24 February 2018

DAKWAH ITU BENING HATI

Suatu hari Syeikh 'Abdul Qadir Al-Jailani qs. ingin mendidik anaknya, "Wahai anakku, berdiri dan berceramahlah."

Si anak kemudian berceramah dgn sangat bagus. Namun, tidak ada seorang pun yg menangis dan merasa khusyu'. Mereka bahkan bosan mendengar ceramahnya.

Setelah anaknya selesai berceramah Syeikh 'Abdul Qadir naik ke mimbar lalu berkata, "Para hadirin, tadi malam, isteriku, ummul fuqoro menghidangkan ayam panggang yg sangat lezat, tapi tiba-tiba seekor kucing datang dan memakannya."

Mendengar ucapan ini, para hadirin menangis, bahkan sampai ada yg histeris.

Si anak berkata, "Aneh..., aku bacakan kepada mereka ayat-ayat Quran, Hadits-hadist Nabi, Syair dan berbagai Akhbar, tak ada seorang pun yg menangis. Tapi, ketika ayahku menyampaikan ucapan yg tidak ada artinya, mereka justru menangis. Sungguh aneh, apa sebabnya..?"

**

Inti dari dakwah/ceramah (baca: ilmu) itu bukan terletak pada susunan kalimat, tapi pada Kesucian dan Kebeningan Hati yg didasari oleh sifat Shiddiq si pembicaranya.

Ucapan atau tulisan hanya alat, bagus tidaknya bukan jaminan 'tembusi' qalbu. Ilmu itu komunikasi dari qalbu ke qalbu, bukan sekedar otak ke otak, pikiran ke pikiran. Dan iImu itu bukan sekedar pengetahuan.

Banyak 'makna' dan 'esensi' yg sulit diutarakan dengan keterbatasan ucapan dan tulisan, hanya bisa lewat 'komunikasi' secara batiniah antar qalbu.

Kalau dalam tasawuf, seperti halnya istilah Dzikir Sirr, dzikir tanpa huruf tanpa kata. Sulit bahkan tidak bisa diterangkan secara verbal.
 
Rasulullah SAW bersabda:

"Ilmu adalah cahaya (nur)."

Jadi dalam konteks qalbu, menjadi sebuah kesia-siaan jika qalbu yg menjadi sumber ilmunya (cahaya) masih sifat-sifat Kegelapan, seperti adanya unsur riya, ujub, takabur (sombong) dan merasa dirinya paling benar, sekalipun kata-kata yg dikeluarkan bersumber dari Kitab Suci.

Mudah-mudahan bisa "menemukan makna dibalik bentuk", dan juga bisa menjadi orang berilmu tapi tidak bodoh dalam menyampaikan ilmu.


Semoga..
#ombad #tasawuf

PELAKU DAN PENGAMAT

Suatu ketika (di bukan Juni 2016), seorang Cewek Cantik (CC) bertanya kepada sy (PG)..

CC :
Hi Ombad yg cakep. Kenapa ya om, sy merasa seperti ada dua kepribadian..? Yang pertama, sy seperti bukan sy, tapi lebih mirip seorang PENGAMAT (Observer), dan yg satunya lagi, sy sebagai seorang PELAKU. Kadang ketika sy melakoni, saya jadi seperti benar-benar melakoni.

Aduh.. gimana ya om susah bilangnya. Cara sy melihat orang juga jadi berbeda, dan itu sy lakukan kadang tanpa emosi. Saya bisa bersimpati ke orang yg susah tapi tidak berlebihan. Kadang sy takut, sy gak punya compassion om. Hanya melakoni aja.

PG :
Duhh jadi malu-malu kucing disebut ganteng terus.. 😣

Kondisi seperti itu adalah hal yg wajar, walau sedikit "kurang normal".. :D  maksudnya, ketika awal-awal memasuki pengalaman itu, akan terasa seperti sebuah "ketidak-normalan". Asal jangan jadi bangkotan kayak sy aja, ntar jadi Ph.D .. Permanent Hair Damage..  :D atau M.Ag .. Mastaka Abdi Gundul. :D

Pembelajaran secara spiritual (meditasi, tasawuf) itu tidak sekedar masalah melihat fenomena, apalagi hantu-hantuan atau aura-auraan.. emangnya kita ini kamera Kirlian.. :D Justru yg paling penting adalah bisa "menterjemahkan", dan pengalaman dua sisi dalam waktu yg bersamaan (Pelaku - Pengamat) ini sebagai salah satu "pelatihannya".

Pola "latihan" ini adalah salah satu proses pengembangan wawasan berpikir, yg nantinya akan sangat berguna untuk :

- 'Inner knowledge'.

- Pengambilan sudut pandang, baik untuk kebutuhan sendiri ataupun untuk "membaca" sudut pandang orang lain.

- Koordinat berpikir, dalam arti "tracking" koordinat berpikir.

- Paradigma berpikir, dalam arti "tracking" formula bentukannya.

- Objektivitas.

- Dan hal lain yg berhubungan dengan menyelam ke dalam "diri".

Ketika diri kita sebagai Pelaku, pasti subjektif dan sulit untuk objektif, dan ketika diri kita sebagai Pengamat akan lebih mudah objektif. Adanya "dialog" dalam diri antara si "pelaku" dan si "pengamat" ini akan memudahkan kesadaran/hati kita mengambil sebuah keputusan yg paling baik, yg paling adil dan objektif. Dan tentunya ada "latihan" dalam mengesampingkan aspek perasaan, emosi dan kepentingan pribadi, untuk hal yg lebih baik, cara maupun tujuannya.

Rasa yg biasa dirasakan akan sedikit mengalami "revisi", agar bisa paham dan bisa memisahkan dari mana sumbernya, apakah bersumber dari qalbu, pikiran, hawa nafsu ataupun bawah sadar (refleksi memory). "Revisi" yg dimaksud bukan dalam konteks "Degradasi", tapi lebih ke konteks "Transformasi".

Anggap aja "kupu-kupu" lagi lihat "ulat" dan "kepompong"... :D

CC :
Koordinat berpikir maksudnya identifikasi core problem om..?
Tracking formula maksudnya indikatornya..?

PG :
"Koordinat" Berpikir : Internal process di dalam memory,  yg menghasilkan "cetusan" sub-sub kesimpulan.. Reaksi antar "cetusan" sub-sub seperti ini yg membentuk sub pola pandang.

CC :
Cetusan bisa positif dan negatif, jika dibarengi dengan perasaan normal tanpa emosi, cetusan hanya berupa informasi tanpa konten perasaan. Kesimpulan yang diambil itu biasanya mendekati kebenaran, begitukah om..?

PG :
Iya... dan ada fungsi sebagai si "Pengamat".. Analoginya, di dalam ruangan (otak), ada Kue buatan sy, kue A (sub pola pandang A), kue B, kue C dst.. anggap sampai tak terhingga, karena dalam satu saat ada milyaran reaksi.. "Tracking koordinat" itu seperti mengetahui tentang kue A, pabriknya di mana, dst.

CC :
Untuk mengambil kesimpulan butuh validasi.

PG :
Nah ini... Ujungnya mah tetep aja 'ditunjukkan'.. Suatu Petunjuk. Kembali lagi dech ke "nilai" agama.. :D

CC : Ohh okeh om.

PG :
Formula bentukan itu seperti suatu paket dalam penjualan. Misalnya ada suatu Paket Special (yg berisi kue A, S, I, dsb), ataupun seperti suatu Paket Promo (yg berisi kue B, H.. dst).

CC :
Produktif dan Efisien, juga gak perlu trial dan error ya om..?

PG :
Iya.. meski sulit untuk Ideal 100%.. butterfly effect.. ehhh.. karena ada koneksitas dengan faktor eksternal.. tapi setidaknya "risk minimize".


Mudah-mudahan berhasil yaa cantik.. 😍
 
 
Semoga..
#ombad #tasawuf

SIFAT BAWAAN IBLIS

Dalam kitab Bidayah al-Hidayah, Imam Al-Ghazali ra. mengatakan :

"Janganlah engkau memvonis Syirik, Kafir atau Munafik kepada seseorang ahli kiblat (orang Islam). Karena yg mengetahui apa yg tersembunyi dalam hati manusia hanyalah Allah SWT. Jangan pula engkau ikut campur dalam urusan hamba-hamba Allah dengan Allah SWT. Ketahuilah, bahwa pada hari kiamat kelak engkau tidak akan ditanya : 'Mengapa engkau tidak mau mengutuk si Anu..? Mengapa engkau diam saja tentang dia..?'
Bahkan seandainya pun kau tidak pernah mengutuk Iblis sepanjang hidupmu, dan tidak menyebutnya sekalipun, engkau pun tidak akan ditanyai dan tidak akan dituntut oleh Allah nanti di hari kiamat. Tetapi jika kau pernah mengutuk seseorang makhluk Allah, kelak kau akan dituntut (pertanggung-jawabannya oleh Allah SWT)."

Tukang vonis keimanan orang itu sudah marak sejak dulu (abad 11 M), bahkan sebelumnya juga. Jadi kalau yg seperti itu ada sekarang artinya ada suatu tahapan kesadaran dalam dirinya yg "salah belok", seperti halnya Iblis yg awalnya merupakan sesosok hamba Allah yg Taat, tapi berujung sesat. Itu makanya seorang ulama sekaliber Imam al-Ghazali pun mewanti-wanti agar menjauhi sifat seperti itu.

Dan tipikal seperti itu akan selalu ada sebagai ujian bagi hamba-hamba Allah yg dituduhnya agar selalu ber-introspeksi untuk meningkatkan kualitasnya. Menjadi "pengingat" bagi dirinya dan juga agar tidak mencontoh sifat "menghakimi" keimanan orang seperti itu.

Tukang vonis yg merasa paling beriman sedunia akhirat ini selalu meyakini bahwa hanya mereka saja yg mendapatkan petunjuk (hidayah) dari Allah SWT, sehingga jika ada yg berbeda pendapat dan beda pemahaman dengan mereka, maka mereka akan menganggap sedang melawan Allah dan Rasul-Nya. Tanpa disadari mereka sedang mengikuti sifat-sifat kaum Khawarij.

Terkait sifat bawaan Iblis ini, ada ucapan Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs. yg bisa dijadikan acuan, yaitu :

"Puncak dari mempertuhankan hawa nafsu adalah mempertuhankan diri sendiri.."

Dimana makhluk jenis manusia yg bisa dijadikan contoh adalah Firaun, yg merasa paling benar, bahkan sampai mengaku dirinya Tuhan.

Mudah-mudahan kita dijauhkan dari sifat bawaan Iblis seperti itu...


Semoga....
#ombad #tasawuf

HAI'ATIL MAKNUN

Sahabat Abu Hurairah ra. berkata:

"Aku menerima sekantung ilmu dari Rasulullah. Separuh kantung aku bagikan kepada kamu semua dan separuhnya lagi aku simpan buat aku sendiri, karena jika yg separuh lagi itu aku bagikan juga, niscaya kalian akan mengkafirkanku dan menggantungku."

"Aku telah hafal dari Rasulullah dua macam ilmu, pertama ialah ilmu yg aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia yaitu Ilmu Syariat. Dan yg kedua ialah ilmu yg aku tidak diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yg seperti 'Hai’atil Maknun'. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku --engkau menghalalkan darahku--." (HR. Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yg diumpamakan seperti perhiasan yg indah (Hai'atil Maknun) dan selalu tersimpan yg tidak ada seorangpun mengetahui kecuali para Ulama Allah. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yg mengingkari kecuali orang-orang yg biasa Lupa/lalai --tidak berdzikir kepada Allah--." (HR. Abu Abdir Rahman As-Salami, dari Abu Hurairah ra.)

Rasulullah SAW bersabda:

"Ada ilmu yang bagaikan mutiara di dalam kerang."

Ilmu yg hanya ulama-ulama khusus (Aulia Allah) yg mengetahuinya, karena diberi oleh Allah SWT. Kalau mereka membicarakannya, maka akan banyak yg MENENTANGNYA.

Seorang Sahabat Rasul saja tidak diizinkan untuk menyampaikannya kepada umum, karena memang "rahasia", sehingga harus mendapat izin dari Rasul dulu. "Sanad" ilmu ini diberikan pada para Aulia Allah secara berantai sampai sekarang.


Semoga....
#ombad #tasawuf

23 February 2018

ANTARA BENCI, LUGU DAN BEGO

Pion-pion Lugu akan berubah jadi Bego saat Kebencian dan Kedengkian dalam dirinya terpancing untuk memakan hoax yg memang sudah direncanakan dan diatur pihak-pihak tertentu, seperti para politikus busuk untuk kepentingan suaranya ke depan. Dan akhirnya para pion lugu ini pun jadi tumbal politikus busuk (penghembus isu PKI, dsb).

Bego itu jangan kebangetan.. ehh, benci itu jangan kebangetan sampai bikin bego.. kok bisa gitu mempercayai Micin Cyber unyu-unyu.. :D

Disangkanya badan intelijen (BIN, Polri, dsb) itu bego.. Bersembunyi lewat akun palsu aja bisa ketahuan, apalagi akun asli.

Satu orang yg nongkrong di warung kopi atau sembunyi di hutan aja bisa ketahuan, apalagi jika 15jt orang "PKI" ngumpul.. :D

Ghirah sih ghirah, tapi sangat lucu jika ghirahnya malah makin menguatkan ego dan eksistensi nafsu dalam diri, makin memperbesar kebencian "politik", jadi aja salah langkah, merugikan dan mendzalimi diri sendiri, bahkan memfitnah, merugikan dan mendzalimi orang lain. Pseudo ghirah itu namanya.. 'Ashobiyah.

Seperti itulah Kebodohan akibat dari Kebencian dan Kedengkian. Useless Fanatic Lunatic..!

"Manusia sering memusuhi apa saja yg tidak mereka ketahuinya." (Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)

"Bertanyalah engkau untuk dapat memahami, dan janganlah engkau bertanya dengan keras kepala. Sebab, sesungguhnya orang bodoh yg terpelajar serupa dengan orang Alim, dan orang Alim yg sewenang-wenang serupa dengan orang bodoh yg keras kepala." (Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)
 

:D
#ombad #tasawuf

ETIKA BERSOSMED

Masih ingat kan ucapan Imam Malik ra. kepada seorang pemuda Quraisy,


تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
 

Pelajarilah ADAB sebelum mempelajari suatu ILMU.”

Mari kita bahas bahwa ucapan itu termasuk suatu kebenaran juga dalam dunia sosmed.

Komunikasi secara fisik dengan komunikasi via sosmed itu sesuatu yg berbeda. Seorang teman yg akrab secara fisik, tidak akan jadi masalah ketika di sosmed berkasar ria, wong udah saling mengetahui dan kenal satu sama lain. Tetapi jika komen-komennya dilihat orang/teman sosmed yg belum akrab secara fisik, bisa jadi sesuatu yg negatif, jadi negative thinking. Kenapa? Karena mereka "tidak tahu" kepribadian yg komennya, sehingga ukuran penilaiannya hanya mengacu kepada dirinya, tanpa "menyertakan" pribadi yg komennya.

Dan setiap orang berhak menilai apapun berdasar penglihatannya, khususnya dari aktivitas sosmed kita.

Ada suatu cerita, seorang bos sebuah perusahaan yg mengadakan penerimaan karyawan baru. Selain melihat CV dan interview, ia juga melakukan pengamatan di sosmed. Dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak menerima salah seorang lulusan dari universitas bergengsi setelah ia mengamati oranh tersebut via sosmed, dimana gayanya sarkartis dan sering membully, walaupun orangnya pintar. Alasannya, karena orang yg tiap harinya ngamuk melulu di sosmed itu karakternya ya tukang ngamuk, karena ekspresi di sosmed itu salah satu indikasi karakter pribadi. Karakter dasarnya jadi terlihat jelas, walau dalam kesehariannya "tersembunyi".

Nah, artinya "ekspresi" yg dikeluarkan itu sangat berhubungan dengan karakter asli dalam dirinya. Sedangkan karakter ini merupakan output dari "adab" (etika). Ilmu boleh tinggi, tapi jika "adab" nya jongkok, siap-siap aja menerima sesuatu yg buruk (hinaan, hujatan, tuduhan, dsb), bahkan UU ITE pun siap menanti dan menjerat.

Jadi, analogi dunia sosmed itu seperti kita yg sedang bertamu di rumah orang, sehingga harus selalu mengontrol diri, hati-hati, waspada dan tepa salira. Setiap saat harus selalu bisa "meredam" emosi ekstrim, menahan ketidak-sukaan, mengurangi kemarahan, atau tidak mengedepankan kebencian akut terhadap suatu hal, biar tetap aman sentosa.

Hal ini mirip dengan adanya sorotan "kamera cctv" yg selalu meliput diri kita tanpa kita sadari dalam waktu dan lokasi di manapun kita berada.

Akhirnya, kedewasaan sikap dalam konteks "adab" pun harus bisa diajarkan ke jari-jari tangan, biar tidak asal jeplak, tidak asal tulis ataupun komen.

Be Positive...!


Semoga....
#ombad #tasawuf #sosmed

PANCARAN TERGANTUNG SUMBER

Semua berawal dari kondisi hati/qalbunya. Hatinya baik, maka baiklah jadinya nilai suatu tindakan. Hatinya bersih, maka bersihlah juga nilai suatu amal, ikhlas tanpa riya' ataupun sum'ah. Hatinya tenang, langkah/tindakannya pun akan tenang, begitupun jika sebaliknya, buruk, kotor ataupun rusuh.

Hawa nafsu yg jadi pengotor hati, dalam tasawuf sering disimbolkan dengan binatang, baik yg buas maupun yg (sudah) tidak buas. Harimau, buaya, babi, anjing, dsb.

Misal, syaitan digambarkan seperti seekor anjing lapar, dan hawa nafsu digambarkan seperti makanan. Jika anjing lapar itu mendekati seseorang, maka akan lebih mudah mengusirnya jika ia tidak memegang makanan. Tetapi jika pada tangannya terdapat daging, roti dan makanan lainnya, maka akan lebih sulit untuk mengusir si anjing. Butuh upaya ekstra dalam mengusirnya, apakah pakai tangan, kaki, kayu ataupun tongkat. Demikian pula dengan Hati yg dikuasai hawa nafsu serta jauh dari Dzikrullah. Sudah barang tentu ia akan dimangsa para syaitan yg kelaparan, dan untuk mengusirnya pun diperlukan tenaga ekstra, berbeda dengan hati yg sudah sedikit dari nafsu ataupun "bersih".

Artinya, karena sumber yg baik itu akan menarik sesuatu yg baik, maka sebaiknya diperbaiki dulu kondisi sumbernya, dibersihkan dulu Hatinya. Ketika Hati/qalbu sudah bersih, maka pandangan Hati/qalbunya pun akan bersih dan jernih, sehingga akan semakin mudah, jernih dan jelas dalam memandang sesuatu, apakah sesuatu itu buruk, baik, baik berselimut buruk, ataupun buruk dibungkus baik. Akan lebih mudah dalam memilah.

Begitupun, ketika ada orang lain yg memberikan sesuatu yg baik (semisal, ilmu), jika di dalam Hati kita masih buruk, maka ilmu yg seharusnya membawa baik ini akan terlihat seperti buruk dan bahkan dianggap sesuatu yg buruk. "Hewan-hewan" di dalam diri kita pun bisa menyerang si pemberi. Akan serba bias dan gak jelas.

Nah, jadi jangan sampai ada kejadian seperti memberikan barang yg bersih/suci kepada anjing atau melemparkan mutiara ke hadapan babi, sehingga barang berharga itu tidak diinjak-injak kakinya, lalu binatang itu berbalik menyerang... eh, kok itu sich.. ahh, ini aja dech dari Imam al-Ghazali ra. :

"Saya mendapati orang memiliki ilmu Syariat dan Fiqih yg luas serta mendalam, tetapi Qalbu/hati mereka kosong dari Kelembutan Agama dan Kecintaan kepada sesama; sebagaimana sy juga mendapati orang memiliki Kelembutan agama dan Kecintaan kepada sesama namun ilmu Syariat mereka sangat sedikit. Kedua golongan ini telah berbuat kesalahan

Seseorang yg berilmu tetapi tidak memiliki Hati layaknya penyair yg tidak memiliki kesadaran; dia berbahaya bagi Islam dan tidak akan bisa mengambil manfaat dari agama." 

Semoga....
#ombad #tasawuf

22 February 2018

HITAM DI JIDAT...?


".... tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud." (QS. Al-Fath: 29)

Jika tanda yg dimaksud adalah "tanda hitam" di jidat seperti yg diyakini oleh sebagian kelompok, maka yg kasihan adalah para akhwat (wanita). Soalnya walaupun mereka rajin shalat, keningnya tetap aja gak hitam-hitam, malah makin kinclong.. :D

Ada satu kisah, ketika Ibnu Umar ra. bertemu dengan seseorang yg memiliki tanda hitam di dahi, ia pun mengingatkan,

"Bekas apa yg ada di dahimu..? Sungguh aku telah lama bersahabat dengan Rasulullah SAW, Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku..?"

Siapa yg memperbaiki hatinya, maka Allah akan memperbaiki penampilan lahiriahnya,” ('Umar bin Khatthab ra.)

Sesuatu yg terpendam dalam jiwa akan terpancar melalui roman muka,” ('Ustman bin Affan ra.)

"Tanda baik yg ada pada wajah, cahaya wajahnya terang seperti bulan purnama." (Ibnu Abbas ra.)

Jadi tidak tepat bahwa tandanya itu hitam di jidat. Justru yg ditakutkan, jidat hitam itu malah jadi Riya' dan mirip kaum Khawarij, seperti yg disebutkan oleh Syaikh Ahmad ash-Shawi al-Maliki ra. dalam kitab Hasyiyah ash-Shawi Ala Tafsir al-Jalalain :

وليس المراد به ما بصنعه بعض الجهلة المرائين من العلامة في الجبهة فانه من فعل الخوارج وفي الحديث اني لابغض الرجل واكرهه اذا رايت بين عينيه اثر السجود

"Bukanlah yg dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang² Bodoh dan Tukang Riya’, yaitu tanda hitam yg ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas Khawarij. Dalam sebuah hadits disebutkan: 'Sesungguhnya aku benci seseorang yg kulihat diantara kedua matanya terdapat bekas sujud'."

Nah.. kalau yg sudah terlanjur jidatnya hitam harus gimana donk..? Masa harus pakai Ponds White..?

**

Jadi,
Kalo kesukaannya masih membid'ah-bid'ahkan,
Kalo kesenangannya masih menyesat-nyesatkan,
Kalo kecintaannya masih mengkafir-kafirkan,

Itu tandanya,
Baru ingat satu hal, tetapi melupakan yg lainnya,
Baru tahu satu hal, tetapi belum tahu yg lainnya,
Baru tahu ilmu, tetapi belum tahu hikmah,
Baru beranjak pintar, tetapi belum memulai sikap bijak.

Dan titik-titik pun harus bisa disambungkan sehingga membentuk lingkaran yg utuh. Bukankah seperti itu yg namanya Makrifat..?


Semoga....
#ombad #tasawuf #khawarij

21 February 2018

IRIAN SPRING

Urusan Freeport ini sejak dulu sering dijadikan "alasan" untuk menggoyang kekuasaan negara. Dan urusan Freeport ini bisa menjadi "pemicu" konflik terbuka dengan AS.

Jadi ada kemungkinan, gonjang-ganjing di negara kita itu terkait dengan urusan Freeport, dan sayangnya banyak dari warga kita yg buta dan ikut-ikutan jadi pionnya.

Strateginya pun mirip dengan jaman dulu ketika pergantian kekuasaan orla ke orba, semisal urusan PKI, antek aseng oseng, china, dsb.

Dan memang Amerika itu cerdas dalam urusan bikin konflik agar sumber daya alam suatu negara bisa mereka kuasai, seperti halnya yg terjadi di negara-negara Timteng.

Mungkin pakai rumus ini:

"Jika engkau ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah segala hal yg batil dengan agama." (Ibn Rusyd)

Sayangnya banyak elit politik dan ormas-ormas yg belum ngeh dengan urusan ini, kecuali PBNU. ( http://katadata.co.id/berita/2017/02/20/pbnu-dukung-pemerintah-hadapi-freeport-di-arbitrase )

Jadi siapa yg bodohnya..?
Tentunya para buih yg tanpa mereka sadari ikut melemahkan pemerintahnya sendiri.

Mana yg kemarin teriak² aseng asing oseng..? Belum pahamkah...?

Emang sich.. kalo jihad melawan Ahok mah pada berani sampai geruduk monas, tetapi jihad lawan Amerika dalam urusan Freeport mah nyalinya belum kelihatan nich...

Kapan eaa.. duhh.. gak sabar nunggu suara para almukarrom ngustat, yg kemarin-kemarin begitu semangat dan lantangnya dengan Aksi Bela Islam, sampai urusannya menyinggung surga atau neraka, serta Beriman atau Munafik. Iya mereka, mereka yg termasuk golongan para "mujahid" yg mulia.. katanya.

Ayo donk Aa, keluarin cuitan twitter penuh perhatiannya.

Tad, mana nich cuitan twitter kobaran cemuguudhnya... ditunggu eaa..

Bib, lagi kemana sich kok gak lantang lagi, apa sedang flu..? Mudah-mudahan cepat sembuh aja kalo sakit.

Soalnya urusan Freeport ini sangat krusial, dan sejak 50 thn baru sekarang Pemerintah Indonesia berani dengan tegas melawan Freeport. Taruhannya gede karena ada urusan dengan kedaulatan pemerintah saat ini. Jika Freeport sampai main ancam mengadukan Indonesia ke arbitrase internasional, artinya ada sesuatu yg luar biasa yg akan merugikan Freeport.

Mudah-mudahan para "mujahid" ini bisa menunjukkan kecintaan dan dukungan morilnya kepada Pemerintah... kan katanya harus "..taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri di antara kalian.." ..  Masa tidak mau dukung dan bela pemerintahnya sendiri... kalau perlu demo besar-besaran lagi untuk menentang Freeport, longmarch lagi, kerahkan semua santri yg kemarin memenuhi monas.. "Aksi Bela Freeport".. sehingga pemerintah ada tambahan moril sehingga mampu terus bertahan dan konsisten pada pendiriannya di tengah tekanan besar. Dan mudah-mudahan ada fatwa baru urusan Freeport ini.. ditunggu eaa...

Inilah waktunya melihat suatu objektivitas... apakah ilmu atau Selera berbungkus ilmu.


Semoga....
#ombad #politik

20 February 2018

TAFSIR AL-JILANI

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, nama dan pengaruhnya sedemikian termasyhur.

Ibnu Rajab juga berkata,

"Syeikh Abdul Qadir al Jailani Rahimahullah memiliki pemahaman yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu Ma'rifat yang sesuai dengan Sunnah."

Salah satu keturunan Syeikh Abdul Qadir Jailani, Prof. Dr. Muhammad Fadhil al-Hasan al-Husaini selama 30 tahun lebih (1977- skrg) melakukan pemburuan dan pengumpulan manuskrip-manuskrip karya dari al-Jailani. Uniknya manuskrip ini tidak hanya didapatkan dari dunia Islam, tetapi juga di negara-negara Eropa seperti di Vatican Library, Berlin, Paris, dsb.

Salah satunya adalah ditemukannya Tafsir al-Jailani yang "menghilang" setelah sekian ratus tahun. Tafsir al-Jilani ini diteliti sejak tahun 1977, dan tahun 2009 sudah dicetak.

Tafsir ini diberi nama :
Al-Fawaatih al-Ilahiyyah wa al-Mafaatih al-Ghaybiyyah al-Muwadhdhiah li al-Kalim al-Qur'aniyyah wa al-Hikam al-Furqaaniyyah.

Yang artinya:
Penyingkapan-penyingkapan Ilahi dan Kunci-kunci gaib yang Menjelaskan Kalam-kalam al-Quran dan Hikmah-hikmah Kitab Pembeda antara Benar dan Salah.

Tafsir ini merupakan tafsir yang memadukan dimensi esoteris (batin, dzauq, kasyaf) dan eksoteris.

Perpaduan ini tercermin melalui pernyataan al-Jailani pengantar tafsir surat al-Fatihah :

"Wahai pengikut agama Muhammad, wajib bagimu merenungi tujuh samudra yang tercakup dalam al-Sab' al-Matsani. Perenungan ini tidaklah mudah kecuali engkau telah membersihkan raga dhahirmu dengan syariat kenabian yang dinalar dari kalam-kalam al-Quran, serta membersihkan batin jiwamu dengan etika Rasulullah SAW yang diseruput dari hikmah-hikmah kalam Ilahi."

Terkait Tafsir Al-Jilani ini, Syeikh Fadhil mengatakan :

Dalam kitab ini, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani tidak sekadar menafsirkan Al-Qur'an dengan pola tafsir yang hanya mengandalkan ilmu dan pemahaman seperti yang lazim terdapat dalam pelbagai kitab tafsir lain. Tetapi, tafsir ini lebih banyak bertumpu pada pemaparan ilhami yang menghidupkan ruh serta dapat menumbuhkan ketakwaan di satu sisi, dan di sisi lain mampu mengikat murid dengan gurunya, sehingga sang guru dapat terus meningkatkan kualitas murid hingga mencapai derajat setinggi mungkin.”

Menurut Syeikh Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani, Pendiri dan Penasehat Utama Markaz Al-Jailani Internasional, Pentahkik kitab Tafsir Al-Jailani :

• Selama 800 tahun Tafsir Al-Jailani karya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani 'hilang' atau 'dihilangkan'.

• Karya ini ditemukan di Vatikan oleh cucu ke-25-nya, Syeikh Dr. Muhammad Fadhil.

• Ayat demi ayat ditafsirkan dengan cara penuturan dan ungkapan yang mudah, singkat dan sistematis.

• Teknik penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an (Al-Qur’an bi Al-Qur’an).

• Syeikh Abdul Qadir secara cerdas mengulas ayat-ayat tentang hukum, fiqih, tauhid, hadis dan tasawuf dengan terang dan jelas.

• Tafsir ini tergolong Tafsir Isyari —meski tidak semua ayat ditafsirkan secara isyari— disampaikan dengan mengagumkan, baik yang tersirat dalam alam dan tersurat dalam Al-Qur’an sangat sistematis, runtut, teratur dan sempurna.

• Karya ini dapat menjadi rujukan utama para salik dalam menempuh jalan sufi.

• Ketinggian ilmu Hadist, Syariat, Fiqih, ilmu Kalam, Ulumul-Quran dan Tasawuf yang dimiliki Syeikh Jailani mendudukkan buku ini sebagai kitab Tasawuf tingkat tinggi (first class).

• Karya ini diterima dan tersebar di seluruh dunia Islam serta diakui oleh para ulama, seperti Syeikh Dr. Ali Jumu’ah (Mufti Mesir), Mufti Syria, Mufti Libanon, serta para Syeikh sufi seperti murabbi besar Syeikh Youssef Riq al-Bakhour dan lain-lain.

Kitab karyanya pun sangat banyak, diantaranya :   

- Al-Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq,
- Futuhul Ghaib,
- Al-Fath ar-Rabbani,
- Jala' al-Khawathir,
- Sirr al-Asrar
- Asror Al-Asror,
- Malfuzhat,
- Khamsata 'Asyara Maktuban,
- Ar-Rasail,
- Ad-Diwaan,
- Sholawat wal Aurod,
- Yawaqitul Hikam,
- Jalaa al-Khotir,
- Amrul Muhkam,
- Usul as-Sabaa,
- Mukhtasar Ulumuddin.
- dsb.


Semoga...
#ombad #tasawuf

SULTHONUL AULIA YANG TOLERAN

Ada yg menarik ketika pada tahun 2012-2013 sehubungan dengan program revisi terjemahan Sirrur Asrar dan terjemahan Tafsir al-Jailani di tempatnya Wa Zezen di Pesantren Azzainiyyah Sukabumi, yaitu bisa dekat dan ngobrol dengan salah seorang cicitnya Sulthonul Aulia, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani qs. yg bernama Syeikh Fadhil. Kebetulan bermalam beberapa hari di hotel yg sama (kamar berdekatan). Gratis lagi dengan makan minumnya dari Wa Zezen... :D.. Hatur nuhun Wa, katampi pisan.. _/\_

Dari keterangan Syeikh Fadhil, sy baru tahu bahwa Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah sosok yg sangat lembut, penyayang dan penuh toleransi, dan jg tidak bersikap radikal ke nonmuslim. Padahal kalau kita lihat dalam banyak kitabnya, seperti mengedepankan aspek Jalalullah (Kuat, Perkasa, Galak), tetapi ternyata dalam kesehariannya banyak mengedepankan aspek Jamalullah (Halus, Lembut, Indah).

Hal ini bisa dilihat dari komplek Madrasahnya (baca: universitas), selain pemukiman untuk para murid-muridnya, juga didirikan Panti Asuhan dan Panti Jompo untuk semua agama, tidak hanya Islam saja.

Salah satu contoh sifat penyayang dan ketolerannya Syeikh Abdul Qadir adalah Pengajiannya yg terbuka untuk semua kalangan, baik itu tua, muda, umat Muslim ataupun nonmuslim. Setiap berlangsungnya acara pengajian rutin itu, massa yg hadir tak kurang dari 60.000 orang !.

Dari uraian ini kita bisa mengambil hikmah, bahwa pendekatan secara Kasih Sayang dan Kemanusiaan akan jauh lebih berhasil dibanding dengan pola pemaksaan, ancaman, kekerasan dan takfiri.

Bukankan Rasulullah SAW pun begitu..?

Semoga..
#ombad #tasawuf

NIKAHNYA 'ALI DI LANGIT

Az-Zahra, perempuan yg selalu cerah wajahnya.. FATIMAH.

Sudah lama 'Ali bin Abi Thalib memendam keinginan melamar Fatimah. Tapi dia sadar, banyak laki-laki baik dan kaya raya yg juga menginginkan Fatimah.

Fatimah perempuan rupawan berhati suci. Sedang dia sendiri adalah seorang anak muda miskin. Hampir-hampir 'Ali tak berani menghadap ayahnya Fatimah  --Rasulullah SAW-- untuk melamar Fatimah.

Sampai akhirnya, pada suatu hari ia memberanikan diri menghadap Rasulullah untuk mengutarakan niat-sucinya. Maka, setelah apa yg dipendamnya telah didengar Rasulullah.

"Ketika itu kulihat wajah Rasulullah nampak berseri-seri." Kata 'Ali.

Bagaimana Rasulullah tak berseri-seri sedangkan Beliau kenal 'Ali seperti anaknya sendiri. 'Ali sejak kecil hidup bersama dirinya. Ayahnya adalah pembela utamanya di samping Khadijah. Sedang ibunya adalah wanita suci. 'Ali pun adalah pembelanya bahkan saat cambangnya belum lagi keluar. 'Ali menawarkan dirinya untuk melawan Amr bin Abd Wudd, ksatria kafir Quraisy, ketika yg lain tak ada berani, bahkan untuk menatap matanya.

'Ali muda juga yg membela Nabi ketika ia dibully oleh para pentolan kafir Quraisy. Dia juga yg siap mempertaruhkan nyawa tidur di pembaringan Nabi ketika kafir Quraisy bersiap menyergap dan membantai Nabi di malam hari. Dan 'Ali bukan ksatria sembarang ksatria, seperti kata Rasulullah SAW :

"Tak ada kesatria seperti 'Ali, dan tak ada pedang seperti Dzulfiqar (pedang bermata dua milik 'Ali, pemberian Rasulullah).

"Aku kota ilmu dan 'Ali pintunya."

"Kedudukan 'Ali di sisiku adalah seperti Harun di sisi Musa, hanya saja tak ada Nabi setelahku."

Maka, sambil tersenyum Rasulullah berkata kepada 'Ali bin Abi Thalib,

"Wahai 'Ali, apakah engkau mempunyai suatu bekal mas kawin..?"

'Ali bin Abi Thalib menjawab dengan terus terang,

"Demi Allah, engkau sendiri mengetahui bagaimana keadaanku, tak ada sesuatu tentang diriku yang tidak engkau ketahui. Aku tidak mempunyai apa-apa selain sebuah baju besi, sebilah pedang dan seekor unta."

Rasulullah SAW pun menjawab,

"Tentang pedangmu itu, engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu itu engkau juga perlu untuk keperluan mengambil air bagi keluargamu dan juga engkau memerlukannya dalam perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkan engkau hanya atas dasar mas kawin sebuah baju besi saja. Aku puas menerima barang itu dari tanganmu. Wahai 'Ali, engkau wajib bergembira, sebab Allah sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi..!"

Demikian riwayat yg diceritakan Ummu Salamah rah.

Setelah semuanya siap, dengan perasaan puas dan hati gembira, dan disaksikan oleh para Sahabat, Rasulullah mengucapkan kata-kata ijab kabul pernikahan puterinya,

"Bahwasanya Allah SWT memerintahkan aku supaya menikahkan engkau Fatimah atas mas kawin 400 dirham (nilai sebuah baju besi). Mudah-mudahan engkau dapat menerima hal itu."

Maka menikahlah 'Ali dengan Fatimah. Pernikahan mereka penuh dengan hikmah walau diarungi di tengah kemiskinan seumur hidupnya. Meski sebenarnya, sebagai Khalifah, Ali bisa hidup makmur, dia memilih hidup seperti warga paling miskin di negerinya. Sehingga orang memanggilnya dengan gelaran, Abul Masaakin (Bapaknya orang miskin) dan Imamul Mustadh'afin (Imamnya Orang-orang Tertindas).

Begitu miskinnya keluarga 'Ali, sehingga disebutkan Rasulullah pernah sangat terharu dan mencium tangan Fatimah ketika melihat tangan putrinya yg kasar karena setiap hari harus menumbuk gandum milik Yahudi tetangganya untuk membantu suaminya.

Pernah pula Rasulullah terharu melihat 'Ali, Fatimah, Hasan dan Husain kelaparan hingga tubuhnya menghijau karena berpuasa 3 hari berturut-turut, dan memilih memberikan makanan bukanya untuk orang-orang susah.

Meski begitu, kehidupan keluarga ini penuh cinta, seperti yg terungkap dari syair yg dibuat sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw. buat istri tercintanya, Fatimah binti Muhammad Rasulullah SAW berikut : 

احبكو ميتىل ما انتي 

Uhibbuki mitsla maa anti
Aku mencintaimu apapun dirimu

احبك كيفما كنتي 

Uhibbuki kaifa maa Kunti
Aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu.

ومهما كان مهما صار

Wa mahmaa kaana mahmaa shooro.
Apapun yang terjadi dan selamanya.

 
انتي حبيبتى انتي

Antii habiibatii anti.
Engkaulah cintaku.

زوجتي

Zaujatii.
Duhai istriku.

انتي حبيبتى انتي

Antii habiibatii anti.
Engkaulah kekasihku.

حلالي انت لا اخشى عزولا همه مقتي
لقد اذن الزمان لنا بوصل غير منبتي

Halaalii anti laa akhsyaa 'azuulan himmuhuu maqti,
Laqod adzinaz zamaanu lanaa biwushlin ghoiri munbatti.

Engkau istriku yang halal, aku tidak peduli celaan orang, kita satu tujuan untuk selamanya.

سقيت الحب في قلبي بحسن الفعل والسمت
يغيب السعد إن غبت ويصفو العيش إن جئت

Saqoitil hubba fii qolbii bihusnil fi'li wassamti,
yaghiibus sa'du in ghibti wa yashful 'aisyu in ji'ti.

Engkau sirami cinta di hatiku dengan indahnya perangaimu.
Kebahagiaanku lenyap ketika kamu menghilang lenyap, hidupku menjadi terang ketika kamu di sana.

نهاري كادح حتى إذا ما عدت للبيت
لقيتك فانجلى عني ضناى اذا ما تبسمت

Nahaarii kaadihun hattaa idzaa maa 'udtu lilbaiti,
Laqiituki fanjalaa 'annii dhonaaya idzaa maa tabassamti.

Hari-hariku berat sampai aku kembali ke rumah menjumpaimu,
Maka lenyaplah keletihan ketika kamu senyum.

تضيق بى الحياة اذا بها يوما تبرمتي
فأسعى جاهدا حتى احقق ما تمنيتي

Tadhiiqu biyal hayaatu idzaa bihaa yauman tabarromti,
Fa as'aa jaahidan hattaa uhaqqiqo maa tamannaiti.

Jika suatu saat hidupmu menjadi sedih, maka aku akan berusaha keras sampai benar mendapatkan apa yang engkau inginkan.

هنائى انت فلتهنئى بدفء الحب ما عشتي
فروحانا قد ائتلفا كمثل الارض والنبت

Hanaa'ii anti faltahna'ii bidifil hubbi maa 'isyti,
Faruuhanaa qodi'talafaa kamitslil ardhi wannabti.

Engkau kebahagiaanku, tanamkanlah kebahagiaan selamanya,
Jiwa-jiwa kita telah bersatu bagaikan tanah dan tumbuhan.

Semoga...
#ombad #tasawuf #sejarah

NAKAL MEMBAWA BUYAR

Sekitar lima tahun yg lalu, sy mengantarkan terjemahan Tafsir Syeikh Abdul Qadir al-Jailani kepada seorang wakil talqin TQN Suryalaya dari Serawak, yg kebetulan sedang berada di Suryalaya Tasik, yaitu Bpk. Mohamed Trang.

Beliau merupakan salah satu wakil talqin senior karena sejak thn 1978 sudah diangkat menjadi wakil talqinnya Abah Anom.

Tadinya sy mau sebentar saja, hanya mengantar buku tafsir, tetapi ternyata malah ngobrol lama, sampai curhat-curhatan.. :D .. mungkin dari rasa kedekatan, walaupun baru pertama kali ketemu.

Kata Beliau, suatu ketika di tahun 70-an, ia dipanggil Abah Anom dan diberi pinjam sebuah kitab tipis yg langka, yg berisi doa-doa khusus. Syaratnya, silahkan hapalkan sebanyak mungkin selama di dalam ruangan. Sesudah itu, Abah pun keluar karena ada keperluan lain.

Namanya masih berdarah muda, kenakalannya pun muncul... :D.. Karena kesulitan menghapal, akhirnya ia buru-buru keluar lingkungan pesantren dan mencari tempat fotocopy yg memang masih jarang pada waktu itu, hanya ada di kota Tasik. Tidak seperti sekarang, beberapa langkah dari gerbang pesantren pun ada tempat fotocopy.

Dan apa yg terjadi...?
Ternyata hampir semua tempat fotocopy yg ia datangi di kota Tasik tidak bisa memfotocopy...! Eits.. alasannya bukan karena si mesin fotocopynya mendadak ngadat, tapi.... karena waktu itu semuanya sedang mati listrik... :D

Dan ketika balik lagi ke pesantren, kitab langka tsb udah ditunggu pemiliknya... Ah.... nasib katanya.. coba kalau sejak dipinjemin buru-buru dihafal, kan lumayan bisa dapat satu atau dua doa.

Gara-gara nakal semua buyar... :D

Semoga....
#ombad #tasawuf #tqn #suryalaya

KHATIB LEBAY

Dari berita diketahui bahwa khutbah Jumat mulai banyak digunakan para khatibnya untuk kampanye politik, khususnya di DKI. Selain kampanye, tak lupa mereka pun memaki-maki, marah-marah, provokasi, serta mengkafirkan orang-orang yg memilih cagub tertentu. Bahkan, beberapa jamaah sampai ada yg sampai walk out..! Ya Allah, Tuhan YME.. 😨

Ada Tips dalam mengantisipasi "serangan" Khatib kayak gitu, yaitu:

- Siapkan Poster I yg bertuliskan:

"PAK KHATIB.. SABAR PAK.. SAABAAARR...!"

- Begitu Khatibnya mulai meracau kampanye, posternya diangkat bareng. Nah kan Jumatannya gak batal, soalnya tidak bicara, cuma angkat poster aja.. :D

- Jika Khatibnya masih bandel dan pura-pura gak tau, angkat Poster II yg bertuliskan:

"CIE.. CIE.. KAMPANYE NI YEE..!!"

- Jika Khatibnya tetap membandel, anda gak usah walk out pulang ke rumah, mending ke tempat wudhu dan berwudhulah biar gak terbawa emosi.

- Jika masih emosi, sebaiknya tutuplah telinga dan pejamkan mata anda, jangan melotot kepada Khatib.. Sabar ya...

Ada usulan tambahan dari mang Dodi yaitu datangnya ketika akan iqomah shalat Jumat saja, tapi ini tidak sy sarankan, nanti pahalanya jadi kepotong 50%, kan sayang donk..

Demikian Tips sederhana dan brillian untuk menghadapi Khatib Jumatan yg demen kampanye.


Semoga...
#ombad

BELA ISLAM ..?

Kadang heran dengan istilah "Bela Islam", lha wong di Indonesia, Islam itu mayoritas, ibadah bisa bebas, shalat & adzan gak dilarang, masjid ratusan ribu jumlahnya, musholla bisa tiap RT, pesantren ribuan jumlahnya, majelis² pengajian semarak, ceramah agama di TV membludak, kuota haji terbesar di dunia. Sudah gitu, kehidupan aman dan damai. Kok kayak paranoid ya...? 😨

Kalau melihat kasus di Timur Tengah yg saling berperang dan akhirnya hancur-hancuran dengan alasan yg sama yaitu "Bela Islam" itu, sy malah curiga, motto "Bela Islam" ini dijadikan alat untuk memperuncing masalah dan membawa "perang" ke Indonesia. Tujuannya jelas untuk memporak-porandakan kondisi keamanan dan stabilitas negara, serta memperkuat nilai kebangsatan dan bukan nilai kebangsaan.

Untungnya Rakyat Indonesia itu cerdas-cerdas dan tidak tertipu dengan modus-modus seperti itu, kecuali tentunya yg .... pingin ketipu.. :D

Bukankah ujungnya peperangan di Timteng juga yg bunuh-bunuhan itu sesama Muslim..? Masa gak paham hal sederhana kayak gitu sich..?

Terus satu lagi..
Pada ngapain sih dulu lagi kuliah, sifat "revolusioner" nya kok telat muncul..?!

Cie...cie.. pasti belajar terus di dalam kamar kost eaa... Cuciaan dech.. udah mah lagi kuliah gak punya pacar, ehh.. gak pernah rasain ikut demo jaman kuliah... Cabe dech...!

:D
Semoga...
#ombad

19 February 2018

IBLIS PUN FASIH AYAT

Suatu hari sahabat Abu Hurairah ra. yg menjadi pemegang kunci Baitul Maal diberitahu Rasulullah SAW bahwa lewat tengah malam nanti akan datang seorang pencuri. Dan benar, pencuri itu muncul dan akhirnya bisa ditangkap.

Dan pencuri itu memohon agar dibebaskan,

"Maaf, sy terpaksa mencuri karena orang tua dan anak sy sakit."

Karena kasihan, maka pencuri itu pun dilepaskan.

Dan Rasulullah pun memberitahu lagi bahwa nanti malam akan datang pencuri baru. Maka Abu Hurairah pun begadang. Dan benar saja, pencurinya datang dan akhirnya ditangkap lagi. Si Pencuri pun dengan beriba-iba memohon dilepaskan Abu Hurairah.

Sampai malam ketiga masih ada pencuri yg datang dan ditangkap. Pencuri ini pun minta dilepaskan dengan mengatakan,

"Terima kasih Abu Hurairah, dua malam berturut-turut engkau melepaskanku. Sekarang engkau akan menyerahkan aku ke pengadilan, mungkin aku akan dieksekusi, tapi sebelumnya aku akan memberi hadiah kepadamu sebagai tanda terima kasih."

"Apa itu..?" tanya Abu Hurairah.

"Aku akan mengajari engkau wirid. Kalau engkau membacanya, engkau tidak akan pernah bisa digoda oleh Iblis dan setan, mereka akan lari terbirit-birit sampai mentok ke ujung langit."

Maka Abu Hurairah pun tertarik.

"Bacalah ayat kursi." kata Pencuri itu.

Dan kemudian si pencuri yg merupakan samaran Iblis pun membaca ayat kursi dengan sangat fasihnya.

Nah kan, Iblis dan setan pun fasih membaca bahkan hapal ayat-ayat al-Quran... :D

Jadi wajar aja kalau sekarang pun sulit membedakan mana Setan Iblis, mana malaikat, karena banyak yg menipu dengan kefasihannya, banyak menipu dengan jubah agamanya, karena Setan Iblis inipun bisa berjubah agama sambil sibuk dandan depan cermin biar cakep dengan baju agamisnya setiap hari.. :D

Itulah kenapa yg asli ulama suka dibego-begoin, dan yg asli bego suka diulama-ulamain.

Jadi cara membedakannya gimana...?

Semoga....
#ombad

IMAM MUJTAHID

Dalam urusan mengikuti hukum (fiqh) ada tiga tingkatan, yaitu :

- MUQALLID,
- MUHTATH,
- MUJTAHID.

MUQALLID adalah orang-orang awam yang belum atau tidak sampai kepada derajat ijtihad. Mereka ini diwajibkan bertaqlid kepada seorang Mujtahid yang telah memenuhi syarat. Jadi muqallid itu orang yang ber-taqlid atau mengikuti seorang mujtahid. Sedangkan arti taqlid itu sendiri beramal ibadah, bermu'amalah, bermasyarakat dan bertingkah laku sessuai dengan fatwa-fatwa seorang Mujtahid.

Selanjutnya kategori diantara Muqallid dan Mujtahid biasa disebut MUHTATH, yaitu orang yang belum mencapai peringkat ijtihad, tetapi lebih tinggi derajatnya dari Muqallid karena ia telah mampu mengkaji dan membandingkan antara fatwa-fatwa seorang Mujtahid dengan fatwa-fatwa Mujtahid lainnya. Karena Muhtath ini bisa memilih fatwa, maka ia akan lebih hati-hati, bahkan bisa memilih fatwa yg lebih berat untuk diamalkan. Jadi Muhtath adalah orang yang berhati-hati dalam segala amal ibadah dan perbuatannya. Kelompok muhtath jumlahnya sangat sedikit, karena ber-ihtiyath adalah termasuk pekerjaan yang berat. Oleh karena itu, kelompok ini pun dibolehkan bertaqlid kepada seorang Mujtahid.

Dan yang paling tinggi, MUJTAHID adalah orang yang --dengan ilmunya yang tinggi dan lengkap-- telah mampu menggali dan menyimpulkan hukum-hukum Islam dari sumber-sumbernya yang asli seperti Al Qur'an dan Hadits. Mujtahid inilah yang menjadi rujukan (marja') bagi orang awam dan kelompok Muqallid.

Syarat-syarat menjadi IMAM MUJTAHID diantaranya:

1. Menguasai bahasa Arab sedalam-dalamnya.

2. Menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab : Nahwu, Sharaf, Bayan, Badi’, Balaghah, ‘Arudh, Qawafi, dsb.

3. Menguasai aspek hukum dalam Al-Quran : bersifat Umum, Khusus, Mujmal, Mubayan, Muthlaq, Muqayad, Dzahir, Nash, Nasikh, Mansukh, Muhakkam, Mutasyabbih, dsb.

4. Menguasai isi dan maksud Al-Quran secara keseluruhan/30 juznya.

5. Menguasai Asbabun-nuzul (sebab ayat-ayat diturunkan) dari setiap ayat.

6. Menguasai Hadits-hadist Nabi, minimal: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Tirmidzi, Sunan Nasai, Sunan Abu Daud dan Sunan Ibnu Majah. Dan lebih baik jika menguasai juga Hadist-hadist : Musnad Ahmad, Mustadrak Hakim, Shahih Ibn Hibban, Shahih Tabhrani, Sunan Daruquthni, dsb.

7. Menguasai Musthalah Hadist (klasifikasi hadits-hadist) : Shahih, Hasan, Ahad, Muttafaq alaih, Maudhu', Mursal, kuat, lemah, juga Matan, Rawi, dsb.

8. Menguasai Ilmu Ushul Fiqih & Maqasid al-Syariah (tujuan syariat).

9. Menguasai fatwa-fatwa Imam Mujtahid yg terdahulu dalam masalah-masalah yg dihadapi.

10. Memiliki sifat taqwa dan Muru’ah (harga diri), berakhlak baik dan tidak takabur serta menjauhi segala larangan Allah SWT.

Wuih... lebih dari 15 disiplin ilmu dalam Islam..! 😱

Nah, apalagi untuk menjadi seorang IMAM BESAR ya...?


Semoga....
#ombad

BODOH BERJAMAAH

Abu Nawas berjalan di tengah pasar sambil melihat-lihat ke dalam topinya. Banyak yg memperhatikan ulah Abu Nawas itu dengan wajah heran. Apakah Abu Nawas telah gila ? Apalagi dia melihat ke dalam topinya sambil tersenyum penuh bahagia.

Salah seorang datang menghampiri Abu Nawas,

"Wahai saudaraku, apa yg sedang kamu lihat di dalam topi itu?"
"Aku sedang melihat sorga lengkap dengan barisan bidadari.."
"Coba aku lihat.. !"
"Saya gak yakin kamu bisa melihat seperti yg saya lihat.."
"Mengapa ?"
"Karena hanya orang yg beriman dan sholeh saja yg bisa lihat sorga di topi ini."
"Coba aku lihat..!"
"Silahkan."

Orang itu melihat ke dalam topi itu dan sejenak kemudian dia melihat ke arah Abu Nawas.

"Benar kamu.. aku melihat sorga di topi ini dan juga bidadari. Subhanallah ... Allahuakbar..!!" Kata orang itu berteriak dan didengar orang banyak.

Abu Nawas tersenyum. Sementara orang banyak yg menyaksikan ulah Abu Nawas ingin pula membuktikan apakah benar ada sorga di dalam topi itu. Abu Nawas mengingatkan kepada mereka semua,
"Ingat hanya orang beriman dan sholeh yg bisa lihat sorga di dalam topi ini. Yang tak beriman tidak akan melihat apapun."

Satu demi satu orang melihat ke dalam topi Abu Nawas itu. Ada yg dengan tegas menyatakan melihat sorga dan ada juga yg mengatakan Abu Nawas bohong. Abu Nawas tetap tenang saja sambil menebar senyum.

Akhirnya, bagi mereka yg tidak melihat sorga di dalam topi itu melaporkan kepada Raja. Bahwa Abu Nawas telah menebarkan kebohongan kepada orang banyak. Raja memanggil Abu Nawas menghadap raja.

"Abu Nawas..! Seru raja, "Benarkah kamu bilang di dalam topimu bisa nampak sorga dengan sederet bidadari cantik..?"

"Benar Paduka. Tapi yg bisa lihat hanya orang beriman dan sholeh. Bagi yg tidak bisa melihat itu artinya dia tidak beriman dan kafir."

"Oh begitu.. coba saya buktikan apakah benar cerita kamu itu." kata Raja, yg  segera melihat ke dalam topi Abu Nawas dari sudut kiri dan kanan, atas dan bawah. Akhirnya raja terdiam seakan berpikir.

"Benar tidak nampak sorga di dalam topi ini. Tapi andaikan aku bilang tidak ada sorga maka orang banyak akan tahu aku termasuk tidak beriman dan termasuk kafir. Tentu akan hancur reputasiku." pikir Raja.

"Benar..! Saya sebagai saksi, bahwa di dalam topi Abu Nawas kita bisa melihat sorga dengan sederetan bidadari..." Kata Raja setengah berteriak.

Orang banyak akhirnya menerima cerita Abu Nawas karena khawatir berbeda dengan Raja.

**

Nah, pertanyaannya...
Kenapa Hewan-hewan banyak yg punya ekor..?

Ket..

Abu Nawas adalah Abu Ali Hasan bin Hani' al-Hakami, seorang penyair yg sangat masyhur pada zaman Bani Abbasiyyah.

Semoga....
#ombad #tasawuf

18 February 2018

ANAK HASIL KEJUJURAN

Dikisahkan...

Ketika sedang pulang dari belajar menuntut ilmu, di tengah-tengah perjalanannya Idris sedang kelaparan, oleh sebab itu ia memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah pohon di tepi sungai.

Tak di sangka ternyata ada buah apel yang hanyut di tepi sungai, lalu diambillah buah apel tersebut kemudian ia makan buah tersebut.

Setelah habis buah tersebut ia baru tersadar bahwa buah tersebut bukanlah miliknya. Sehingga ia memutuskan untuk mencari siapakah pemilik buah apel yang telah ia makan tersebut untuk meminta keikhlasan dari sang pemilik buah tersebut.

Kemudian berangkatlah Idris menyusuri sungai, dan akhirnya diketemukan sebuah kebun apel di pinggir sungai. Dan ia menduga pasti buah tersebut jatuh dari kebun itu.

Lalu ia datang ke rumah pemilik kebun untuk meminta keikhlasan atas buah yang ia makan.

Ternyata sang pemilik hanya akan merelakan buah apel yang telah dimakan oleh Idris dengan syarat bahwa Idris harus mau menjadi tukang kebun si pemilik selama dua tahun lamanya tanpa diberi upah.

Idris pun menerima persyaratan tersebut, hanya demi mendapatkan keikhlasan dari sang pemilik buah yang telah ia makan.

Setelah dua tahun ia menjadi tukang kebun, akhirnya ia mau berpamitan pulang kepada sang pemilik kebun, bahwasannya tugasnya telah selesai dan ia mohon diikhlaskan atas buah apel yang telah ia makan dahulu.

Ternyata sang pemilik kebun belum mengikhlaskan, sang pemilik kebun memberikan syarat yang kedua kepada Idris, jika ia mau menerima penawaran syarat kedua tersebut maka ia akan dimaafkan dan diikhlaskan karena telah memakan buahnya tanpa ijin.

Lalu pun Idris bertanya kepada sang pemilik kebun, "Apakah syarat kedua yang harus saya penuhi..?"

Kemudian dijawab oleh pemilik kebun bahwa syarat yang kedua adalah Idris harus menikahi anaknya yang buta, tuli, bisu, dan pincang.

Idris pun bimbang, jika menolaknya maka ia tidak akan mendapat keikhlasan si pemilik kebun, dan jika menerima ia akan mendapat calon istri yang cacat.

Namun akhirnya ia memutuskan untuk menerima dan bersedia menikahi anak perempuan si empunya kebun apel tersebut demi mendapatkan keikhlasannya.

Lalu si bapak pemilik kebun menyuruhnya untuk menemui dan menjemput calon istrinya di kamar, ternyata di sana tidak ada perempuan dengan kriteria yang seperti disebutkan oleh sang pemilik kebun tersebut, yang ada malahan seorang gadis sangat cantik dan rupawan bak bidadari tanpa kekurangan apapun, sempurna fisiknya tanpa kecacatan.

Akhirnya Idris kembali kepada si pemilik kebun dan heran dengan kejadian yang ia lihat dan menceritakan bahwa di kamar tidak ada anak gadis si pemilik kebun. Kemudian si pemilik kebun menjelaskan bahwa itulah anak gadis yang akan menjadi calon istri Idris.

Bahwasanya tuli adalah gadis tersebut tidak pernah mendengarkan hal-hal yang haram, bisu artinya tidak pernah berkata-kata dosa, buta artinya tidak pernah melihat hal-hal dosa dan pincang artinya ia tidak pernah pergi melangkah ke tempat-tempat maksiat.

Akhirnya Idris paham dan menikah dengan wanita sholihah tersebut. Dan Allah mengkaruniai mereka anak yang sholih pula yakni yang bernama Imam Syafi’i.

Semoga...
#ombad #tasawuf #Syafi'i

KONFIRMASI VIA YAQAZAH

Seperti sekarang, dulu pun banyak yg memprotes Imam al-Ghazali ra. terkait hadist-hadist yg tertera dalam kitab Ihya Ulumuddin. Ada sekitar 200-an Hadist.

"Syeikh, kok banyak sekali hadist di Ihya Ulumuddin yg tidak pernah sy baca/temukan di kitab-kitab Hadist..?"

Imam al-Ghazali pun menjawab,

"Saya tidak pernah menulis sebuah Hadist dalam kitab Ihya tanpa konfirmasi dulu kepada Rasulullah SAW."

Nah, pusing kan..? :D
Seperti kita tahu, Rasululullah SAW wafat 632 M, sedangkan Imam al-Ghazali itu hidup sekitar tahun 1100 an M. Beda waktunya 500 tahunan.

Hal-hal seperti ini sulit dipercayai jika sekedar pakai pikiran.

Terkait hal tersebut, banyak pengalaman ruhani para ulama 'Arif billah yg menceritakan kisah pertemuannya dengan Rasulullah SAW. Mereka bisa bertemu baik melalui Mimpi ataupun Yaqazah (bertemu dalam kondisi sadar/terjaga). Bukankah dalam kondisi tertentu ruang dan waktu memang menjadi tidak ada batas, misal di alam ruh.

Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa melihatku sewaktu tidur, maka dia seakan melihatku dalam keadaan terjaga (fasayaranifil Yaqzati). Dan setan tidak bisa menyerupai diriku.“ (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dari Abu Hurairah ra.)

Ru’yah (melihat) Nabi SAW dalam keadaan Sadar/terjaga (Yaqazah) merupakan suatu hal yg rumit dan sedikit sekali orang yg mengalaminya, melainkan hanya orang-orang yg memiliki sifat ‘aziz (mulia) pada masa ini. Bahkan, hampir-hampir tidak ada. Namun kita tidak mengingkari orang yg mengalaminya, yakni al-kabir (orang besar dalam pandangan Allah) yg dijaga oleh Allah SWT, baik segi dzahir maupun batin mereka.” (Syeikh Izzuddin bin ‘Abdus Salam ra., al-Qawa’id al-Kubra)

Nah, bayangkan seorang Imam Ghazali ra. yg melakukan konfirmasi kepada Rasulullah SAW sebanyak 200-an kali terkait hadist-hadist tersebut. Dan menurut sy, konfirmasinya itu melalui Yaqazah.

**

YAQAJAH itu pengalaman batin secara sadar, tidak melalui mimpi.

Puncak dari Yaqajah itu adalah ketemu dengan Rasul dalam kondisi sadar, tidak melalui mimpi.

Adalah boleh (khususnya bagi Wali Allah yg diberi karamah) untuk bertemu dengan dzat Nabi SAW baik ruhnya atau jasadnya karena Rasulullah SAW seperti lain-lain nabi dan rasul, semuanya hidup bila mereka dikembalikan (kepada jasadnya) serta diizinkan oleh Allah keluar dari kuburnya.” (Ibn Arabi dalam kitab Fara’idul Fawa’id)

Sebagian orang mendakwa melihat Nabi SAW secara yaqazah, sedangkan hal ini sukar untuk dibahas.  Amat sedikit dari kalangan mereka yg mengalaminya, kecuali terhadap mereka yg amat mulia di zaman ini. Walau bagaimanapun, kami tidak mengingkari siapapun yg mengaku pernah mengalaminya, dari kalangan orang-orang yg mulia yang dipelihara oleh Allah SWT dzahir dan batin mereka.” (Syeikh Ibn Al-Haj, dalam kitab Al-Madkhal)

Ada riwayat yg berhubungan dengan Yaqazah nya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani qs. dalam kitab Thabaqatul Awliya.. karangan Syeikh Sirajuddin bin Al-Milan ra. disebutkan :

Syeikh Abdul Qadir al Jailani berkata,

“Aku melihat Rasulullah SAW sebelum Zuhur,

Beliau berkata kepadaku, “Wahai anakku, mengapa engkau tidak segera berceramah..?”

Aku menjawab, “Wahai Abatah (ayah), aku adalah seorangajam (bukan Arab). Bagaimana aku akan berbicara dengan orang-orang Baghdad yg fasih-fasih.”

Lalu Beliau berkata, “Bukalah mulutmu.”

Kemudian aku membuka mulutku lalu Beliau meludahiku tujuh kali. Kemudian Beliau bersabda,

Berbicaralah kepada manusia dan ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauizah (pesan-pesan) yang baik.”

Kemudian aku menunaikan sholat dzuhur dan duduk, tiba-tiba berduyun-duyun orang yang banyak mendatangiku, dan aku melihat Sayidina 'Ali berdiri di depanku dalam majlis itu.

Kemudian Sayidina Ali berkata kepadaku, “Wahai anakku, mengapa engkau tidak segera berbicara..?”

Aku menjawab, “Wahai Abatah (ayah), mereka berduyun-duyun datang kepadaku.”

Kemudian dia berkata, “Bukalah mulutmu.”

Lalu aku membuka mulutku, dan Beliau meludahiku sebanyak enam kali, lalu aku bertanya, “Mengapa tidak engkau sempurnakan menjadi tujuh kali..?”

Beliau menjawab, “Adab kepada Rasulullah.”

Selanjutnya Beliau lenyap dari pandanganku.

Kemudian aku berkata,

Menyelam dalam pemikiran, kemudian menyelam dalam lautan hati mencari mutiara-mutiara kaumarifin. Kemudian dikeluarkan ke pinggir shard (hati), kemudian mengundang agen penerjemah lisan, dibelinya hal itu dengan nafais isman (nafas-nafas berharga), yakni baiknya ketaatan di balik-balik yang Allah izinkan untuk didaki.”

Semoga....
#ombad #tasawuf #yaqazah

EMPAT TAHAP IQRA

Ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama kalinya di Gua Hira, malak Jibril as. masuk ke dalam gua menemuinya, dan berkata,

"IQRA (BACALAH)...!"

Rasul menjawab, "Aku bukanlah orang yg pandai membaca."

Maka Jibril memegang dan mendekapnya sehingga Rasul benar-benar kepayahan, lalu melepaskannya, dan berkata lagi,

"BACALAH...!"

Rasul menjawab, "Aku bukanlah orang yg pandai membaca."

Jibril kembali mendekap untuk kedua kalinya hingga Rasul benar-benar kepayahan, lalu melepaskannya, dan berkata lagi,

"BACALAH...!"

Rasul menjawab, "Aku bukanlah orang yg pandai membaca."

Jibril kembali mendekap untuk ketiga kalinya hingga Rasul benar-benar kepayahan, lalu melepaskannya, dan berkata:

"BACALAH dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan." (QS. Al-'Alaq: 1)

Ada empat kali suruhan "BACALAH" atau IQRA. Menurut kitab-kitab tafsir tasawuf, hal ini mengandung makna:

- Iqra Pertama, maknanya : HOW TO READ, hanya memakai IQ saja.

- Iqra Kedua, maknanya: HOW TO LEARN, hanya menggunakan IQ saja.

- Iqra Ketiga, maknanya: HOW TO UNDERSTAND, melibatkan IQ dan EQ.

- Iqra Keempat, maknanya: HOW TO ELEVATE, dengan memadukan IQ, EQ dan SQ. Aspek kesadaran.

Jadi prosesnya,

[Read] --> [Learn] --> [Understand] --> [Elevate]

Apa yg dibaca?
Ya semuanya harus dibaca, bukan hanya al-Quran. Segala sesuatu selain Allah itu adalah "Ayat", diri kita adalah "Ayat", dan seluruh alam semesta inipun adalah "Ayat".

Kalau melihat fenomena sekarang dimana faham radikal dan intoleransi makin meluas, bisa dipastikan baru mencapai Iqra tahap kedua, karena ilmunya baru di otak saja dan tidak menembus rasa/hati (Iqra tahap ketiga). Apalagi untuk mencapai Iqra tahap keempat yg melibatkan spiritualitas, cinta dan kasih sayang yg sangat dalam. Rahmatal lil 'alamin. Sebagaimana Allah melimpahkan Rahmat-Nya bagi semua makhluk hidup di alam ini.

Jadi, "Bacalah" segala sesuatu di alam ini dengan menggunakan seluruh potensi diri sampai bisa meningkatkan kesadaran diri, atau dengan kata lain, mengalami transformasi kesadaran ke tingkat yg lebih tinggi, baik sisi lahir maupun batin.

Dan selaraskan dengan makna hakiki dari Iqra yaitu "menghimpun" (qara'a), dengan cara: Mengenali, Mengidentifikasi, Mengklasifikasi, Membandingkan, Menganalisa, Menyimpulkan, dan Membuktikan.

Semoga....
#ombad #tasawuf