24 February 2018

PELAKU DAN PENGAMAT

Suatu ketika (di bukan Juni 2016), seorang Cewek Cantik (CC) bertanya kepada sy (PG)..

CC :
Hi Ombad yg cakep. Kenapa ya om, sy merasa seperti ada dua kepribadian..? Yang pertama, sy seperti bukan sy, tapi lebih mirip seorang PENGAMAT (Observer), dan yg satunya lagi, sy sebagai seorang PELAKU. Kadang ketika sy melakoni, saya jadi seperti benar-benar melakoni.

Aduh.. gimana ya om susah bilangnya. Cara sy melihat orang juga jadi berbeda, dan itu sy lakukan kadang tanpa emosi. Saya bisa bersimpati ke orang yg susah tapi tidak berlebihan. Kadang sy takut, sy gak punya compassion om. Hanya melakoni aja.

PG :
Duhh jadi malu-malu kucing disebut ganteng terus.. 😣

Kondisi seperti itu adalah hal yg wajar, walau sedikit "kurang normal".. :D  maksudnya, ketika awal-awal memasuki pengalaman itu, akan terasa seperti sebuah "ketidak-normalan". Asal jangan jadi bangkotan kayak sy aja, ntar jadi Ph.D .. Permanent Hair Damage..  :D atau M.Ag .. Mastaka Abdi Gundul. :D

Pembelajaran secara spiritual (meditasi, tasawuf) itu tidak sekedar masalah melihat fenomena, apalagi hantu-hantuan atau aura-auraan.. emangnya kita ini kamera Kirlian.. :D Justru yg paling penting adalah bisa "menterjemahkan", dan pengalaman dua sisi dalam waktu yg bersamaan (Pelaku - Pengamat) ini sebagai salah satu "pelatihannya".

Pola "latihan" ini adalah salah satu proses pengembangan wawasan berpikir, yg nantinya akan sangat berguna untuk :

- 'Inner knowledge'.

- Pengambilan sudut pandang, baik untuk kebutuhan sendiri ataupun untuk "membaca" sudut pandang orang lain.

- Koordinat berpikir, dalam arti "tracking" koordinat berpikir.

- Paradigma berpikir, dalam arti "tracking" formula bentukannya.

- Objektivitas.

- Dan hal lain yg berhubungan dengan menyelam ke dalam "diri".

Ketika diri kita sebagai Pelaku, pasti subjektif dan sulit untuk objektif, dan ketika diri kita sebagai Pengamat akan lebih mudah objektif. Adanya "dialog" dalam diri antara si "pelaku" dan si "pengamat" ini akan memudahkan kesadaran/hati kita mengambil sebuah keputusan yg paling baik, yg paling adil dan objektif. Dan tentunya ada "latihan" dalam mengesampingkan aspek perasaan, emosi dan kepentingan pribadi, untuk hal yg lebih baik, cara maupun tujuannya.

Rasa yg biasa dirasakan akan sedikit mengalami "revisi", agar bisa paham dan bisa memisahkan dari mana sumbernya, apakah bersumber dari qalbu, pikiran, hawa nafsu ataupun bawah sadar (refleksi memory). "Revisi" yg dimaksud bukan dalam konteks "Degradasi", tapi lebih ke konteks "Transformasi".

Anggap aja "kupu-kupu" lagi lihat "ulat" dan "kepompong"... :D

CC :
Koordinat berpikir maksudnya identifikasi core problem om..?
Tracking formula maksudnya indikatornya..?

PG :
"Koordinat" Berpikir : Internal process di dalam memory,  yg menghasilkan "cetusan" sub-sub kesimpulan.. Reaksi antar "cetusan" sub-sub seperti ini yg membentuk sub pola pandang.

CC :
Cetusan bisa positif dan negatif, jika dibarengi dengan perasaan normal tanpa emosi, cetusan hanya berupa informasi tanpa konten perasaan. Kesimpulan yang diambil itu biasanya mendekati kebenaran, begitukah om..?

PG :
Iya... dan ada fungsi sebagai si "Pengamat".. Analoginya, di dalam ruangan (otak), ada Kue buatan sy, kue A (sub pola pandang A), kue B, kue C dst.. anggap sampai tak terhingga, karena dalam satu saat ada milyaran reaksi.. "Tracking koordinat" itu seperti mengetahui tentang kue A, pabriknya di mana, dst.

CC :
Untuk mengambil kesimpulan butuh validasi.

PG :
Nah ini... Ujungnya mah tetep aja 'ditunjukkan'.. Suatu Petunjuk. Kembali lagi dech ke "nilai" agama.. :D

CC : Ohh okeh om.

PG :
Formula bentukan itu seperti suatu paket dalam penjualan. Misalnya ada suatu Paket Special (yg berisi kue A, S, I, dsb), ataupun seperti suatu Paket Promo (yg berisi kue B, H.. dst).

CC :
Produktif dan Efisien, juga gak perlu trial dan error ya om..?

PG :
Iya.. meski sulit untuk Ideal 100%.. butterfly effect.. ehhh.. karena ada koneksitas dengan faktor eksternal.. tapi setidaknya "risk minimize".


Mudah-mudahan berhasil yaa cantik.. 😍
 
 
Semoga..
#ombad #tasawuf