28 October 2019

KESESATAN BERPIKIR

Kesesatan dalam menapaki jalan spiritual, seringkali terjadi pada para penempuh spiritual. Kesesatan ini terjadi karena ketidaktepatan dalam memaknai proses yang biasanya muncul berupa fenomena-fenomena tertentu. 
 
KETIDAKTEPATAN dalam 'menterjemahkan' suatu fenomena ini sering terjadi karena pemahaman yang tidak lengkap dan terintegrasi, dan juga karena adanya pengaruh dari dorongan hawa nafsu seperti : Kepentingan pribadi, aspek Hubbud Dunya, Ketenaran (sum'ah), Politik, Kekuasaan, Kesombongan, dsb. 
 
Dalam sosiologi, ini mungkin bisa dikategorikan KESESATAN BERPIKIR INDUKTIF, yang berupa : 
 
1. Kesesatan Dalam PENGAMATAN; tidak lengkap dan tidak teliti. 

2. Kesesatan Dalam PENGELOMPOKAN;  tidak lengkap, tumpang-tindih dan campur-aduk. 
 
3. Kesesatan Dalam PENENTUAN HIPOTESIS; meragukan dan bertentangan dengan fakta. 
 
4. Kesesatan Dalam ANALOGI. 
 
5. Kesesatan Dalam PENENTUAN SEBAB, yaitu : 
 
- Tergesa-gesa mengambil kesimpulan (Post Hoc Propter Hoc), 
 
- Analisis yang tidak cukup antesedennya, dimana untuk mendukung suatu analisis agar mudah mendapat pengukuhan, haruslah dilakukan dengan menyebutkan anteseden-anteseden secara lengkap dan mereduksi faktor-faktor yang tidak relevan. Bila tidak demikian maka kesimpulan yang diambil tidak akan merupakan akibat atau tidak ditarik dari antesedennya.

- Analisis tanpa perbedaan-perbedaan. 
Jika membuat analisis tentang perbedaan-perbedaan tetapi justru tidak mengemukakan perbedaan-perbedaannya maka analisisnya tidak sah. Terutama bila menggunakan metode ataupun perbandingan.

- Keseiringan untuk sementara yang kebetulan. Hal-hal yang terjadi secara seiring kali menimbulkan kesesatan dalam menafsirkan atau dalam usaha untuk memahaminya. Kesesatan ini oleh karena tergoda oleh Metode Berpikir Sebab - Akibat.
 
- Generalisasi yang tergesa-gesa. Kesesatan ini sebenarnya sederhana, dimana hanya merupakan penyimpulan yang berlebihan dari yang dapat dijamin oleh bukti yang diajukan. Mungkin catatan peristiwa atau faktanya belum tuntas tetapi telah menyusun kesimpulan secara final. 

Dan satu yang penting, bagaimanapun dibutuhkan kekuatan logika (nalar) karena ini berhubungan dengan "ketepatan" cara berpikir. Bagaimana cara menyusun "pikiran" sehingga dapat menggambarkan ketepatan dalam memaparkan ilmu (baca : fenomena). Jadi harus diingat bahwa "Tepat itu belum tentu Benar", sedangkan Benar selalu mempunyai dasar yang tepat, sehingga logika pun tidak mempersoalkan "kebenaran sesuatu yang dipikirkan" akan tetapi membatasi diri pada ketepatan susunan berpikir yang menyangkut ilmu, pengetahuan maupun fenomena spiritual. 
 
Semoga..
#ombad #tasawuf