05 April 2018

MENJAGA WUDHU

Shalat dan Wudhu itu satu kesatuan, bagaikan dua sisi mata uang. Tidak akan berkualitas shalat seseorang jika wudhunya tidak berkualitas, dan tidak akan diterima shalat jika tidak diawali wudhu. Melalaikan wudhu sama artinya dengan melalaikan shalat.

Wudhu merupakan proses penyucian diri agar mampu melakukan komunikasi Dzat Yang Mahasuci. Karena itu, menyempurnakan wudhu adalah sebuah keutamaan sekaligus keharusan.

Rasulullah SAW mengatakan, saat seseorang berwudhu kemudian membaguskan wudhunya dan mengerjakan shalat dua rakaat, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam berwudhu dan shalatnya tentang hal duniawi, niscaya keluarlah ia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya. (HR. Bukhari dan Muslim, dari 'Ustman bin Affan ra.)

Banyak keutamaan jika kita bisa menjaga wudhu terus-menerus, diantaranya:

- Meninggalkan jejak di surga.

Di suatu pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam memanggil Bilal bin Rab'ah ra., lalu bertanya,

"Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di hadapanku."

Bilal menjawab,

"Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah itu." (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

- Bisa membersihkan dosa.

Rasulullah SAW bersabda:

"Apabila seorang muslim atau mukmin berwudhu kemudian mencuci wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya tersebut setiap dosa pandangan yg dilakukan kedua matanya bersama air wudhu atau bersama akhir tetesan air wudhu. Apabila ia mencuci kedua tangannya, maka akan keluar setiap dosa yg dilakukan kedua tangannya tersebut bersama air wudhu atau bersama akhir tetesan air wudhu. Apabila ia mencuci kedua kaki, maka akan keluar setiap dosa yg disebabkan langkah kedua kakinya bersama air wudhu atau bersama tetesan akhir air wudhu, hingga ia selesai dari wudhunya dalam keadaan suci dan bersih dari dosa-dosa." (HR. Muslim, dari Abu Hurairah ra.)

- Kebeningan dan cahaya ruh.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan dahi, kedua tangan dan kaki mereka bercahaya, karena bekas wudhu." (HR. Bukhari dan Muslim)

- Tanda pengenal di alam ruh.

Para Sahabat bertanya: "Bagaimana engkau mengenali umatmu setelah sepeninggalmu, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam..?"
Rasulullah SAW menjawab: "Tahukah kalian bila seseorang memiliki kuda yg berwarna putih pada dahi dan kakinya diantara kuda-kuda yg berwarna hitam yg tidak ada warna selainnya, bukankah dia akan mengenali kudanya.?"
Para Sahabat menjawab: “Tentu wahai Rasulullah.”
Rasulullah berkata: "Mereka (umatku) nanti akan datang dalam keadaan bercahaya pada dahi dan kedua tangan dan kaki, karena bekas wudhu mereka." (HR. Muslim)

Saking pentingnya menjaga Wudhu, sampai mau tidur pun disunnahkan berwudhu dulu, seperti yg disarankan Rasulullah SAW:

"Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana Wudhumu untuk shalat." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan termasuk ketika mau berhubungan sex pun disunnahkan berwudhu dulu, seperti yg dikatakan Rasulullah SAW:

"Apabila seseorang telah berhubungan dengan istrinya, kemudian ingin mengulanginya lagi maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu." (HR. Muslim, At-Tirmidzi & Ahmad, dari Abu Sa’id Al-Khudri ra.)

Perlu diingat, selalu ada korelasi perbuatan/amal lahiriah dengan batiniah. Dan diharapkan dengan terbiasa menjaga wudhu secara lahir ini, maka akan mulai mengamalkan wudhu secara batiniah, yg menurut Abdurrahman Hatim Al-Asham ra. bahwa Wudhu Batin itu adalah membasuh anggota badan dengan tujuh perkara, yaitu dengan :

- Taubat,
- Menyesali dosa,
- Membersihkan diri dari cinta dunia,
- Tidak mencari dan mengharapkan pujian dari manusia,
- Meninggalkan sifat bermegah-megahan,
- Menjauhi khianat dan menipu, serta
- Meninggalkan dengki.

Mudah-mudahan lewat Wudhu Batin ini para Salik bisa mempersiapkan diri dalam memasuki perjalanan selanjutnya dalam "kebeningan" dan "cahaya di atas cahaya".

Semoga....
#ombad #tasawuf

03 April 2018

RAJAB

Rajab, RA - JIM - BA

- RA dari kalimah Rahmatullah (rahmat Allah),

- JIM dari kalimah Jinayatul-'Abd (kesalahan hamba Allah), dan

- BA dari kalimah Birrullah (kebajikan Allah).

Rajab bermakna "Kemuliaan" atau "Kebesaran". Orang Arab menamakan demikian karena pada masa jahiliyah dulu di bulan ini dilakukan adat-adat pemuliaan seperti qurban, Fara', dan Atirah.

Dalam QS. at-Taubah : 36, disebutkan tentang "empat bulan yg suci". Ke-empat bulan yg disebut Bulan Haram ini adalah Dzulqa'idah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab. Bulan Haram berarti bulan 'gencatan senjata', tidak diperbolehkan berperang kecuali dalam keadaan diserang.

Bulan Rajab memiliki beberapa nama, antara lain:

1. Al-Ashamm (yang tuli), karena tidak terdengarnya gemerincing pedang yg saling beradu, disebabkan karena Rajab itu termasuk bulan yg diharamkan adanya peperangan.

2. Munashil al-Asinah (), maknanya anak panah besi yg dicabut seperti mencabut gigi.

3. Al-Ashabb (limpahan), karena limpahan rahmat yg banyak diturunkan pada bulan ini.

4. Al-Fard, karena terpisah sendiri dari tiga haram lainnya yg berurutan.

5. Al-Mudhar, karena suku Mudhar sangat mengagungkan bulan ini dan amat menjaga kehormatannya.

Beberapa peristiwa di Bulan Rajab:

1. Hijrah Pertama ke Negeri Habsyah (Ethiopia),
2. Peristiwa Isra' Mi'raj Rasulullah SAW,
3. Kelahiran Sayidina 'Ali bin Abi Thalib kw di dalam Ka'bah,
4. Peristiwa Perang Tabuk,
5. Kelahiran Imam Syafi'i ra,
6. Pembebasan Al-Quds oleh Shalahudin al-Ayyubi.

Doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW:

اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان وبلغنا رمضان

"Alloohumma baariklanaa fii Rojaba wa Sya’baana wa ballighnaa Romadhoona.”

"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan."


Semoga....
#ombad #tasawuf

TENTANG RUH

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Qs. Al-Isra : 85)

Kadangkala bagi saya, terjemahan (menurut Departemen Agama) ayat ini bagai buah simalakama.

Analogi :

Mobilnya si A mogok gara-gara baterai buatan Cikarang nya lemah/jelek. Ketika ditanya sama si B, "Kenapa mobilnya..?"

si A menjawab, "Mobil ini mogok gara-gara baterai Cikarang."

si B pun menjawab, "Baterai urusan Cikarang, jangan diurusin..!"

Akhirnya, mobilpun tetap mogok karena tidak ada yang mengurus baterai.

Jawaban yang tepat menurut saya adalah, "Saya bukan ahlinya".

Bagaimana, jika seseorang yang "sakit" ruhnya tetap dibiarkan, karena pemahaman terhadap terjemahan (Dep. Agama) tersebut.

Bagaimana kalau terjemahan (saya) jadi begini :

"Dan benar-benar Kuberikan ILMU TENTANG RUH kepadamu dalam kadar yang sedikit."

Ilmu "yang sedikit" ini tentunya menurut kadar/ukuran Allah.

Ada masukan, bagaimana konsep/makna ayat tersebut menurut balaghah ?


Semoga...
#ombad #tasawuf

HENING DALAM RAMAI

Anda pernah cium batu yg nempel di Ka'bah (Hajar Aswad)..?
Meski di sekitar sangat ramai, baik suara maupun sesaknya orang-orang, tapi terasa sangat hening ketika sedang mencium batu tersebut.

Anda pernah Wukuf di Arafah..?
Puncak dari ibadah haji ini pasti dihadiri oleh semua jemaah haji yg berjumlah jutaan, tetapi "keramaian" jutaan jemaah itu seolah sirna dalam Keheningan ketika sedang Wukuf.

Ada apa dengan "Hening"..?

Apakah banyak pikiran itu belum "hening"..?

Apakah "damai" itu berhubungan dengan "hening"..?

Apakah Dzikir Sirr tanpa huruf dan kata itu berhubungan dengan "hening"..?

Dan apakah mendekati yg Maha Sendiri itu akan merasa "hening"..?

Jawaban-jawaban di atas mungkin hanya bisa dijawab dalam "keheningan" dan bukan dalam kondisi "ramai". Dan "Hening" itu ketika pikiran-pikiran kita sudah bisa "diam".

Satu hal yg pasti, "hening" itu bukan sepi dan kesepian.

Rasulullah SAW bersabda :


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من احب لقاء الله احب الله, لقاءه ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه
 
Barangsiapa yg merindukan pertemuan dengan Allah, maka Allah pun akan merindukan pertemuannya dengan diri-Nya. Dan barangsiapa yg tidak menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak menyukai pertemuan dengannya.” (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,

"Diantara kesempurnaan iman seseorang adalah meninggalkan suatu pekerjaan yg tidak menjadi kepentingannya." (HR. Tirmidzi)

Ahh, memang masih terlalu banyak rahasia yg tersembunyi ketika Rasulullah SAW "mengheningkan" diri di Gua Hira.


Semoga...
#ombad #tasawuf