"Manusia melewati tiga tahapan. Pada tahap pertama, ia menyembah apa saja --makhluk, pria, wanita, uang, perhiasan, anak-anak, bumi, tanah dan batu--. Kemudian, ketika sedikit lebih maju, ia menyembah Tuhan. Pada akhirnya, ia tidak berkata, 'Aku menyembah Tuhan' maupun 'Aku tidak menyembah Tuhan', maka ia telah melewati tahapan ketiga." (Rumi, Fihi Ma Fihi)
Tahapan Pertama adalah belajar melepaskan diri dari pemikiran bahwa dirinya mengerti atau benar-benar mengerti, meski kadang Logika sudah mendahului hati, dan merasa sudah paham. Pemikiran yang dimaksud seperti halnya gagasan-gagasan kaku, prasangka, serta pengkondisian pemahaman seseorang sebelumnya.
Proses "melepaskan" ini seperti halnya saat selembar kain ingin dijadikan baju, maka Akal akan mengatakan penjahit mana yang harus dipilih, lalu setelah itu Akal harus bisa menahan diri dan memberikan kepercayaan penuh bahwa si penjahit tersebut akan menyelesaikan pekerjaannya dengan benar.
Tahapan selanjutnya adalah perjuangan mengatasi nafsu dalam Kesunyian. Proses ini bisa diibaratkan sebagai suatu jalan dalam melepaskan pengalaman --tulisan, lisan, kitab-- orang lain, dan "mengganti" nya menjadi suatu pengalaman pribadi. Dan akhirnya sang diri pun menemukan sendiri pencerahannya.
Semua ini bukan berarti membuang Akal ataupun Nalar, karena bagaimanapun Akal itu memiliki tempatnya sendiri dan sangat berguna, tetapi dalam kondisi tertentu ada yang lebih dalam daripada Akal, dan dalam kondisi ini jangan dulu dianalisis, karena bagaimanapun sebagai seorang "pengamat" butuh objektivitas dan tidak perlu terburu-buru menganalisa sebagai seorang "pelaku" yang subjektif.
Mereka yang tidak memahami suatu hal, akan mengatakan bahwa hal itu tidak berguna. Tangan dan alat adalah bagaikan batu dan baja. Pukullah batu dengan tanah. Apakah percikan api akan terjadi..?
Dan seperti itulah cara mengedepankan hati ketika sedang "menggali" hati.
Semoga..
#ombad #tasawuf #rumi