04 May 2019

DIALOG IBN ABBAS VS KHAWARIJ

Ibn Abbas ra. berkata,

Orang-orang Khawarij memisahkan diri dari Ali ra., berkumpul di satu daerah untuk memberontak kepada Khalifah. Ketika itu, jumlah mereka 6.000 orang. Semenjak Khawarij berkumpul, setiap orang yg mengunjungi 'Ali ra. berkata --mengingatkannya--, “Wahai Amirul Mukminin, orang-orang Khawarij telah berkumpul untuk memerangimu.”

'Ali bin Abi Thalib kw. menjawab, “Biarkan saja, aku tidak akan memerangi mereka hingga mereka memerangiku, dan pasti mereka akan melakukannya.”

Hingga di suatu hari yg terik, saat masuk waktu dzuhur aku (Ibn Abbas) menjumpai Ali ra. Aku  berkata, “Wahai Amirul Mukminin, tunggulah cuaca dingin untuk shalat dzuhur, sepertinya aku akan mendatangi mereka (Khawarij) berdialog.”

'Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai Ibn Abbas, sungguh aku mengkhawatirkanmu..!”

Ibn Abbas menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, janganlah kau khawatirkan diriku. Aku bukanlah orang yg berakhlak buruk dan aku tidak pernah menyakiti seorang pun.”

Maka Ali pun mengizinkanku.

Jubah terbaik dari Yaman segera kupakai, kurapikan rambutku, dan kulangkahkan kaki ini hingga masuk di barisan mereka di tengah siang.”

Ibn Abbas ra. melanjutkan,

Aku benar-benar berada di tengah suatu kaum yg belum pernah kujumpai orang yg sangat bersemangat beribadah seperti mereka. Dahi-dahi mereka penuh luka bekas sujud, tangan-tangan menebal bak lutut-lutut unta (kapalan). Wajah-wajah mereka pucat pasi karena tidak tidur, menghabiskan malam untuk beribadah.”

Kuucapkan salam pada mereka. Serempak mereka menyambutku, “Selamat datang, wahai Ibn Abbas ra.. Apa gerangan yg membawamu kemari..?”

Aku berkata, “Aku datang pada kalian sebagai perwakilan dari sahabat Muhajirin dan sahabat Anshar, dan juga dari sisi menantu Rasulullah SAW (yakni 'Ali bin Abi Thalib), kepada para Shahabat-lah al-Quran diturunkan dan merekalah orang-orang yg paling mengerti makna al-Quran daripada kalian.”

Ibn Abbas ra. mengingatkan tentang kedudukan sahabat Muhajirin dan Anshar, serta bagaimana seharusnya prinsip seorang Muslim dalam memahami al-Quran dan Sunnah yaitu mengembalikan kepada pemahaman Sahabat karena kepada merekalah al-Quran diturunkan, dan merekalah orang yg paling mengerti al-Quran dan Sunnah. Ibn Abbas juga menegaskan besarnya kedudukan 'Ali bin Abi Thalib di sisi Allah, yaitu menantu Rasulullah SAW.

Begitu mendengar ucapan Ibn Abbas yg penuh makna dan merupakan prinsip hidup --yg tentunya tidak mereka sukai karena menyelisihi prinsip sesat mereka-- sebagian Khawarij memberi peringatan,

Jangan sekali-kali kalian berdebat dengan seorang Quraisy (yakni Ibn Abbas ra., pen.). Sesungguhnya Allah SWT berfirman:
Sebenarnya mereka adalah kaum yg suka bertengkar.” (QS. Az-Zukhruf: 58)

Dua atau tiga orang dari mereka berkata, “Biarlah kami yg akan mendebatnya..!”.

Ibn Abbas berkata, “Wahai kaum, beri aku alasan, mengapa kalian membenci menantu Rasulullah SAW beserta sahabat Muhajirin dan Anshar, padahal al-Quran diturunkan kepada mereka, dan tidak ada seorang sahabat pun yg bersama kalian. 'Ali adalah orang yg paling mengerti tentang penafsiran al-Quran.”

Mereka berkata, “Kami punya tiga alasan.”

Ibn Abbas mengatakan, “Sebutkan (tiga alasan kalian).”

Pertama, sungguh Ali telah menjadikan manusia sebagai hakim (pemutus perkara) dalam urusan Allah, padahal Allah  berfirman,
“…Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah…” (Yusuf: 40)
Hukum manusia tidak ada artinya di hadapan firman Allah Ta’ala." Kata mereka.

Ibn Abbas menanggapi, “Ini alasan kalian yg pertama.. lalu apa lagi..?”

Mereka melanjutkan,

Kedua, sesungguhnya 'Ali telah berperang dan membunuh, tapi mengapa tidak mau menawan dan mengambil Ghanimah. Kalau mereka (orang-orang yg berperang melawan 'Ali) itu mukmin tentu tidak halal bagi kita memerangi dan membunuh mereka. Tidak halal pula tawanan-tawanannya.”

Ibn Abbas  bertanya lagi, “Lalu apa alasan kalian yg ketiga..?”

Kata mereka,

Ketiga, dia telah menghapus sebutan Amirul Mukminin dari dirinya. Kalau dia bukan amirul mukminin (karena menghapus sebutan itu) berarti dia adalah Amirul Kafirin (pemimpin orang-orang kafir).”

Ibn Abbas ra. berkata, “Ada alasan selain ini..?”

Mereka berkata, “Cukup sudah bagi kami tiga perkara ini..!”


Bantahan Ibn Abbas ra. Atas Dangkalnya Pemahaman Khawarij

Lihatlah, bagaimana Khawarij mudah memvonis kafir, dan memberontak sekalipun kpd khalifah ar-Rasyid yg penuh keutamaan dan kemuliaan. Alasan-alasan mereka adalah kerancuan yg sangat lemah dan menunjukkan kedangkalan mereka dalam memahami al-Quran dan Sunnah.

Ibnu Abbas ra. mulai menanggapi,

Ucapan kalian bahwa Ali ra. telah menjadikan manusia untuk memutuskan perkara (untuk mendamaikan persengketaan antara kaum muslimin -pen), sebagai jawabannya akan kubacakan ayat yg membatalkan kerancuan kalian. Jika ucapan kalian terbantah, maukah kalian kembali (kepada jalan yg benar)..?”

Mereka menjawab, “Ya, tentu kami akan kembali.”

Ibn Abbas ra. berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT telah menyerahkan sebagian hukum-Nya kepada keputusan manusia, seperti dalam menentukan harga kelinci (sebagai tebusan atas kelinci yg dibunuh saat ihram). Allah SWT berfirman,
Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yg dibunuhnya, menurut putusan (hukum) dua orang yg adil di antara kamu, sebagai hadyu yg dibawa sampai ke Ka’bah, atau (dendanya) membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yg dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yg telah lalu. Dan barangsiapa yg kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.” (QS. Al-Maidah: 95)

Demikian pula dalam perkara perempuan dan suaminya yg bersengketa, Allah SWT juga menyerahkan hukumnya kepada hukum (keputusan) manusia untuk mendamaikan antara keduanya. Allah Ta’ala berfirman,
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kpd suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (QS. An-Nisa: 35)

Demi Allah, jawablah, apakah diutusnya seorang manusia untuk mendamaikan hubungan mereka dan mencegah pertumpahan darah di antara mereka lebih pantas utk dilakukan, atau hukum manusia perihal darah seekor kelinci dan urusan pernikahan wanita? Menurut kalian manakah yg lebih pantas..?”

Mereka katakan, “Inilah (yakni mengutus manusia utk mendamaikan manusia dari pertumpahan darah) yg lebih pantas.”

Ibn Abbas berkata, “Apakah kalian telah memahami masalah pertama..?”

Mereka berkata, “Ya.”

Ibn Abbas melanjutkan, “Adapun ucapan kalian bahwa Ali radhiallahu ‘anhu telah berperang tapi tidak mau mengambil ghanimah dari yg diperangi dan tidak menjadikan mereka sebagai tawanan, sungguh (dalam alasan kedua ini) kalian telah mencerca ibu kalian (yakni Aisyah).
Demi Allah! Kalau kalian katakan bahwa Aisyah bukan ibu kita, kalian telah keluar dari Islam (karena mengingkari firman Allah SWT). Demikian pula kalau kalian menjadikan Aisyah sebagai tawanan perang dan menganggapnya halal sebagaimana tawanan lainnya (sebagaimana layaknya orang-orang kafir), maka kalian pun keluar dari Islam. Sesungguhnya kalian berada di antara dua kesesatan, karena Allah SW berfirman,
Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS. Al-Ahzab: 6)

Ibn Abbas ra. berkata, “Apakah kalian telah memahami masalah ini..?”

Mereka menjawab, “Ya.”

Ibn Abbas berkata lagi,

Adapun ucapan kalian bahwasanya Ali telah menghapus sebutan Amirul Mukminin dari dirinya, maka (sebagai jawabannya) aku akan kisahkan kepada kalian tentang seorang yg kalian ridhai, yaitu Rasulullah SAW. Ketahuilah, bahwasanya beliau di hari Hudaibiyah (6 H) melakukan shulh (perjanjian damai) dengan orang-orang musyrikin, Abu Sufyan dan Suhail bin Amr. Tahukah kalian apa yg terjadi..?

Ketika itu Rasulullah SAW bersabda kepada Ali, “Wahai Ali, tulislah perjanjian utk mereka.” Ali menulis, “Inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah…”
Orang-orang musyrik berkata, “Demi Allah! Kami tidak tahu kalau engkau Rasul Allah. Kalau kami mengakui engkau sebagai utusan Allah tentu kami tidak akan memerangimu.”

Rasulullah SAW bersabda, “Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku adalah Rasulullah. Wahai 'Ali, tulislah ‘Ini adalah perjanjian antara Muhammad bin Abdilah…’.” (Rasulullah memerintahkan Ali untuk menghapus sebutan Rasulullah dalam perjanjian, pen.)

Ibn Abbas ra. berkata,

Demi Allah, sungguh Rasulullah SAW lebih mulia dari 'Ali, meskipun demikian Beliau menghapuskan sebutan Rasulullah dalam perjanjian Hudaibiyah…” (Apakah dengan perintah Rasul menghapuskan kata Rasulullah dalam perjanjian kemudian kalian mengingkari kerasulan beliau..? Sebagaimana kalian ingkari keislaman 'Ali karena menghapus sebutan Amirul Mukminin..?

Ibnu Abbas melanjutkan, “Maka kembalilah 2000 orang dari mereka, sementara lainnya tetap memberontak (dan berada di atas kesesatan), hingga mereka diperangi dalam sebuah peperangan besar (yakni perang Nahrawan).”


(Kitab Talbis Iblis, Ibn Al-Jauzi ra.)

Semoga...
#ombad #khawarij #ibnabbas