Dikisahkan...
Ketika sedang pulang dari belajar menuntut ilmu, di tengah-tengah perjalanannya Idris sedang kelaparan, oleh sebab itu ia memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah pohon di tepi sungai.
Tak di sangka ternyata ada buah apel yang hanyut di tepi sungai, lalu diambillah buah apel tersebut kemudian ia makan buah tersebut.
Setelah habis buah tersebut ia baru tersadar bahwa buah tersebut bukanlah miliknya. Sehingga ia memutuskan untuk mencari siapakah pemilik buah apel yang telah ia makan tersebut untuk meminta keikhlasan dari sang pemilik buah tersebut.
Kemudian berangkatlah Idris menyusuri sungai, dan akhirnya diketemukan sebuah kebun apel di pinggir sungai. Dan ia menduga pasti buah tersebut jatuh dari kebun itu.
Lalu ia datang ke rumah pemilik kebun untuk meminta keikhlasan atas buah yang ia makan.
Ternyata sang pemilik hanya akan merelakan buah apel yang telah dimakan oleh Idris dengan syarat bahwa Idris harus mau menjadi tukang kebun si pemilik selama dua tahun lamanya tanpa diberi upah.
Idris pun menerima persyaratan tersebut, hanya demi mendapatkan keikhlasan dari sang pemilik buah yang telah ia makan.
Setelah dua tahun ia menjadi tukang kebun, akhirnya ia mau berpamitan pulang kepada sang pemilik kebun, bahwasannya tugasnya telah selesai dan ia mohon diikhlaskan atas buah apel yang telah ia makan dahulu.
Ternyata sang pemilik kebun belum mengikhlaskan, sang pemilik kebun memberikan syarat yang kedua kepada Idris, jika ia mau menerima penawaran syarat kedua tersebut maka ia akan dimaafkan dan diikhlaskan karena telah memakan buahnya tanpa ijin.
Lalu pun Idris bertanya kepada sang pemilik kebun, "Apakah syarat kedua yang harus saya penuhi..?"
Kemudian dijawab oleh pemilik kebun bahwa syarat yang kedua adalah Idris harus menikahi anaknya yang buta, tuli, bisu, dan pincang.
Idris pun bimbang, jika menolaknya maka ia tidak akan mendapat keikhlasan si pemilik kebun, dan jika menerima ia akan mendapat calon istri yang cacat.
Namun akhirnya ia memutuskan untuk menerima dan bersedia menikahi anak perempuan si empunya kebun apel tersebut demi mendapatkan keikhlasannya.
Lalu si bapak pemilik kebun menyuruhnya untuk menemui dan menjemput calon istrinya di kamar, ternyata di sana tidak ada perempuan dengan kriteria yang seperti disebutkan oleh sang pemilik kebun tersebut, yang ada malahan seorang gadis sangat cantik dan rupawan bak bidadari tanpa kekurangan apapun, sempurna fisiknya tanpa kecacatan.
Akhirnya Idris kembali kepada si pemilik kebun dan heran dengan kejadian yang ia lihat dan menceritakan bahwa di kamar tidak ada anak gadis si pemilik kebun. Kemudian si pemilik kebun menjelaskan bahwa itulah anak gadis yang akan menjadi calon istri Idris.
Bahwasanya tuli adalah gadis tersebut tidak pernah mendengarkan hal-hal yang haram, bisu artinya tidak pernah berkata-kata dosa, buta artinya tidak pernah melihat hal-hal dosa dan pincang artinya ia tidak pernah pergi melangkah ke tempat-tempat maksiat.
Akhirnya Idris paham dan menikah dengan wanita sholihah tersebut. Dan Allah mengkaruniai mereka anak yang sholih pula yakni yang bernama Imam Syafi’i.
Semoga...
#ombad #tasawuf #Syafi'i