dll.

Menulis itu merupakan tradisi para ulama sejak jaman dulu karena mereka ingin ilmunya menjadi amal jariyah secara abadi meski mereka sudah di akhirat, dan juga karena wasiat dari Rasulullah SAW berikut :

  قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ  ( رواه الطبراني والحاكم )

Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Thabrani dan Hakim)

Apakah "ulama" sekarang ini terlalu sibuk berceramah sehingga ilmunya hanya sampai tenggorokan dan keburu keluar dari mulut..? Ataukah hatinya belum tergerak untuk membuat karya (kitab) selayaknya seorang Ulama..?

Sesuatu yg menggelikan jika sekelompok orang menyebut diri sebagai ulama tapi tidak mencontoh ulama-ulama terdahulu yg banyak mengeluarkan karya berupa kitab-kitab agama untuk memperbanyak pembendaharaan khazanah keilmuan Islam.

Satu hal yg pasti, Hadist di bawah ini menyiratkan bahwa seorang Penceramah (da'i) itu belum tentu seorang Ulama.

Rasulullah SAW bersabda,

"Sungguh, kalian ini berada pada jaman yg Banyak Ulamanya dan sedikit Penceramahnya. Sedangkan jaman setelah kalian adalah jaman yg Banyak Penceramahnya dan Sedikit Ulamanya." (HR. Bukhari, Kitab Adabul Mufrad, dari Abdullah Ibn Mas'ud ra.)

Itulah kenapa saat ini di Indonesia sedang marak :
Selebritis bisa dipanggil Ustad,
sedangkan Kiai bisa dianggap Murtad. 
Baru tahu Islam bisa jadi Panutan,
sedangkan Mufassir bisa dianggap Kafir..

😀
Semoga..
#ombad #tasawuf

29 April 2019

DENGKI BERANAK BENCI

Dengki (hasad) itu penyakit hati yg umurnya sangat tua, seumur manusia di dunia.

Perbuatan Dengki ini dilakukan pertama kali oleh Qabil (kembarannya Iqlima) kepada Habil (kembarannya Layudha). Dan Kedengkiannya Qabil ini yg menyebabkan terbunuhnya Habil.
 
Hasad (dengki) adalah dosa yg pertama kali dilakukan di langit dan di bumi, di langit adalah dengkinya iblis kepada Adam as. dan di bumi adalah dengkinya Qabil kepada Habil.” (Al-Qurthubi ra.)

Penyakit Dengki ini sangat sulit dikendalikan karena semua penyakit hati yg muncul itu berasal dari Dengki, jadi merupakan bibit/dasar dari semua penyakit hati.

Sifat Dengki inilah yg mengawali dan menumbuh-kembangkan semua penyakit hati. Secara tersirat Rasulullah SAW menyebutnya "memakan Kebaikan", memusnahkan sifat-sifat baik di dalam hati, kemudian selanjutnya memunculkan semua penyakit hati.

Rasulullah SAW bersabda,

Hindarilah Dengki karena Dengki itu memakan --menghancurkan-- Kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud).

Dan begitupun dengan Kebencian yg merupakan produk dari Kedengkian, yg dirugikan itu bukanlah orang yg dibenci atau didengki, melainkan si pembenci atau si pendengki itu sendiri.

"Kebencian itu ibarat kau meminum racun, tapi berharap orang lain yang mati." ('Ali bin Abi Thalib kw.)


Semoga...
#ombad #tasawuf

28 April 2019

MENANG...?

Itu buat yg suaranya pingin nambah gede, daripada teriak-teriak curang, mendingan datangin Mak Érot aja.. 😍

Untungnya sy udah gede.. ehh.. maksudnya, sy dulu diajarin sejarah tentang Perang Uhud, dimana Rasulullah SAW tidak menuduh curang meski Beliau dan pasukannya kalah. Dan Rasulullah SAW pun menyuruh kaum Muslimin untuk berintrospeksi atas kekalahannya. Sekualitas Rasul yg ma'sum aja seperti itu lho..

Dan selanjutnya, peperangan pun selalu dimenangkan Rasulullah SAW beserta pasukannya. Kenapa..?

Karena buah dari Introspeksi ini adalah Strategi dan Manajemen untuk mencapai Keberhasilan (kemenangan), dan tentunya dalam batasan Keridhaan Allah SWT Yang Maha Adil.

Jadi kalau mau menang, bertempurlah dengan diri sendiri dulu sehingga jiwa-jiwa ilahiyah bisa menang dalam melawan jiwa-jiwa nafsiyah yg tersembunyi dalam diri. Bukannya merasa menang padahal itu teriakan jiwa-jiwa nafsiyah yg tanpa sadar telah meracuni diri..

"Kebencian itu ibarat kau meminum racun, tapi berharap orang lain yang mati." ('Ali bin Abi Thalib kw.)

Jangan-jangan cermin diri sudah penuh dengan racun meski tetap keukeuh dalam ilusinya bahwa sang diri merasa menang dan lawannya itu pasti kalah.

Dan tentunya ada hikmah yg tersembunyi ketika dalam adzan, sesudah "Hayya 'alas Sholah" kemudian dilanjutkan dengan "Hayya 'alal Falaah.."

Jadi.. kapan mau ke Mak Érot..? 😍

Semoga...
#ombad #tasawuf