26 July 2019

ANTARA AKAL DAN CINTA

"Manusia melewati tiga tahapan. Pada tahap pertama, ia menyembah apa saja --makhluk, pria, wanita, uang, perhiasan, anak-anak, bumi, tanah dan batu--. Kemudian, ketika sedikit lebih maju, ia menyembah Tuhan. Pada akhirnya, ia tidak berkata, 'Aku menyembah Tuhan' maupun 'Aku tidak menyembah Tuhan', maka ia telah melewati tahapan ketiga." (Rumi, Fihi Ma Fihi)

Tahapan Pertama adalah belajar melepaskan diri dari pemikiran bahwa dirinya mengerti atau benar-benar mengerti, meski kadang Logika sudah mendahului hati, dan merasa sudah paham. Pemikiran yang dimaksud seperti halnya gagasan-gagasan kaku, prasangka, serta pengkondisian pemahaman seseorang sebelumnya.

Proses "melepaskan" ini seperti halnya saat selembar kain ingin dijadikan baju, maka Akal akan mengatakan penjahit mana yang harus dipilih, lalu setelah itu Akal harus bisa menahan diri dan memberikan kepercayaan penuh bahwa si penjahit tersebut akan menyelesaikan pekerjaannya dengan benar.

Tahapan selanjutnya adalah perjuangan mengatasi nafsu dalam Kesunyian. Proses ini bisa diibaratkan sebagai suatu jalan dalam melepaskan pengalaman --tulisan, lisan, kitab-- orang lain, dan "mengganti" nya menjadi suatu pengalaman pribadi. Dan akhirnya sang diri pun menemukan sendiri pencerahannya.

Semua ini bukan berarti membuang Akal ataupun Nalar, karena bagaimanapun Akal itu memiliki tempatnya sendiri dan sangat berguna, tetapi dalam kondisi tertentu ada yang lebih dalam daripada Akal, dan dalam kondisi ini jangan dulu dianalisis, karena bagaimanapun sebagai seorang "pengamat" butuh objektivitas dan tidak perlu terburu-buru menganalisa sebagai seorang "pelaku" yang subjektif.

Mereka yang tidak memahami suatu hal, akan mengatakan bahwa hal itu tidak berguna. Tangan dan alat adalah bagaikan batu dan baja. Pukullah batu dengan tanah. Apakah percikan api akan terjadi..?

Dan seperti itulah cara mengedepankan hati ketika sedang "menggali" hati.


Semoga..
#ombad #tasawuf #rumi

25 July 2019

KEKURANGAN

Suatu ketika..

Istri : "Pah, bolehkah aku usul..?"
Suami : “Boleh istriku sayang, silahkan.."
Istri : "Mamah ingin, kita menulis kekurangan masing-masing di kertas kosong.. agar kita bisa saling intropeksi diri, tapi janji, tidak ada yg boleh tersingung. Bagaimana Pah..?"
Suami : “Baik..”

Sambil tersenyum manis sang istri kemudian pergi mengambil 2 lembar kertas kosong dan 2 pulpen.

Tiga puluh menit kemudian..

Istri : "Pah, Mamah sudah selesai nulisnya."
Suami : “Iya, Papah juga."
Istri : "Baiklah, sekarang tukar kertas kita. Jangan dibuka dulu, nanti kita baca secara terpisah. Silahkan buka kertas yg Mamah dan baca di kamar. Mamah akan baca di dapur."

Sang suami pun membuka kertas dan membacanya. Setiap membaca tulisan mengenai kekurangannya, air matanya tidak bisa dibendung, mengalir di setiap sudut matanya. Karena ternyata begitu banyak kekurangan pada dirinya.

Sementara itu, di dapur sang istri juga membuka kertas. Tak lama kemudian sang istri menghampiri suami ke kamar dengan raut muka masam.

Istri : "Bagaimana Pah, sudah baca..?"
Suami : “Sudah Mah, maafkan Papah yg tidak bisa sempurna mendampingimu … maafkan ya..."
Air matanya semakin deras mengalir.

Istri : “Iya Pah, tapi mengapa Papah tidak menulis apapun di kertas itu, padahal Mamah telah menulis segala kekurangan Papah..?"

Sambil menangis dan berbisik lirih di telinga sang istri, sang suami berkata:

"Istriku tercinta, tahukah engkau.. aku mencintaimu apa adanya.. Sehingga aku melihat kekuranganmu adalah kelebihanmu dan aku tahu Tuhan menciptakan setiap manusia dengan berbagai kekurangannya, untuk itu aku sebagai suami akan menjadi pelengkap untuk menutupi kekurangan istrinya.. aku mencintaimu karena Tuhan memilihmu sebagai pendampingku."

Sang istri pun tak sanggup menahan tangis mendengar ucapan dari sang suami yg begitu sangat mencintainya.

**

Moral of The Story..

Masa seorang lelaki yg udah tua, cengeng begitu..?! Perbaiki aja sifatnya, ngapain juga pakai nangis segala kayak sinetron..?! Dan juga, bohong nich si suami, masa istri tak punya kekurangan..?!

Dasar guombal..!!

Cerita lebay dan tidak mendidik..!


Semoga...
#ombad #moral #thestory

23 July 2019

NASIHAT ITU BUKAN JUDI

Dalam sebuah keluarga..
Sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia memberi pesan kepada kedua anaknya :

“Anakku, dua pesan penting yg ingin ayah sampaikan kepadamu untuk keberhasilan hidupmu. Pertama, jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Kedua, jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung..”

5 tahun berlalu, sang ibu menengok anak sulungnya dengan kondisi bisnisnya sangat memprihatinkan, ibu pun bertanya, “Wahai anak sulungku kenapa kondisi ekonomimu demikian..?”

Si Sulung menjawab : “Saya mengikuti pesan ayah Bu. Pesan yang Pertama, saya dilarang menagih piutang kepada siapapun sehingga banyak piutang yg tidak dibayar dan lama-lama habislah modal saya. Pesan kedua, ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsung dan saya hanya punya sepeda motor, itulah sebabnya pergi dan pulang kantor saya selalu naik taxi.."

Kemudian sang ibu pergi ke tempat si bungsu yang keadaannya berbeda jauh. Si bungsu sukses menjalankan bisnisnya. Sang ibu pun bertanya “Bungsu, hidupmu sedemikian beruntung, apa rahasianya..?”

Si bungsu menjawab : “Ini karena saya mengikuti pesan ayah bu. Pesan yg pertama saya dilarang menagih piutang kepada siapapun. Oleh karena itu saya tidak pernah memberi hutang kepada siapapun tetapi saya beri sedekah sehingga modal saya menjadi berkah. Pesan kedua, saya dilarang terkena sinar matahari secara langsung, maka dengan motor yg saya punya saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, sehingga para pelanggan tahu toko saya buka lebih pagi dan tutup lebih sore..”

**

Moral of The Story..

Nasihat sih oke.. cuma kalo ngasih nasihat itu jangan kayak gitu donk.. apa gak ada yang langsung to the point.. nasihat kok kayak judi harus ditebak-tebak dulu artinya..!

Sungguh cerita yang tidak mendidik !


Semoga..
#ombad #moral #thestory

21 July 2019

TASAWUF DALAM KETIDAKPASTIAN HEISENBERG

Banyak yang berbicara sesuatu meski pembicaraan tersebut tidak dipahaminya. Sebutlah sesuatu ini hanya baru diketahui, tetapi belum dipahami, apalagi sampai dialami. Sesuatu ini masih berupa misteri bagi dirinya. Misteri-misteri seperti ini seringkali dijelaskan dalam ceramahnya seorang ustadz, meski ia sendiri tidak menguasainya.  Begitupun hal seperti ini bisa muncul dalam khotbahnya seorang pendeta, bahkan para saintis, fisikawan, dll pun bisa melakukan hal yang sama.

Memang betul seperti yang dikatakan Heisenberg tentang asas Ketidakpastian, bahwa adanya keterbatasan manusia baik dalam melihat, mendengar ataupun merasa, termasuk keterbatasan dalam pemikiran dan pemahaman, maka akan terbatas juga dalam memberi konfirmasi yang lebih meyakinkan tentang segala sesuatu.

Seperti halnya indera penglihatan manusia yang hanya mampu melihat dalam batas spektrum kasat mata (visible spectrum), dalam batas gelombang cahaya tampak, spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 400–700 nm.

Ada sesuatu yang tak terbatas dan sulit untuk diketahui serta dibuktikan dengan keterbatasan alat-alat pengukur atau pengamatan. Dan sang waktu tetap menunggu keberhasilan upaya dalam "menerobos" dunia mikrokosmos yang lebih dalam, seiring dengan perkembangan alat-alat pengukuran.

Dan keterbatasan ini tetap akan menyisakan suatu misteri. Sayangnya, misteri ini seringkali ditafsirkan seenaknya sendiri oleh mereka yang susah untuk mengakui bahwa mereka itu sebenarnya tidak paham, dan hanya menebak-nebak saja disesuaikan dengan pikirannya.

Hikmah itu --perbendaharaan-- yang hilang dari kaum Mukmin. Di mana pun ia ditemukan, ia berhak --diambil-- untuk itu.” (HR. Turmudzi & Ibn Majah, dari Abu Hurairah ra.)

Itulah, betapa sulitnya untuk berlaku Jujur dan Adil meski dalam pemikiran. Seperti halnya terjebak dalam samarnya Kesombongan yang selalu mengaku sebagai suatu Keikhlasan. 

"Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan." (Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, 1975)

Ya gimana lagi, ketika kita melihat atau mendengar yang seperti itu, jika belum bisa cuek, ya berusaha "menerima" saja meskipun terasa janggal, karena mereka hanya melontarkan bungkusnya dan bukan isinya. Bukankah nada-nada dalam alat musik pun akan terdengar sumbang jika yang memainkannya tidak kompeten. Begitupun, lagu yang indah pun akan terasa memuakkan jika penyanyinya buruk.

Akhirnya, berusahalah untuk tetap tersenyum, dan ikuti saja seperti yang dikatakan sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw. :

"Perhatikan apa ucapannya, bukan siapa yang mengucapkan."

Dan tetaplah teliti karena gradasi intelektual pun makin bertebaran di bumi fallacy.

Semoga..
#ombad #tasawuf #dalam