01 July 2017

FILM "AKU ADALAH KAMU YANG LAIN"

Fakta di lapangan itu memang ada kok kejadian seperti yg digambarkan dalam film “Kau adalah Aku yang Lain”. Jadi gak usah tersinggung.

Fair aja lah, memang ada kok "tokoh agamis" seperti dalam film “Kau adalah Aku yang Lain”, yg imannya hanya di bibir saja. Muslim yg tak punya hati nurani dan radikal. Ya tidak punya hati nurani lah, jika sampai melarang ambulans yg membawa orang sakit lewat di tengah pengajian, dan marah.

Memang betul yg dikatakan pemuda di film tersebut ketika mengingatkan "tokoh agamis" tersebut, bahwa sikapnya itu salah. Seharusnya hasil ibadah ritual dalam Islam itu bisa membentuk akhlaq mulia, yg salah satu cerminannya adalah menghargai Kemanusiaan lebih dari segalanya. Silakan lihat postingan sy sebelumnya, Mendahulukan Kemanusiaan ( https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10208614376021748&id=1380159371 ).

"Mereka yg bukan saudara dalam Iman adalah saudara dalam Kemanusiaan." (Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)

Dan selanjutnya, dalam masalah keilmuan, tidak sekedar memahami aspek Fiqh saja, tidak sekedar berhenti di kewajiban saja, tetapi sebaiknya juga memahami "prioritas" dalam kaidah-kaidah Ushul Fiqh (qawa'id). Jadi nanti akan paham, bahwa urusan menyelamatkan jiwa itu termasuk prioritas tinggi.
  
Dan ingat, menyelamatkan satu jiwa itu nilainya sama dengan menyelamatkan seluruh jiwa, seperti makna Ayat di bawah ini : 

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

Barangsiapa yg membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yg memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Maidah: 32)

Btw, di akhir jaman ini memang banyak yg kayak Haji Muhidin (sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”), seorang "muslim" yg sok kuasa, merasa paling Islam, tapi hatinya dengki. Dan mungkin semakin sulit saja bagi orang-orang berhati dengki untuk mengamalkan Hadist ini:

"Orang-orang yg penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah yg di atas muka bumi niscaya yg di atas langit pun akan menyayangi kalian." (HR. Tirmidzi)

Semoga....
#ombad #tasawuf

**

MENDAHULUKAN KEMANUSIAAN

Suatu hari, seorang Arab dusun mendatangi Rasulullah SAW, lalu bertanya, “Siapa engkau?”
Rasulullah menjawab, “Aku utusan Allah.”
Ditanya lagi, “Siapa yg mengutusmu?”
Rasulullah menjawab, “Allah.”
“Dengan apa Dia mengutusmu?” tanya orang itu lagi.

Rasulullah menjawab:

- Mengeratkan tali persaudaraan,
- Melindungi kehidupan,
- Mengamankan jalan,
- Menghancurkan berhala sehingga hanya Allahlah yg disembah.

Dari Hadist di atas dapat kita lihat bahwa Risalah yg dibawa Rasulullah dasarnya itu KEMANUSIAAN dulu, baru selanjutnya perkara Tauhid (..menghancurkan berhala..).

Meskipun Tauhid adalah pondasi risalah, namun Rasul menyebutkan aspek-aspek Kemanusiaan lebih dulu. Kenapa..? .. Karena jika rasa Kemanusiaan rusak, maka langkah dalam beragama (tadayyun) pun akan bertentangan dengan tujuan agama itu sendiri.

Satu contoh lagi... Rasulullah SAW bersabda,

Sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambung tali peraudaraan, dan Shalatlah di kala malam saat orang-orang terlelap, dan engkau akan masuk surga dengan selamat.”

Coba lihat hadist di atas, aspek² Kemanusiaan dulu kan..?
Masih gak percaya...?

Lihat aja para Teroris, ataupun Kaum Khawarij yg membunuh Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw., dimana orang-orang ini beribadah semalaman sebelum membunuh, shalat sepanjang malam hingga kaki bengkak, para penghafal Quran, dsb.

Jadi, jika kita tidak memiliki pemahaman hakiki tentang Kemanusiaan, maka "beragama" pun bisa rusak, karena aspek-aspek Kemanusiaan itu merupakan:

- Wadah dalam beragama,
- Wadah bagi ibadah ritual (sarana pendekatan diri ke Allah).
- Wadah bagi Tauhid atau Keyakinan.

Bukankah tukang ibadah yg rajin pun akan disebut Pendusta Agama jika menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin...?

Semoga...
#ombad

29 June 2017

CANDA ITU NYUNNAH...

Dalam acara Mata Najwa, Gus Mus mengatakan bahwa Kanjeng Nabi itu suka bercanda (humor).

Sy ingat, beberapa postingan sy dulu, memposting kisah canda-canda Rasulullah SAW.

***

Suatu ketika, Rasulullah SAW dan para sahabat ra sedang ifthor. Hidangan pembuka puasa dengan kurma dan air putih.

Setiap kali makan sebiji kurma mereka menyisihkan di tempatnya masing-masing. Beberapa saat kemudian 'Ali bin Abi Thalib menyadari kalau dia memakan terlalu banyak kurma di mana biji-biji kurma itu lebih menumpuk ke sisi Ali dibanding di sisi Nabi.

Dalam suasana hangat itu, 'Ali bin Abi Thalib timbul isengnya. 'Ali mengumpulkan kulit kurmanya dan diletakkan di tempat kulit kurma Rasulullah SAW.

Lantas Ali berkata, "Yaa Rasulullah, engkau memakan kurma lebih banyak daripada aku, lihatlah biji-biji kurma yang menumpuk di tempatmu."

Nabi pun tertawa dan sambil bercanda menjawab,

"Nah 'Ali, kamulah yang memakan lebih banyak kurma, karena aku memakan kurma dan masih menyisakan biji-bijinya sedangkan engkau memakan kurma berikut biji-bijinya."

:D

***

Di antara sahabat yg terkenal sering bergurau adalah Nu’aiman bin Umar al-Anshari ra. Pokok na mah pangjail na wé.. :D Beliau termasuk orang yg ikut berbai’ah ‘Aqabah kedua, pernah ikut perang Badar, Uhud, Khandaq dan seluruh peperangan yg ada.

Ada kisah:

Makhrumah bin Naufal telah mencapai usia 115 tahun, maka ia berdiri di masjid ingin kencing, sehingga para sahabat berteriak, “Masjid..! Masjiiiid..!"

Maka Nu’aiman menuntunnya dgn tangannya, kemudian ia membungkuk dengan membawa orang itu di bagian lain dari masjid. Setelah itu Nu’aiman berkata kepadanya, “Kencinglah di sini,” maka para sahabat berteriak lagi dan Makhrumah berkata, “Celaka kalian! Siapakah yg membawaku ke tempat ini..?”

Mereka menjawab, “Nu’aiman.”

Makhrumah berkata, “Sungguh jika aku beruntung aku akan memukulnya dengan tongkatku..!”

Maka berita itu sampai pada Nu’aiman, lalu Nu’aiman tinggal beberapa hari, kemudian datang kepada Makhrumah, sedangkan Utsman sedang shalat di bagian pojok masjid. Maka Nu’aiman berkata kepada Makhrumah, “Apakah kamu menginginkan Nu’aiman..?“

Makhrumah menjawab, “Ya,” maka Nu’aiman menuntunnya sehingga berhenti di hadapan Utsman (yg sedang shalat), dan Utsman kalau shalat tidak pernah menengok, maka Nu’aiman berkata. “Di depanmu itu Nu’aiman.”

Maka Makhrumah memukulkan tongkat itu kepada Utsman sehingga Utsman pingsan, maka para sahabat berteriak kepadanya,

“Apakah engkau tega memukul Amirul Mukminin..?!”
 
Jail pisan... :D
 
***

Suatu ketika Nu’aiman datang ke Madinah dan membawakan sesuatu (madu) untuk Rasulullah SAW yg diambilnya dari salah seorang pedagang di Madinah.

Nu’aiman berkata, “Ini aku hadiahkan untukmu wahai Rasulullah.”

Tak lama berselang, seseorang datang kepada Nu'aiman untuk menagih uang pembelian barang tersebut. Saat itu juga si penjual dibawa kepada Rasulullah SAW. 

Nu’aiman berkata, “Wahai Rasulullah SAW berikan kepada orang ini uangnya (harga barangnya).”

Nabi berkata, “Bukankah kamu telah menghadiahkan kepadaku..?”

Nu’aiman berkata, “Demi Allah, saya tidak mempunyai uang untuk membelinya, tetapi saya ingin engkau memakannya."

Dan Rasulullah SAW pun tertawa, lalu memerintahkan untuk memberikan uangnya kepada si penjual.

:D

Jadi,

“Sahabat Rasulullah SAW bukanlah orang-orang yg serius terus-menerus, bukan pula orang-orang yg bermalas-malasan (yg tidak bergerak), tetapi mereka itu sering bersenandung dengan puisi-puisi (syair-syair), dan mengingat masa-masa jahiliyah mereka." (Al-Mushannaf, Ibnu Syaibah).

Semoga...

#ombad

27 June 2017

TERTIPU HAWA NAFSUNYA

Tadi malam berdiskusi dengan beberapa orang teman, sebutlah diskusi tentang Agama, Spiritual dan Tasawuf.

Teman yg satu bertanya, kenapa semakin banyak bermeditasi malah semakin "longgar" dan "malas" menjalankan Syariat, meski memang merasa "tenang".

Terus yg lain pun bertanya, kenapa ketika dalam posisi paling puncak (menurutnya) semakin "bias" atau "sulit" berdoa, seolah pikirannya buyar.

Dan masih banyak lagi pertanyaannya.. yg kebanyakan berhubungan dengan "kemerasaan" maqam tertenty, bahkan sampai ada yg merasa bisa "menilai" para Wali Allah.

Pertama, biasanya jika transformasi Kesadaran itu dalam lingkup tasawuf, maka semakin seseorang naik derajat Kesadaran Spiritualnya, maka ia akan semakin disiplin dan ketat syariatnya, karena semakin tinggi spiritualnya, ia akan semakin mengenal rahasia syariat dan agungnya perintah Allah yg berhubungan dengan aturan syariat. Kenapa..?

Karena Syariat dengan Hakikat itu merupakan satu kesatuan dan saling berhubungan. Jika "kemerasaan" tingginya spiritual menyebabkan semakin jauh dari syariat (lalu meninggalkan syariat), itu sangat berlawanan dengan ajaran agama yg dibawa para Nabi, sedangkan para Nabi itu terjamin Benar dan Ma'sum dari mulai yg paling bawah sampai paling atasnya, sedangkan kita ini tidak dijamin. Dan jika berlawanan seperti itu, artinya ada kesalahan dalam prosesnya, serta akhirnya akan menjauhkan diri dari agama, terlepas ia mau mengaku sebagai apapun. Dan disitulah jebakannya.

Bisa aja bukan bermakrifat kepada Allah, tetapi aslinya bermakrifat kepada jin, setan atau hawa nafsu sendiri, meski merasa bermakrifat kepada Allah.. :D Tipu daya Iblis bisa sangat halus, bisa kelihatan lembut, bisa kasar, bisa hebat dan bisa membuat orang lain terpukau.

مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ (صحيح البخاري و مسلم)
 

Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa yang Allah kehendaki Kebaikan maka niscaya Allah akan fahamkan dia dalam urusan agamanya."  (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua, semakin tinggi maqam spiritual, seharusnya makin "jernih", makin objektif, makin bisa melihat jelas mana yg salah dan mana yg benar, makin jelas mana Fitrah diri dan mana hawa nafsu diri. Jadi bukannya makin buyar dan "bias" sehingga makin sulit "melihat" diri dan makin sulit berdoa atau berdzikir.

Dan jika makin "buyar" seperti itu, artinya bukan makin jelas "pemisahan" nya, tetapi malah semakin "bercampur". Jadi Siddiqiyah nya ke mana..? Kabur menjauh donk, kayak Bang Toyib.. :D

Terakhir, jika "kemerasaan" nya makin tinggi, ya artinya makin rendah, seperti halnya semakin tinggi kesadaran seseorang, ia akan semakin merasa kotor di depan Tuhannya, bukan semakin merasa bersih ataupun suci. Bukankah para Nabi yg Ma'sum aja selalu menyebut dirinya seorang yg dzalim (.. inni kuntu minadz Dzaalimin...)

"Kemerasaan" seperti itu mungkin disebabkan promosi pelatihan tertentu, yg promosinya bisa mencapai maqam tertentu dengan instan... :D

Perasaan (ego) spt itu seringkali menipu diri sendiri. Kesadaran masih di Mulkiyah tapi merasa sudah di Lahut. Ilusi pikiran dianggap Kasyf, bahkan Bashirah. Merasa sudah lancar dan mahir membaca padahal masih belajar mengeja huruf-huruf seperti halnya anak sy yg baru bisa membaca waktu itu.. :D

"Jika Kasyf bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah Kasyf dan berpeganglah pada Al-Qur’an dan Sunnah. Katakan pada dirimu : Sesungguhnya Allah SWT menjamin keselamatan saya dalam Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya dari kesalahan, bukan dari Kasyf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah terlebih dahulu." (Syeikh Abul Hasan Syadzili ra.)

Ya, akhirnya kesimpulan dari obrolan itu, sy sarankan aja, meditasinya "reset" dan pakailah pola Tasawuf, serta belajarlah Objektif supaya tidak jadi korban pembodohan.

Semoga....

#ombad #meditasi #tasawuf

26 June 2017

MORE THAN IBLIS

Jika lihat kasus-kasus kemarin, ternyata kasus korupsi banyak menyeret orang-orang yg berpenampilan agamis, yg terlihat taat, mungkin ibadah umrahnya pun bolak-balik mirip setrika, serta bahasa kesehariannya pun banyak selipan ngarab.. :D

Ya gak usah aneh, toh Iblis juga dulunya adalah hamba Allah yg paling taat beribadah. Iblis itu kan bukan Liberal, Komunis apalagi Atheis... :D

Cuma bedanya si Iblis mah terjebaknya di Kesombongan, dimana akibat Taat beribadah sehingga merasa derajatnya lebih tinggi serta merasa lebih beriman. Tetapi kalau Koruptor mah terjebaknya di nafsu Serakah dan Rakus.

Cuma kalau dibanding-banding sich lebih parah Koruptor, karena "terlihat Taat" nya itu dipakai buat menutupi Keserakahan dan Kerakusannya.

Jadi bisa saja nanti, kalau si Iblis itu menjadi Terlaknat karena Kesombongannya, tetapi kalau si Koruptor itu bisa lebih parah, selain jadi Terlaknat karena Serakah dan Rakusnya, bisa saja mereka plus Terkutuk karena Menipu dengan "terlihat Taat" nya serta "menipu" Tuhan karena zakat/sedekah pakai duit hasil korupsi.

:D
#ombad

25 June 2017

TUJUH - LIMA TASBIH

Mudah-mudahan setelah mengolah diri lewat puasa kita semua kembali bersih dan suci seperti fithrah ruh sebelum turun ke dunia.

Dalam kondisi Fithrah seperti itu, seharusnya Keakuan, Ego dan Kesombongan bisa luruh, sehingga Hati bisa menyadari dan merasakan bahwa:

- Diri ini begitu kecilnya, sedemikian kecilnya bahkan bukan apa-apa di hadapan Allah SWT. #AllahuAkbar

- Diri ini masih banyak berhala, Syirik-syirik khafi masih banyak yg harus dinafikan dan dibersihkan dari dalam Hati, sehingga Hati kita bisa tetap lurus dalam Tauhid Ahadiyah. #Laailaahaillallaah

- Dan semua itu tidak mungkin dicapai oleh diri yg sangat hina, jika tanpa Kemuliaan Rahmat dan Karunia Allah. #Alhamdulillaah

Dan dengan bekal kualitas Hati dan Kesadaran Fithrah seperti itu, mudah-mudahan dalam menjalani kehidupan selanjutnya, diri kita senantiasa :

- Bisa merasakan dan menyaksikan Ke-Mahasuci-an, Ke-Mahamulia-an, Ke-Wahid-an, Ke-Ahad-an, serta Ke-Mahabesar-an Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan. #Tasbih

- Bisa menyucikan Ketujuh Nafsu (Nafs Ammarah, Lawwamah, Mulhimah, Muthmainnah, Radiyah, Mardiyah & Shafiyah wal Kamilah) yg berada di Kelima Anasir/unsur tubuh (Tanah, Air, Api, Angin & Nur), dan juga,

- Bisa menapaki Ketujuh Alam (Ahadiat, Wahdat, Wahidat, Arwah, Ajsam, Mistal & Insan Kamil), sehingga semakin menguatkan Kelima aspek Tauhid (Af'al, Asma, Sifat, Dzat & Ahadiyah).

Itulah "rangkaian" proses Puasa, malam Takbiran dan Shalat 'Id (tujuh - lima Tasbih)..

Selamat berbahagia.

Semoga....

#ombad #tasawuf #idulfitri