09 December 2018

TASAWUF DALAM KALKULUS

Kalkulus dalam Matematika itu seperti suatu sikap yang dibutuhkan dalam  beragama, karena Kalkukus dan Agama itu sama-sama mengajarkan Objektivitas dan Kejujuran dalam bertindak.

Bukankah Agama mengajarkan : 

Jika Benar disebut Benar, itu artinya Perbuatan Benar. 

Jika Benar disebut Salah, itu artinya Perbuatan Salah. 

Jika Salah disebut Benar, itupun artinya Perbuatan Salah. 

Dan jika Salah disebut Salah, itu artinya Perbuatan Benar. 


Jika BENAR = PLUS (+), 

dan SALAH = MINUS (-), 

maka Hukum Perkalian dalam Matematika pun bisa makin memperjelas tujuan beragama seperti di atas. 

- Jika Benar disebut Benar, maka ini adalah Perbuatan Benar, karena itu : 

Plus x Plus = Plus.

+ x + = +

 

- Jika Benar disebut Salah, maka ini adalah Perbuatan Salah, karena itu : 

Plus x Minus = Minus.

+ x - = - 

 

- Jika Salah disebut Benar, maka ini adalah Perbuatan Salah, karena itu : 

Minus x Plus = Minus.

- x + = - 

 

- Dan jika Salah disebut Salah, maka ini adalah Perbuatan Benar, karena itu : 

Minus x Minus = Plus.

- x - = +

 

Implikasi dari sikap Objektif dan Jujur itu akan membentuk Tindakan yang Benar, dan dalam tahap selanjutnya adalah Tindakan Adil (tidak Dzalim).

"Kecelakaan besar lah bagi orang-orang yang Curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menimbang atau menakar untuk orang lain, mereka mengurangi." (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)

“… Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak Adil. Berlaku Adillah, karena Adil itu lebih dekat kepada taqwa…” (QS. Al-Maidah: 8 )

Persamaan Kalkulus di atas itu termasuk pelajaran tingkat dasar dalam Matematika, seperti halnya sikap Objektif, Jujur serta Adil yang menjadi dasar dalam peningkatan kualitas Taqwa (dalam beragama).

Artinya pendidikan awal yang harus diajarkan kepada anak-anak terkait hidup beragamanya adalah sikap Objektif, Jujur serta Adil, seperti halnya Hukum Perkalian dalam pelajaran dasar Kalkulus. 

Sehingga mereka dalam mengisi perjalanan hidup (Takdir, Qadha, Qadar) nya akan sentiasa berupaya diisi dengan Kebaikan, Kejujuran, Objektivitas dan Kebenaran.

Karena hidup itu seperti halnya Persamaan Diferensial yg mengajarkan bahwa ada suatu Konstanta (c) yg hilang saat suatu fungsi (y) yg ter-diferensi menjadi y’ (dy/dx). Dan lewat hidup, Tuhan memberi isyarat kepada hamba-Nya bahwa Konstanta (c) yg tidak ditampakkan ini mengandung muatan ketetapan-Nya (Takdir, Qadha, Qadar) yg harus ditempuh oleh manusia untuk "ditemukan" kembali sambil mengisinya dengan variabel yg positif dan bermanfaat. 

Dan hukum positif universal (sunatullah) itu tergantung nilai muatan apa yg jadi pengisi fungsi y nya. Jika diisi positif, maka akan jadi positif, begitu juga sebaliknya. Bukankah jika kita berbuat baik kepada orang lain itu artinya sedang berbuat baik kepada diri sendiri..?

Sampai akhirnya hamba-Nya ini bisa kembali utuh menjadi F(x) menurut Tuhan, serta diridhai-Nya. Dan juga bisa ridha dalam setiap takdir-Nya.


Semoga..
#ombad #tasawuf #dalam