24 June 2017

GAK LEVEL AHH....!!

Imam Ghazali ra. pernah mengatakan ada jenis manusia yg paling buruk, yaitu: Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (Dia Tidak Tahu kalau dirinya Tidak Tahu). Jenis manusia yg selalu merasa paling mengerti, selalu merasa paling tahu, selalu merasa paling memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. (Silakan lihat postingan sy, SUDAH BODOH, SOMBONG LAGI.. https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10209638004931831&id=1380159371 ). Kalau dalam agama, ini biasanya disebut AHMAQ (Jahil Murakkab). 

Mari kita bandingkan secara apple to apple, walau sebetulnya jauh dari pantas.. :D

Novelis Jonru telah menghasilkan beberapa buku novel, yaitu:

- Novel "Cinta Tak Terlerai" ;
- Kumpulan Cerpen “Cowok di Seberang Jendela” ;
- "Menerbitkan Buku Itu Gampang!” ;
- "Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat” ;
- Novel “Cinta Tak Sempurna” ;
- "Saya Tobat!” .. :D

Sedangkan Mufassir Habib Quraish Shihab, sampai saat ini telah menghasilkan karya dalam bidang keislaman lebih dari 50 buku, termasuk karya yg paling sulit dan sangat monumental, yaitu Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume, 2003). Kenapa paling sulit..? Karena untuk bisa membuat Kitab Tafsir itu, minimal harus menguasai 12 disiplin keilmuan dalam Islam. (Lihat postingan sy tentang SYARAT MUFASSIR,  https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10206114021274442&id=1380159371 ). 

 

Beberapa karya Prof. Dr. Quraish Shihab, diantaranya yaitu :

- Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (1984); 

- Satu Islam, Sebuah Dilema (1987); 

- Filsafat Hukum Islam (1987); 

- Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (1990); 

- Membumikan al-Qur'an, Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1994); 

- Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan (1994); 

- Wawasan al-Qur'an, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (1996); 

- Studi Kritis Tafsir al-Manar (1996);

- Tafsir al-Qur'an (1997); 

- Menyingkap Tabir Ilahi, Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an (1998); 

- Untaian Permata Buat Anakku (1998); 

- Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur'an (1999); 

- Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (1999);
- Pengantin al-Qur'an (1999); 

- Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdah (1999); 

- Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Al Qur'an dan Hadits (1999); 

- Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah dan Muamalah (1999); 

- Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Wawasan Agama (1999); 

- Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir Al Quran (1999); 

- Haji Bersama Quraish Shihab (1999); 

- Sahur Bersama Quraish Shihab (1999); 

- Jalan Menuju Keabadian (2000); 

- Panduan Puasa bersama Quraish Shihab (2000); 

- Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (2003); 

- Menjemput Maut, Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT (2003); 

- Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan Kontemporer (2004); 

- Dia di Mana-mana, Tangan Tuhan di balik Setiap Fenomena (2004); 

- Perempuan (2005); 

- Logika Agama, Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam (2005); 

- Rasionalitas al-Qur'an, Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (2006); 

- Menabur Pesan Ilahi, al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (2006); 

- Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (2006); 

- Asmâ' al-Husnâ, Dalam Perspektif al-Qur'an (4 buku);

- Sunnah - Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?, Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran (2007); 

- Al-Lubâb; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan Juz 'Amma (2008); 

- M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui (2008); 

- Doa Harian bersama M. Quraish Shihab (2009); 

- M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui (2010); 

- Al-Qur'ân dan Maknanya; Terjemahan Makna disusun oleh M. Quraish Shihab (2010); 

- Membumikan al-Qur'ân Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan (2011);

- Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan Al-Quran dan Hadits Shahih (2011); 

- Do'a al-Asmâ' al-Husnâ, Doa yang Disukai Allah SWT (2011);

- Tafsîr Al-Lubâb; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur'ân (Boxset terdiri dari 4 buku, 2012)..

 

Udah ahh.. sy cape nulisnya.. pokoknya masih banyak sekali karyanya.

Jadi sebaiknya lebih tahu diri, gak usah ngomentarin urusan aqidah dan keislamannya Habib Quraish Shihab, bukan levelnya.. :D

Dan ajakan memboikot mesjid (baca: rumah Allah) itu dari mana ilmunya..? A'udzubillaahi min dzalik.

Mudah-mudahan kita semua dijaga dari Kebodohan dan Kesombongan seperti itu.

Semoga....

#ombad

ESENSI ZAKAT

Secara tata bahasa Arab, Zakat mempunyai beberapa makna, diantaranya :

1. AT-THOHUR (Membersihkan atau Mensucikan).

Jadi orang yg berzakat karena Allah, ia akan dibersihkan dan disucikan baik hartanya maupun jiwanya.

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka  dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu  ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)

2. AL-BAROKAH (Berkah).

Orang yg selalu membayar zakat, hartanya akan selalu dilimpahkan keberkahan (hidup), karena memakai harta yg bersih dan suci.

3. AN-NUWUW (Tumbuh, Berkembang).

Ada dua aspek dalam rinjauan an-Nuwuw ini, yaitu aspek Internal (si pemberi zakat/shadaqah), dan aspek Eksternal si penerima zakat) nya.

Aspek Internal bagi Orang yg selalu menunaikan zakat, hartanya (dengan izin Allah) akan selalu terus tumbuh dan berkembang.

Sedangkan secara Aspek Eksternal, bagi si penerima zakatnya, yg dimaksud "berkembang" adalah zakat/shadaqah ini harus bisa mengembangkan kualitas hidup orang yg masih di bawah, baik secara ilmu/pendidikan maupun ekonomi.

Jadi bukan sekedar memberi atau menerima saja, tetapi apakah zakat (shadaqah) yg anda berikan ke orang lain sudah bisa membuat orang tersebut berkembang kualitas hidupnya, baik secara pendidikan maupun ekonominya..? Empowering.

Dan satu yg harus diingat, yg dizakatkan itu harta yg bersih atau Halal, kalo harta yg haram mah ngapain, gak akan diterima... emang mau nipu Allah..? Kan gak lucu, misalnya shalat di atas sajadah curian, ataupun berwudhu dengan air kencing. Walaupun teknis ibadahnya bener juga, ya gak ada gunanya, gak akan diterima, karena syarat sah ibadahnya gak sesuai aturan syariat.

Dan jika melihat uraian di atas, jelaslah bahwa Zakat ataupun Shadaqah itu esensinya adalah Sharing & Caring kepada sesama, baik melalui materi maupun immateri.

Semoga....

#ombad #tasaquf #ramadhan29

23 June 2017

LOGIKA SEDERHANA VS SOMPLAK

LOGIKA SEDERHANA

Jika di suatu lingkungan (kerja) orang-orang jujur banyak dimusuhi berarti di lingkungan itu pasti banyak Maling.

Jadi kalau ada yg berani menangkap dan melibas para Koruptor, kemudian ternyata yg melibasnya ini dimusuhi bahkan mau "dimatikan", maka sudah pasti yg memusuhi dan mau "mematikan" nya ini para Koruptor.

Pertanyaannya,
Jika KPK dimusuhi sampai mau ada Hak Angket segala oleh DPR, berarti .....?

Sederhana kan logikanya..? :D


LOGIKA SOMPLAK

Lihat gambar di bawah.. Itu contoh logika somplak.

"Pertanyaannya kok #15tahunKPK OTT makin banyak? Bukankah ini pengakuan korupsi tambah banyak? Lalu sukses KPK di mana?"

Logika somplak itu analoginya bisa seperti ini :

Pertanyaannya kok #RibuanParaNabi penjahat makin banyak? Bukankah ini pengakuan kejahatan makin banyak? Lalu sukses Para Nabi di mana..?

Pertanyaannya kok #1300tahunQuran yg dzalim makin banyak? Bukankah ini pengakuan kedzaliman makin banyak? Lalu sukses al-Quran di mana..?

Jadi gak usah koar-koar bahwa ancaman terbesar bagi negara itu Komunisme ataupun PKI, yg jelas-jelas aja yg di depan mata, ancaman terbesar bagi negara itu ya Korupsi, dan pelaku Korupsinya malah bukan Atheis atau Komunis, tapi orang-orang yg merasa paling berakhlaq, beragama dan bertuhan.

Dah gitu aja..

Semoga....

#ombad #ramadhan28

TAKFIRI ITU KUFUR DALAM DIRINYA

Yang biasa teriak, "Sate... sate... sate...!" ya Tukang Sate, dimana si Tukang Sate itu sedang membawa Sate dan mempunyai Sate.

Yang biasa teriak, "Sayur... sayur... sayur...!" ya Tukang Sayur, dimana si Tukang Sayur itu sedang membawa Sayur dan mempunyai Sayur.

Jadi kalau yg biasa teriak, "Bid'ah... Bid'ah.. Bid'ah...!", itu artinya...?

Terus kalau yg biasa teriak, "Munafik... Munafik.. Munafik...!", itu artinya...?

Dan kalau yg biasa teriak, "Kafir... Kafir.. Kafir...!", itu artinya...?

Itu makanya Rasulullah SAW mewanti-wanti,

"Sesungguhnya yg paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yg telah membaca (menghafal) al-Qur’an, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’an dan dia menjadi PEMBELA ISLAM, dia terlepas dari al-Qur’an, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya Musyrik."
Sahabat Hudzaifah ra. bertanya, "Wahai Nabi Allah, siapakah yg lebih pantas disebut Musyrik, penuduh atau yg dituduh..?"
Beliau SAW menjawab, “Penuduhnya."
(HR. Bukhari)
 
Jadi, jika seseorang belum bisa melihat dan menyadari kesalahan di dalam dirinya, maka ia akan melihat kesalahan di luar dirinya, lalu akan begitu mudah untuk menyalahkan yg di luar dirinya.

Artinya, jika di dalam dirinya masih banyak Kemusyrikan, maka ia akan lebih mudah menghakimi orang lain "Musyrik".

Begitupun, jika di dalam dirinya masih banyak Kekufuran, maka ia akan lebih mudah menghakimi orang lain "Kafir".

Dan jika di dalam dirinya masih banyak Kemunafikan, maka ia akan lebih mudah menghakimi orang lain "Munafik".

Itulah bentuk Kebodohan, Ketololan dan Kepicikan. Bukti dari Ketololan dan Kepicikannya adalah ketika berbeda pendapat, maka mereka ini akan langsung men-cap yg berbeda dengan dirinya sebagai Kafir, Munafik, Liberal, Sesat, dan seabreg caci-maki lainnya.

Mereka itu sebetulnya bukan sedang memurnikan diri, tapi malah sedang mengkerdilkan diri, karena semakin jelas memperlihatkan sempitnya wawasan ilmu dan pemahaman agama.

Jadi di era medsos ini, makin terlihat banyak bermunculan orang-orang Tolol dan Picik dalam beragama. Memang menyedihkan karena mereka menunjukkan Kebodohannya sendiri, meskipun lama-lama malah makin menyebalkan dan memuakkan. Dengan mudahnya mereka "memvonis" keimanan yg tersembunyi di dalam batin dan hanya Allah saja yg tahu. Begitupun, dengan mudahnya mereka "berfatwa" tanpa dasar ilmu-ilmu tertentu yg menjadi landasan fatwa.

Jadi, jangan sampai baru memahami satu dua potongan puzzle, tetapi sudah merasa bisa merangkai dan menyimpulkan keseluruhan puzzle, padahal potongan puzzle nya masih tercerai berai, masih terkotak-kotak dan belum bisa terintegrasi.

Berbeda dengan seorang Mukmin, karena luasnya wawasan ilmu dan lebih memahami agama, maka ia akan lebih bersikap WARA' (berhati-hati terhadap yg belum jelas hukumnya atau syubhat), apalagi kalau urusannya adalah Keimanan yg merupakan "pekerjaan" hati atau batin.

Masa masih belum paham bahwa  Rasulullah SAW pun hanya menghukumi sesuatu sesuai apa yg dhahir (nampak), karena hanya Allah yg mengetahui perkara batin (yg tersembunyi).

Dalam Majmu' al-Fatawa, Ibn Taimiyah mengatakan,

"Barangsiapa yg tidak memperhatikan perbedaan antara mengkafirkan secara umum dan ta’yin (vonis perorangan) niscaya dia akan jatuh dalam banyak ketimpangan, dia menyangka bahwa ucapan Salaf: 'Barangsiapa yg mengatakan seperti ini kafir' atau 'Barangsiapa yg melakukan ini maka kafir' mencakup semua orang yg mengatakannya tanpa dia renungi terlebih dahulu, sebab mengkafirkan itu memiliki syarat-syarat dan penghalang pada hukum perorangan, jadi mengkafirkan secara umum tidak mengharuskan mengkafirkan secara individu orang kecuali apabila terpenuhi persyaratannya dan hilang segala penghalangnya."

Semoga....

#ombad #tasawuf #ramadhan28

BANYAK MENGELUH...?

Bagi sebagian orang/keluarga, ketika mendekati Lebaran, karena bulan puasa sudah identik dengan bulan konsumtif, mungkin terjadi banyak keluhan seorang istri kepada suaminya. Keluhan pun makin tinggi tensinya, mulai dari urusan menu makanan, baju baru, kue lebaran, sampai mengecat rumah pun bisa jadi penyebab keluhan, bisa membuat stress, sementara duit yg ditunggu-tunggu gak nongol-nongol. Apalagi diperberat dengan cicilan motor, rumah, dsb. Makin beratlah rasanya hidup ini. Akhirnya mengeluh, dan semua anggota keluarga ikut stress.

Memang suatu kewajaran, tapi menjadi tidak wajar jika anda mengeluhkannya kepada orang lain ataupun pasangan anda. Kenapa..? Karena akan menambah bebannya. Malah nanti bisa berakibat fatal, karena semakin banyak mengeluh semakin terasa merana dan tersiksa.

Keadaan (kondisi) hidup memang seringkali diluar apa yg diidamkan, diluar yg dinginkan, tetapi bukan sesuatu yg bijak jika malah memperberat kondisi lingkungan yg anda bina (misal, keluarga) akibat anda yg banyak mengeluh.

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
 

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yg Sabar, (yaitu) orang-orang yg apabila ditimpa musibah, mereka berkata 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un' (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (QS. Al-Baqarah: 155-156)

Ayat di atas keywordnya adalah:

- Sedikit ujian,
- Sabar, dan
- Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un.

Esensinya apa..? Berpositive thinking lah ke Allah, cuma sedikit ujian kok. Terasa sangat berat itu karena pikiran dan jiwa kita yg penuh Ketakutan. Kalau penuh ketakutan mah, daun pisang goyang-goyang di malam hari aja kelihatan kayak kuntilanak. :D

Ketakutan ini hanya bisa ”diimbangi" dengan Kesabaran, sedangkan Kesabaran hanya bisa diperkuat dan diperbesar dengan menumbuhkan Keyakinan kepada Allah atau Keimanan.

Itu makanya di ayat di atas diingatkan harus "Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali). Bukan sekedar diucapkan, tapi kalimat ini harus bisa meresap ke dalam jiwa, ke dalam hati, sampai akhirnya menumbuhkan Keyakinan dan Kesadaran Diri bahwa semua yg anda keluhkan itu substansinya adalah milik Allah, dan anda cuma sedikit saja dikasih ujian dari Allah. Kenapa sedikit..? Ya iya, karena nikmat yg anda terima itu lebih banyak jumlahnya, walau jarang disadari. Dan semakin tinggi rasa takut atau gelisah, maka akan semakin hilang juga rasa Syukur. Semakin menderita.

Jika anda masih sulit bersabar..? Berarti masih banyak kotoran dalam pikiran dan hati. Solusinya, ya banyak Istighfar saja, ya gimana lagi, ujungnya mah "dikembalikan" lagi ke Gusti Allah.

Kan siapa tau dengan banyak beristighfar, maka :

- Keluhan jadi berkurang, ya iya lah, kan istighfar terus.. :D

- Kotoran pikiran, jiwa dan hati bisa terkikis, menjadi lebih bersih, sehingga ketika berdoa pun maka akan berpeluang dikabulkan.

- Jika hati semakin bersih, maka Kesabaran pun akan membesar dan menguat.

- Jika Kesabaran makin menguat, maka Keyakinan pun akan semakin meningkat, dan nanti hubungannya dengan peningkatan rasa Syukur, yg artinya akan ditambah nikmat.

- Jika banyak beristighfar, maka akan datang rezeki yg tidak disangka-sangka alias suprise.

Jadi banyak yg bisa dijadikan solusi untuk menyelesaikan masalah hidup, daripada sekedar mengeluh.

Semoga....

#ombad #tasawuf #ramadhan28

22 June 2017

CUMA 1%

Suatu ketika,

Anak: "Pa, dulu waktu jaman Nabi, isinya perang terus ya..?"

Bapak: "Ah enggak, kata siapa..?"

Anak: "Kan banyak kisah perangnya."

Bapak: "Gak gitu, gak bisa dilihat aspek perangnya saja."

Anak: "Terus ngitungnya gimana..?"

Bapak: "Pakai statistik lah, masa tiap hari isinya perang..?"

Anak: "Statistik Pa...?!"

Bapak: "Iya.. sekarang Bapa nanya, berapa tahun masa risalah Rasulullah SAW..?"

Anak: "Lebih dari 22 tahun Pa.."

Bapak: "Ok, berarti sekitar 22 x 365 hari, sekitar 8000 hari kan.. Nah, sekarang kalau masa perang, totalnya berapa hari..?"

Anak: "Kurang tahu Pa.. cuma kan perangnya sering, ada perang Badar, Uhud, Khandaq, dan yg lainnya."

Bapak: "Iya, tetapi kalau dijumlahkan harinya, total keseluruhan peperangan waktu jaman Rasul itu cuma 80 harian."

Anak: "Berarti secara statistik, prosentase perangnya itu cuma 1℅..?!"

Bapak: "Memang iya."

Anak: "Terus kenapa yg jadi ramai dan populer itu jadi urusan perangnya..?"

Bapak: "Ya karena kurang paham, kurang menyeluruh, sehingga lupa melihat sisi lain yg jumlahnya 99%. Masih banyak aspek lain yg dilakukan Rasulullah dalam hidupnya terkait urusan pembentukan kualitas Hidup, Pendidikan, Akhlaq, Ekonomi, Budaya, Kemasyarakatan, dan Kemanusiaan."

Anak: "Berarti Muslim itu harusnya lebih fokus di bagian yang 99% itu ya Pa..?"

Bapak: "Iya, betul.. Itu kenapa Rasulullah berkata bahwa Beliau 'diutus untuk menyempurnakan akhlaq'. Kan maksudnya itu di ujungnya nanti, untuk memperbaiki kehidupan. Karena kualitas kehidupan akan lebih baik jika masing-masing diri berakhlaq baik."

Semoga.....

#ombad #ramadhan27

PEWARISAN ILMU

Ilmu yg diwariskan Nabi itu melalui dua cara, yaitu:

1. ILMUN FIL AURAQ, atau ilmu Syariah yg tertuang dalam tulisan (buku, kitab) yg diperoleh dengan cara membaca dan mengaji, at-Ta’allum wad Dirasah. Tanpa membaca, ilmu tidak akan diperoleh.

Jenis yg pertama ini bisa anda dapatkan lewat tulisan di kitab, buku, artikel, google, dsb. Dalam konteks tasawuf, ini biasa disebut sebagai "kulit" ilmu. Bisa dipakai untuk Dakwah, tetapi belum tentu Dakwah bil Hikmah. Jadi masih berpeluang menyebabkan adanya jebakan kesalahan pemikiran dan menimbulkan permusuhan.

2. ILMUN FIL ADZWAQ (ilmu rasa, Batin, Sirr, Mahabbah, dsb).

Jenis kedua ini yg dimaksud sebagai SANAD Keilmuan (dalam konteks ilmu lahir, Syariat) ataupun WASHILAH (dalam konteks ilmu batin, tasawuf). Keduanya sama-sama ujungnya tersambung sampai ke Rasulullah SAW. Orang saleh yg memiliki keterkaitan spiritual dengan gurunya, gurunya dengan gurunya, terus bersambung kepada Rasulullah SAW. Hal ini biasa disebut sebagai As-Suluk as-Suhbah, persahabatan yg memberi dampak kepada perilaku lahir batin si murid. Dan keterhubungan jenis ilmu kedua ini lebih dikarenakan adanya "keterhubungan Ruh".

Seperti halnya Rumi yg menemukan potensi ruhaninya setelah mendapatkan bimbingan Syamsuddin Tabriz, ataupun cerita Bima dengan guru hakikatnya, Dewa Ruci.

Dalam konteks edukasi, para guru ini adalah Pendidik, atau Murabbi, dan dalam konteks yg religius (batin, ruh), mereka adalah Penunjuk, atau Mursyid.

Dan mereka inilah yg dimaksud sebagai Pewaris Sempurna Para Nabi (Warasatul Anbiya), dan bukan sekedar ilmu lahir saja, yg dengan cara lain pun mudah didapat, seperti lewat baca buku/kitab ataupun google.
 
Rasulullah SAW bersabda, 

Ada ilmu yg seperti tiram (tersembunyi). Hanya orang-orang yg mengenal Allah yg mengetahuinya....”

Ilmun fil Adzwaq ini "tersimpan" dalam Sirr atau qalbu terdalam para ’Arifin yg merupakan titipan serta punya keterhubungan dengan Qalbu Rasulullah SAW, dan Rasul tidak memberikannya kepada orang awam, tetapi hanya diberikan kepada para sahabatnya yg terdekat, para "Ashabus Suffah", para penerusnya. Dan lewat barakah Sirr tersebut, Syariat pun bisa berdiri hingga hari kiamat.

Para Ulama Pewaris yg tulen ini akan berdakwah (mengajak beriman kepada Allah) dengan Dakwah dan Hikmah.

Rasulullah SAW bersabda,

Kamu sekalian harus mau bergabung dengan Ulama dan mendengarkan pembicaraan Ahli Hikmah. Allah menghidupkan Hati dengan cahaya Hikmah, seperti menghidupkan bumi dengan air hujan.”

Semoga....

#ombad #tasawuf #ramadhan27

21 June 2017

TANGAN YANG DICIUM RASULULLAH

Seorang pekerja kasar, dengan badan yg kotor hanya memandangi Rasulullah SAW dari jauh. Dia tidak berani mendekat. Rasul pun mendatanginya dan bertanya,

"Kenapa kamu tidak menghampiriku..?"

"Badan saya kotor, penuh debu, ya Rasul. Bagaimana mungkin saya berani menghampirimu."

Lalu Rasul meraih tangannya yg melepuh karena bekerja sangat keras, tangan yg berdebu dan kasar. Telapak yg penuh goresan luka di sana-sini. Lantas Rasulullah pun menciumnya dan berkata,

"Aku mencium bau surga dari tangan ini."

Dan berbahagialah anda yg bekerja dengan baik, dengan halal, untuk menafkahi keluarga. Tidak curang, tidak suap-menyuap, tidak Korupsi atau Maling.

Anda yg tubuh dan pikirannya kecapaian, stress, karena berjihad untuk memenuhi kewajiban dan tetap bersabar dalam Halalan Thoyyiban.

Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah.” (HR Ahmad)

"Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yg tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”.
Maka para Sahabat pun bertanya: 'Apakah yg dapat menghapusnya, wahai Rasulullah..?'
Beliau menjawab: 'Bersusah payah dalam mencari nafkah'.” (HR. Bukhari)

Bergembira dan berbahagialah, karena Rasul yg mulia, mungkin nanti yg akan "mencium" tangan-tangan anda.

Semoga....

#ombad #ramadhan26

KETIKA DISURUH FOKUS....?

Ketika sedang mengalami suatu masalah yg menyakitkan, apakah merasa sedang disiksa, ditegur, diperhatikan atau disuruh fokus menghadap...?

Silakan renungkan cerita ini :

Seorang Mandor bangunan yg berada di lt. 5 ingin memanggil pekerjanya yg lagi bekerja di bawah. Setelah sang Mandor berkali-kali berteriak memanggil, si pekerja tidak dapat mendengar karena fokus pada pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan.

Sang Mandor terus berusaha agar si Pekerja mau menoleh ke atas, dilemparnya Rp. 1.000 yg jatuh tepat di sebelah si Pekerja.

Si Pekerja hanya memungut Rp. 1.000 tsb dan melanjutkan pekerjaannya.

Sang Mandor akhirnya melemparkan Rp. 100.000 dan berharap si Pekerja mau menengadah "sebentar saja" ke atas. Akan tetapi si Pekerja hanya lompat kegirangan karena menemukan Rp. 100.000 dan kembali asyik bekerja.

Pada akhirnya sang Mandor melemparkan batu kecil yg tepat mengenai kepala si Pekerja. Merasa kesakitan akhirnya si Pekerja baru mau menoleh ke atas, dan melakukan komunikasi dengan sang Mandor.

Ketika disuruh berpuasa, maka "siksaan" rasa lapar dan haus harusnya bisa membuat seorang hamba makin terfokus, atau dengan kata lain, kondisi tubuh yg "tersiksa" itu merupakan tanda "sangat diperhatikan" biar lebih terfokus kepada Tuhan.

Itu makanya disebut "Puasa itu (hanya) untuk-Ku.."

"Semua amalan Bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yg akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak..." (Hadist Qudsi)

Semoga....

#ombad #ramadhan26

20 June 2017

AKAL DALAM AGAMA

Dalam Islam itu ada dua Dalil, yaitu :

1. Dalil NAQLI (Naskh, Historis) : Naskah masa lalu, Aspek sejarah, tentunya yg sudah dilegalisasi para ahli sehingga: Implikatif (sesuai dengan rumusan perbaikan pada masyarakat), Implementatif (dapat diterapkan), serta Akuratif (rawi, sanad).

2. Dalil AQLI (Aktual), berfungsi sebagai rujukan Konstruktif sehingga bisa Efektif, karena ada metode di masa lalu yag tidak efektif di masa kini, apakah terkait kemajuan jaman ataupun kondisi lingkungan. Semisal, zakat pakai beras ataupun qurban pakai kebo. Jadi selama Dalil Aqli tidak bertentangan dengan Naqli, maka bisa dijadikan dasar hukum.

Jadi, apakah AKAL itu perlu dalam beragama...? Ya iya, pasti perlu. Belajar Quran dan Hadist aja pasti butuh Akal.

Akal merupakan syarat dalam mempelajari semua ilmu. Ia juga syarat untuk menjadikan semua amalan itu baik dan sempurna, dan dengannya ilmu dan amal menjadi lengkap. Namun (untuk mencapai itu semua), akal bukanlah sesuatu yg dapat berdiri sendiri, tapi akal merupakan kemampuan dan kekuatan dalam diri seseorang, sebagaimana kemampuan melihat yg ada pada mata. Maka apabila akal itu terhubung dengan cahaya iman dan al-Qur’an, maka itu ibarat cahaya mata yg terhubung dengan cahaya matahari atau api.” (Ibn Taimiyah, Majmu' al-Fatawa)

Jadi, galilah makna yg tersirat dari ucapannya Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw. berikut ini:

"Agama adalah Akal. Tidak Beragama orang yang Tidak Berakal."

Itu makanya semua agama (samawi) punya 4 titik kesamaan, yaitu: Menjaga jiwa, Menjunjung akal, Melestarikan keturunan, dan Menjaga bahwa manusia adalah ciptaan Allah yg paling mulia.

Jadi tidak bisa kita menafikan salah satunya, baik Dalil Aqli apalagi Dalil Naqli. Jika ada yg menafikan salah satunya, ya berarti belum terintegrasi.

Dan di sinilah pentingnya Sanad Keilmuan.. 😀

Semoga...

#ombad #ramadhan25

TA'ASHUB VS AL-WASATHAN

Dalam hidupnya, manusia tidak bisa terlepas dari aspek Dualitas, dan setiap manusia pasti mempunyai dua sisi.

Apakah itu Positive dan Negative (Thinking), Benar dan Salah, Objektif dan Subjektif, Kenyang - Lapar, Panas - Dingin, Sehat - Sakit, Baik - Buruk, dsb. Dimana selalu ada Salah dan tidak selalu Benar. Begitupun, tidak akan selalu Benar, tapi jg tidak akan selalu Salah.

Tetapi keberfihakan yg akut atau Fanatisme seringkali membutakan "dualitas", karena ada kesengajaan untuk menutup rapat-rapat salah satu sisi serta tidak mengakui dan mempercayainya, tetapi ia akan membuka lebar-lebar sisi yg lainnya.

Fanatisme (Ta’ashub atau 'Ashabiyyah) adalah anggapan yg diiringi sikap yg paling benar dan membelanya dengan membabi buta. Benar dan salahnya, Wala’ (loyalitas) dan Bara’ (benci)-nya diukur dan didasarkan keperpihakan pada golongan. Fanatik ini bisa terjadi antar kelompok, organisasi, individu dsb.

Presepsi dan opini (eksternal) akan berusaha untuk selalu menggiring pemikiran sehingga pintu objektivitas sedikit demi sedikit mulai menutup dan sebaliknya pintu subjektivitas sedikit demi sedikit mulai terbuka.

Ada hikmah yg tersirat terkait objektivitas dalam ucapan Rasulullah SAW berikut ini,

أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا، وأَبْغَضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
 

"Sayangilah orang yg engkau sayangi (saudaramu atau teman) sekadarnya saja, boleh jadi suatu hari nanti ia akan menjadi orang yg kamu benci. Dan bencilah orang yg kamu benci sekadarnya saja, boleh jadi suatu hari nanti ia menjadi orang yg kamu sayangi." (HR. at-Tirmidzi)

Jadi, batas antara Benar dan Salah pun akan makin buram jika kita Subjektif... Itulah kenapa Fanatisme itu dilarang dalam agama.

Rasulullah SAW bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّة وليس منا من قاتل علي عصبية وليس منا من مات علي عصبية
 

"Bukan termasuk umatku siapa saja yg menyeru orang pada ‘Ashabiyah, bukan dari golongan kami orang yg berperang karena 'Ashabiyyah, dan bukan dari golongan kami orang yg mati karena 'Ashabiyyah." (HR. Abu Dawud)
 
Sikap yg tidak Ta'ashub ini secara tersirat disebutkan bahwa Islam itu al-Wasathan, yg artinya Seimbang (balance), Moderat, Equilibrium. Apakah itu antara sisi material dan spiritual, dunia dan akhirat, bahkan juga dalam sikap. Bukankah sebaik-baiknya suatu perkara adalah yg di pertengahan...? Di manusia pun yg paling enak kan yg di tengah-tengah eaa.. 😀

Seperti halnya berada di titik tengah dari dua hal yang ekstrim. Contohnya : Hemat adalah titik tengah dari boros dan pelit. Pemberani adalah titik tengah dari nekad dan pengecut. Kalau dalam Bahasa Sunda, "Ulah hayang ulah embung kudu daék", "Ulah sieun ulah wani kudu ludeung".

Dan demikian (pula) Kami menjadikan kamu ummatan Wasathan (umat yg adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan manusia) dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (QS. al-Baqarah: 143)

Ada dua sifat utama yg melekat pada ummatan Wasathan, yaitu:

1. Al-Khairiyyah, selalu berorientasi kepada yg terbaik, afdal dan adil.
2. Al-Bainiyyah, pertengahan, moderat, tidak ekstrem kanan ataupun ekstrim kiri.

Dan akan selalu ada "perputaran" diantara kedua sisi tersebut di dalam diri. Jika kita tidak terjebak dalam emosi keberfihakan, maka "perputaran" ini akan mempunyai fungsi untuk "saling mengingatkan" dan bukan "saling mematikan". Alangkah indahnya jika sisi yg satu 'mengingatkan' sisi yg lain. Seperti halnya ketika kita sedang salah, ada seorang teman yg mengingatkan, dan tentunya Allah yg mendatangkan teman tersebut untuk mengingatkan kesalahan kita.

Begitupun, ketika sedang kenyang, ada seorang pengemis kelaparan yg datang mengingatkan, dan masih banyak contoh lainnya.

Apakah kita bisa menarik dan merasakan Hikmah kejadiannya atau tidak? Hal ini sangat tergantung tingkat kepekaan hati & pikiran (mind), apakah lebih peka terhadap sisi Positif ataukah sisi Negatif.

Tentunya, Empati itu bisa muncul dan berkembang karena terbiasa melatih aspek dualitas dalam ber-introspeksi dan men-tafakuri diri.

Dan sikap "al-Wasathan" ini yg akan menumbuhkan objektivitas sehingga lebih mudah dalam membentuk visi "rahmatal lil 'alamin" yg didasari sikap empati dan kasih sayang ke sesama.

Dalam sebuah Hadist, Rasulullah SAW memberitahu secara tersirat bahwa salah satu tanda Kewalian itu sangat berhubungan dengan sifat Kasih Sayang ini.

Abu Nu’aim ra. meriwayatkan dalam Kitab Al-Hilya jilid I, hal 5, dari Umar bin Khattab ra. :

Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya sebagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para nabi dan para syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”

Tanya seorang: “Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka..?”

Rasulullah menjawab :

Mereka adalah orang-orang yang saling Kasih Sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah maupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah.”

Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman Allah yang artinya:

Ingatlah, sesungguhnya Wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”

Semoga...
#ombad #tasawuf #ramadhan25

KAMU ADALAH APA YANG KAMU PIKIRKAN

Perbuatan itu cerminan diri,
Diri itu cerminan pikiran, dan
Pikiran itu cerminan Hati.

Jadi, jalan pikiran ataupun pola pikir itu akan mencerminkan siapa dirinya dan apa sifat-sifatnya. Meskipun kita sembunyikan, tanpa disadari hal terdalam dari dalam diri akan mudah dibaca oleh orang lain.

Positive thinking atau Negative thinking...?
Kalau positive thinking berarti diri kita lebih banyak positifnya, dan sebaliknya kalau negative thinking, maka diri kita banyak negatifnya.

Kalau yg dimunculkan senangnya atau banyaknya Konflik, berarti dalam dirinya sedang banyak konflik. Kalau yg dimunculkan seringnya Damai, berarti dalam dirinya banyak Kedamaian. Simple kan..?

Masih gak percaya..?
Analogi di bawah ini mudah²an bisa memperjelas.

Jika seseorang diolesi Minyak Wangi di bawah hidungnya, maka di manapun ia berada dan dengan siapapun ia bergaul maka yg akan ia cium adalah bau wangi.

Sebaliknya, jika ia membawa sampah berbau busuk di tubuhnya, maka di manapun ia berada dan dengan siapapun ia bergaul, termasuk dengan cewek cantik sexy beraroma harum pun, maka ia akan selalu mencium bau busuk.

Seperti itulah kondisi Hati dan cerminnya, yaitu Pikiran.

Jadi buat para cewek, anda ingin terlihat cantik...? Percantiklah pikiran dan hatinya dulu. Inner beauty.

Semoga....

#ombad #tasawuf

19 June 2017

MIND (BRAIN) POWER

Hukum Tarik Menarik (The Law of Attraction) merupakan Sunnatullah yang berlaku di alam semesta. Dan semua manusia tidak akan lepas dari aturan ini.

Ibnu Majah ra. meriwayatkan sebuah kisah dalam kitab Hadistnya :

Suatu hari, Rasulullah SAW menjenguk seseorang yang sedang sakit demam. Beliau menghibur dan membesarkan hati orang tersebut.

Beliau bersabda,
"Semoga penyakitmu ini menjadi penghapus dosamu."

Orang itu menjawab,
"Tapi ini adalah demam yang mendidih, yang jika menimpa orangtua yang sudah renta, bisa menyeretnya ke lubang kubur."

Mendengar keluhan orang itu, Rasulullah SAW bersabda,

"Kalau demikian anggapanmu, maka akan begitulah jadinya."

Sekali lagi, harap diingat, "Kalau demikian anggapanmu, maka akan begitulah jadinya".

Perhatikan lagi pesan Rasulullah SAW berikut ini :

"Barangsiapa yang Ridha, maka keridhaan itu untuknya. Barangsiapa mengeluh, maka keluhan itu akan menjadi miliknya." (HR. at-Tirmidzi)

"Salah satu kebahagiaan seseorang adalah keridhaannya menerima keputusan Allah." (HR. Ahmad)

Inilah Sunatullah. The Law of Attraction. Jika anda melempar batu, maka bersiaplah batu itu akan menimpuk balik anda. Pikiran yg anda prasangkakan keluar, bisa membentuk sesuatu yg diprasangkakan.

Jika kita berpikiran bahagia, maka kita akan bahagia. Jika kita berpikiran sedih, maka kita menjadi sedih. Jika kita berpikiran sehat, maka kita pun akan sehat. Jika kita berpikiran sakit, kita juga menjadi sakit. Jika kita berpikiran sukses, maka kita niscaya sukses. Jika kita berpikiran gagal, kita menjadi gagal.

Seperti itulah yg dimaksud "You are what you think" (Anda adalah apa yang Anda pikirkan), dan nantinya sangat berhubungan dengan konsep Mind (Brain) Power, hingga pada tahap selanjutnya yaitu penyelarasan mind, soul & body.

Itulah kenapa kita harus bisa melatih agar lebih banyak Positive Thinking (berpikir positif) dan jangan pernah biarkan Negative Thinking (pikiran negatif) membelenggu otak dan kehidupan kita. Kenapa harus bisa seperti itu..? Supaya yakin bahwa yg kita alami itu sesuatu yg positif, karena memang itu yg terbaik dari Allah. Dan semua bisa yakin bahwa taqdir itu adalah yg terbaik untuk dirinya.

Rasulullah SAW (pada tiga hari sebelum wafat) bersabda :

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
  

"Janganlah salah seorang diantara kalian mati melainkan ia harus berhusnudhon (baik sangka) kepada Allah." (HR. Muslim, dari Jabir ra.)

Kenapa kita harus terus berupaya agar selalu baik sangka kepada Allah..? Karena Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Jika seseorang buruk sangka kepada Allah, maka keburukan itu yg akan menimpa orang tersebut, begitupun jika ia baik sangka, maka kebaikan pun akan melimpahinya.

Dalam hadist Qudsi, Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى
   

"Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku." (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah ra.)

Jadi tugas kita hanya Berusaha Optimal dan Berdoa, serta semua itu dengan didasari keyakinan berbaik sangka kepada Allah, dan selanjutnya serahkanlah urusan hasilnya kepada Kehendak Allah SWT. Hal ini yg dimaksud sebagai "Orientasi Proses" dan bukan "Orientasi Hasil".

Rasulullah SAW bersabda :

"Ketika seorang hamba berkata Laa Haula Wa Laa Quwwata Ila Billah, maka Allah berfirman, 'Lihatlah (hai para malaikat), orang ini telah menyerahkan urusannya kepada-Ku'." (HR. Ahmad)
 
Mungkin karena bisa menutupi (menyembunyikan) masalah ataupun kekurangannya tanpa berkeluh kesah, maka seseorang pun bisa terlihat begitu nikmat hidupnya di mata orang lain.

Cemmugguudhh eaa...

Semoga....

#ombad #tasawuf #ramadhan24

18 June 2017

RUKUN TASAWUF

Dalam Risalah al-Futuhah al-Ilahiyyah, Syeikh Yusuf Tajul Khalwati Makasar merinci Rukun Tasawuf dalam 10 perkara.

Rukun Tasawuf ini, penting bagi salik untuk berada dalam garis perjalanan mendekat menuju Allah.

Sepuluh RUKUN TASAWUF ini adalah :

Pertama, Tahrid at-Tauhid, adalah memurnikan ketauhidan kepada Allah, dengan memahami makna keesaan Allah, yg disarikan dari kandungan surat al-Ikhlas. Selain itu, meyakini Allah dengan menjauhi sifat Tasybih dan Tajsim.

Kedua, Faham as-Sima'i, adalah memahami tata cara menyimak petunjuk dan bimbingan Wali Mursyid dalam menjalani pendekatan diri kepada Allah.

Ketiga, Husn al-Ishra, adalah memperbaiki hubungan silaturahmi dan pergaulan.

Keempat, Ithar al-Ithar, adalah mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri demi mewujudkan persaudaraan yg kukuh.

Kelima, Tark al-Ikhtiyar, adalah berserah diri kepada Allah tanpa i'timad kepada ikhtiar sendiri.

Keenam, Surat al-Wujd, adalah memahami secara jernih hati nurani yg seiring kehendak al-Haq.

Ketujuh, al-Kahf an al-Khawatir, adalah membedakan yg benar dan salah.

Kedelapan, Khatrat as-Safar, adalah melalukan perjalanan untuk mengambil i'tibar dan melatih ketahanan jiwa.

Kesembilan, Tark al-Iktisab, adalah mengandalkan usaha sendiri, akan tetapi lebih bertawakkal kepada Allah setelah berusaha.

Kesepuluh, Tahrim al-Iddihar, adalah tidak mengandalkan pada amal yg telah dilakukan, melainkan tumpuan harapannya kepada Allah.

*****
Syeikh Yusuf Tajul Khalwati lahir pada 3 Juli 1628 M, di Gowa Sulawesi Selatan, dan wafat pada 23 Mei 1699 di Capetown, Afrika Selatan.

Dalam pengasingan di Ceylon dan Capetown, Syeikh Yusuf mengembangkan Islam dengan mengajar warga, hingga menjadi komunitas muslim di negeri tersebut. Jejak komunitas muslim dan keturunan Beliau di Ceylon dan Capetown masih dapat dilacak hingga kini.

Pada 2009, Syeikh Yusuf mendapatkan penghargaan Oliver Thambo, penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Afrika Selatan.

Semoga....

#ombad #tasawuf

MUSLIM KEKINIAN

Fenomena Muslim kekinian, mungkin karena tidak bisa "membangkitkan" dirinya sendiri, akhirnya sebagian Muslim lebih tertarik "membangkitkan" yg diluar dirinya asal masih berhubungan dengan kesamaan "islam" nya.

Penyakit Inferiory Complex memang butuh "suntikan" kebanggaan untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya (baca: kepercayaan diri agama yg dianutnya), lalu diklaim sebagai "pan-islam" dan "ghirah" kebesaran Islam.

Kenapa seperti ini..? Ya karena dalam beberapa tahun terakhir nama Islam banyak "tercoreng" akibat ulah beberapa gelintir oknum dan kelompok yg selalu membawa-bawa nama Islam. Sebagai contoh, ketika kemunculan ISIS pertama kali, langsung euforia "ghirah Islam" mencuat dan banyak orang dan kelompok (yg mengatas-namakan) Islam bersorak mendukung, dalam benak mereka yg buram, dianggaplah ISIS ini pasukan Imam Mahdi. Weks... Kenapa bisa salah, ya karena hawa nafsu yg menutupi "bisikan" hati. Sampai akhirnya beberapa tahun kemudian, barulah para simpatisan ini sadar.. Cuciaan dech.. 😀

Kejadian seperti itu menyebabkan para simpatisan pun "kecewa", dan ketika berulang kali mereka "dikecewakan" (padahal awalnya penuh euforia), lama-kelamaan mereka pun menderita "Inferiority Complex". Dan "penyakit" ini lumayan terobati ketika ada berita ataupun opini yg membuat kebanggaan terhadap agamanya muncul. Saking parahnya terjangkit "Inferiority Complex", sampai akhirnya membabi-buta, bahkan kalau perlu hoax pun ditelan, asal menaikan gengsi keislaman (menurut dirinya), dengan alasan "Inilah semangat, ghirah dan jihad... Allahu Akbar..!"

Akhirnya segala macam diklaim atas nama Islam, dari mulai Sejarah masa lalu sampai Teknologi masa depan.

#KagokEdan lah, sekalian semua diklaim juga dech, bahwa :

- Einstein dan para saintis itu adalah Muallaf,
- Facebook itu aslinya bernama Fasbullah,
- Doraemon itu Durrohman, asalnya dari Arab.
- Patih Gajah Mada itu al-Fatih Gaj Ahmada.
- Dan masih banyak lagi seperti keajaiban-keajaiban bentuk awan, bentuk pohon, buah, dll, sebagai keajaiban Islam.

Memang, sebagian umat butuh yg ajaib-ajaib, maklum mereka sedang menderita Inferiority Complex.. Makin ke sini pun semakin aneh, dimana seorang yg brilian dan punya prestasi dilarikannya ke agama yg dianutnya, padahal di al-Quran pun sudah jelas bahwa mereka bisa seperti itu ya karena usaha keras dirinya, menggunakan akalnya, terlepas agamanya apapun.

Seperti itulah ketika Objektivitas dikalahkan Hawa Nafsu, lalu diberi bumbu "pembenaran" atas nama Ghirah ataupun Jihad. Mereka mungkin lupa bahwa syarat Ghirah maupun Jihad itu "karena Allah" dan bukan "karena nafsu". Jihad fi sabilillah dan bukan "Nafsu rasa Jihad fi sabilillah".

Jadi, mendingan kita banyak introspeksi dan "mengolah diri" saja biar hawa nafsunya berkurang, sehingga bisa membedakan mana hawa nafsu dan mana yg bukan hawa nafsu (baca: cahaya Ruh). Bisa membedakan mana ghirah, mana kebanggaan diri, ego atau eksistensi.

"Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik." (sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)

Semoga....

#ombad #ramadhan23

SOMPLAK SYNDROME

Pengidap Somplak Syndrome yg merupakan turunan dari Inferiority Complex Syndrome ini, setelah didiagnosis secara mendalam, dapat disimpulkan punya ciri-ciri :

- Dirinya saja yg boleh ngomong kasar dan itu adalah Iman, Jihad atau Kebenaran. Tetapi orang lain tidak boleh karena itu Arogan dan mulut kotor.

- Dirinya saja yg boleh menyebarkan (hoax/fitnah) keburukan orang lain tanpa "tabayyun" dan itu bukan "ghibah". Tetapi orang lain tidak boleh karena itu "ghibah" dan harus "tabayyun".

- Dirinya saja yg boleh melaporkan ramai² yg dituduh bersalah supaya langsung dipenjara... eh, dikeluarin admin. Tetapi orang lain tidak boleh karena itu fitnah, dzalim dan kriminalisasi.

- Dirinya saja yg boleh mengawal dan bergerombol ke sana kemari. Tetapi orang lain tidak boleh karena itu mengganggu ketertiban umum grup.

- Dirinya saja yg berhak punya dua Aturan Super ini, dimana Aturan Pertama itu dirinya selalu benar, dan Aturan Keduanya jika dirinya salah lihat Aturan Pertama.

Terus, setelah melakukan pengamatan yg terintegrasi, pengidap Somplak Syndrome itu jangan dilawan atau didebat pakai ilmu, pemahaman ataupun dalil², soalnya gak akan ngefek, suka jadi panjang dan ribet. Malah kalo kepepet sukanya nuduh urusan keimanan, seperti: tidak "kembali ke Quran & Sunnah", "syiah", "munafik", bahkan "kafir".

Nah, cara menghadapi mereka sebetulnya mudah kok, cukup gini aja:

"Cie.... cie.... kesurupan Seblak ni yee...!"

Mudah-mudahan tips sederhana tapi cakep ini bisa berguna dunia akhirat...

(Bandung, 07 Feb 2017)

Semoga....
#ombad

CURANG ITU TAK ADIL & TAK OBJEKTIF

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ . الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ . وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ . 

KECELAKAAN BESAR lah bagi orang-orang yg CURANG, (yaitu) orang-orang yg apabila menerima TAKARAN DARI ORANG LAIN mereka MINTA DIPENUHI, dan apabila mereka menimbang atau MENAKAR UNTUK ORANG LAIN, mereka MENGURANGI. ..
QS. Al-Muthaffifin: 1-3 

Ketika pertama kali tahu Surah di atas, para guru ustadz menerangkan tentang timbangan warung, jual-beli. Betul, memang tidak salah. Salah satu hal yg diajarkan surah di atas adalah TIDAK CURANG, atau JUJUR.

Apakah hanya urusan timbangan kiloan dimana 1 kg = 1.000 gram....? Ternyata lebih luas lagi maknanya dari sekedar timbangan kiloan. Apakah itu..?

Menurut sy, ini adalah perintah untuk BERLAKU ADIL dan OBJEKTIF dalam setiap persoalan. Berlaku Adil dan Objektif lah kepada pihak lain walau ada keberpihakan. Memang sulit untuk tidak berpihak, tetapi ini jangan jadi jebakan nafsu, sehingga akibat dari keberpihakan ini malah makin meninggikan rasa Kebencian. Itu mah masuk kategori 'Ashabiyah. Kasarnya, jadi kayak Iblis donk, mengajak membenci sampai akhirnya timbul permusuhan dan perselisihan... dengan dalih Cinta.

"Takaran" dalam ayat di atas bisa luas maknanya, apakah itu pemikiran, pemahaman, pertimbangan akal ataupun pola pandang. Termasuk "tidak melampaui batas" dan/atau berbicara diluar kapasitasnya. Dan selanjutnya berhubungan dengan keseimbangan IQ, EQ dan SQ.

"Mengurangi" atau "Penuhi" dalam ayat di atas adalah Objektivitas dalam menilai sesuatu. Adil dalam menilai sesuatu dan tidak dipengaruhi hawa nafsu. Dan selanjutnya berhubungan dengan "Shiddiqiyah".

Kan malu atuh, masa dari umat/pihak/ kelompok lain pinginnya "dipenuhi takarannya", tapi sebaliknya "mengurangi takaran" ke umat/ pihak/kelompok lain... Faham kan sayank..?

Bagaimana seandainya kalau menurut penilaian Allah, kita ini tidak Adil atau berbuat Dzalim kepada kaum lain, sehingga kaum lain itu merasa teraniaya...? Nah... bisa² Qunut Nazilahnya menghantam diri sendiri... bisa kan seperti itu..? A'udzubillaahi min dzaalik.

Artinya kalau masih begitu, ya lihat ayat selanjutnya Al-Muthaffifin, "Tidakkah orang-orang itu YAKIN.."... Atau kasarnya, ya artinya Kurang Punya IMAN... atau kurang pede... atau Inferiority complex.

Jadi,

“… Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak Adil. Berlaku Adillah, karena Adil itu lebih dekat kepada taqwa…” (QS. Al-Maidah: 8)

Share Hoax² dan Bencinya dikurangi eaa...

(Bandung, 09 Des 2016)

Semoga....

#ombad #tasawuf

THE MAJORITY RULES EFFECT

Mungkin karena masih banyak Muslim yg masih minder, demi keamanan, sebaiknya jangan dikritik, ntar ngamuk...

Begitupun mengkritik Ulama, wahh bahaya...! Apalagi mengkritik kumpulan para ulama yg katanya paling tinggi posisinya di Indonesia... wah, paling bahaya... ntar bisa dapat cap Mr. M atau N... Munafik... Neraka.

Ada benarnya dalam hal ini, almukarrom Aher al-hafidz menyarankan BANYAK BERDOA.

Banyak berdoa saja, kalau di Bandung muncul banyak sungai² baru seperti sungai Pasteur, atau sungai Pagarsih, atau danau Bale Endah...

Banyak berdoa saja, jika para pemimpin daerah tidak mampu memecahkan masalah, apalagi kalau pemimpinnya muslim.

Banyak berdoa saja, kalau ada sebagian kelompok yg masih merasa paling benar sehingga kesenangannya memaksakan pendapat sendiri, "Kata gw soto... Soto..!!"

Banyak berdoa saja, kalau ke depan nanti banyak demo-demo yg memaksakan kehendak, menghilang-paksakan "asas praduga tak bersalah". Memaksa jangan diperiksa, langsung dihukum...

Banyak berdoa saja, karena masih banyaknya penderita "inferiority complex" sehingga akan merasa paling jagoan kalau berkelompok. The Majority Rules effect.
 
Iya, banyak berdoa saja, daripada mereka ngamuk bareng-bareng, lalu merusak pot kembang..

Semoga semua makhluk berbahagia...

(Bandung, 10 Nov 2016)

#ombad

BUIH TERAPUNG

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Rasulullah SAW bersabda:

Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan Pemangsa yg memperebutkan makanannya.”

Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita..?”

Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam Hati kalian penyakit Al-Wahan.”

Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu..?”

Rasulullah SAW bersabda: ”CINTA DUNIA dan takut akan kematian.” (HR. Abu Dawud)

Buih yg terapung, terlihat jelas & indah, terlihat banyak apalagi saat ombak datang bergulung, tapi si buih² ini pun yg pertama hilang dan terhempas angin ke udara.

Artinya, Kuantitas sebesar apapun tidak dapat menutupi kelemahan Kualitasnya. Tertipu dengan banyaknya jumlah tapi tidak sebanding dengan kualitasnya. Menurut Rasulullah sendiri, berkualitas rendah.

Perkataan Rasul di atas mengindikasikan bahwa ada masa dimana umat Islam hanya peduli pada jumlah/kuantitas, tetapi lalai dalam peningkatan aspek kualitas SDM nya. Pokoknya tolak ukur yg dipakainya adalah prinsip The Majority Rules (mayoritas yg berkuasa).

Dan dampak yg paling berbahaya (bagi masing² individu) dari kondisi "majority rules" dan "kualitas" ini adalah Inferiority Complex, berupa masalah mental/psikologis dengan kepercayaan diri yg sangat rendah, dan lebih cenderung mudah tersinggung, marah, ngamuk atau agresif.

Btw... CINTA DUNIA itu selain cinta harta, juga cinta status atau eksistensi yaa...?

Oh iya, satu lagi... yg disebut Hadist di atas itu "Cinta Dunia" dulu, bukan "takut mati" dulu... 😀

(Bandung, 06 Nov 2016)

Semoga....

#ombad #tasawuf

TASAWUF DALAM METROLOGI

Sewaktu masa kuliah dulu, ada mata kuliah Metrologi Industri, waktu itu dosen pengajarnya adalah Bpk Dr. Taufiq Rochim yg baik dan ganteng.

Salah satu yg dibahas dalam ilmu Metrologi adalah tentang standarisasi pengukuran, baik sistem ISO, JIS, US, dsb. Dan akhirnya bisa memahami kenapa ada alat "Go - No Go" dan Toleransi ukuran geometri (+/-), dan ada "standar ukuran" yg disepakati di dunia engineering secara internasional.

Standar Ukuran ini bukan bicara tentang perasaan "suka" atau "tidak suka", seperti halnya menyukai grupband K-pop karena wajahnya sungguh cantik/tampan (walau mungkin hasil permak), dan kualitas nyanyinya kalah jauh sama gayanya. Apalagi dalam urusan ilmu/agama dimana ustadz atau ulama sebagai ujung tombaknya.

Standar Ukurannya pun bukan "suka" atau "tidak suka", tetapi "benar" atau "salah". Seperti halnya alat "Go - No Go" yg dipakai sebagai Quality Control dalam bidang permesinan, sehingga suatu produk yg dibuat bisa lulus dan lolos karena ada "standar ukuran" baik secara geometri maupun kualitasnya. Walau masih tetap ada "toleransi" seperti halnya alat "Go - No Go".

Standar Ukuran ini bukan masalah selera pribadi, "good looking", sorban, gamis ataupun asesoris lainnya. Tapi standar ukurannya adalah pemahaman ilmu, keimanan dan berujung pada akhlaqul karimah (akhlaq mulia).

Tapi memang sulit karena umat banyak yg memegang standar ukurannya lebih ke "hawa nafsu", "selera", "suka" atau "tidak suka", seperti halnya menyukai da'i yg materi lawaknya lebih banyak daripada materi ilmu agamanya. Masih banyak yg memakai aspek subjektivitas daripada objektivitas, sehingga makin banyak yg penilaiannya terbolak-balik, hoax dianggap benar dan benarpun dianggap hoax, salah dianggap benar dan benarpun dianggap salah.

Dan untuk memperbaiki "standar ukuran" ini akan sulit kalau dari luar dirinya. Bagaimanapun harus ada upaya dari dalam dirinya sendiri untuk memperbaiki "standar ukurannya". Seperti halnya seorang engineer yg harus paham ilmu Metrologi, sehingga ia semakin memahami karakteristik geometris dan material dari suatu produk ataupun komponennya, sehingga ia bisa mengukur kualitas perangkat mesin apapun.

Akankah tetap bersikukuh menunggu "seleksi" dan terpilih jadi "buih di lautan"...?

Atau... akan berupaya mengkalibrasi standar ukuran dirinya... Men-tera diri terus-menerus...?

(Bandung, 13 Jan 2017)

Semoga....

#ombad #tasawuf