"Kedzaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang Baik." (Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib kw.)
Dzalim itu ada dua jenis, yaitu:
- Dzalim ke diri sendiri, yaitu melakukan dosa/maksiat, melanggar aturan.
- Dzalim ke orang lain, seperti: menganiaya, tidak menunaikan hak orang lain yg wajib ditunaikan, merebut hak orang lain, dsb.
Jika terbiasa mendzalimi diri sendiri, ketika disuruh benar pun akan merasa didzalimi, contohnya:
- Koruptor ditangkap KPK, koruptor tersebut akan merasa didzalimi.
- PKL ditertibkan dan dikejar-kejar Satpol PP, PKL tersebut akan merasa didzalimi.
- PSK lokalisasinya ditutup, para PSK dan germo tersebut akan merasa didzalimi.
Artinya ungkapan "Kedzaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang Baik" itu membutuhkan "syarat dasar" dalam pengamalannya, yaitu si pelaku "pemberantas kedzaliman" itu perilakunya harus TIDAK DZALIM dulu, atau dengan kata lain, ia harus ADIL, yg merupakan buah dari IHSAN (Baik). Itu makanya BAIK akan selalu selaras dengan ADIL yg merupakan lawan kata dari Dzalim. Atau dengan kata lain, MUHSIN atau "orang Baik" itu adalah orang yg sudah terbebas dari mendzalimi diri sendiri dan mendzalimi orang lain, sehingga bisa berlaku Adil bagi diri sendiri maupun orang lain.
Semisal dengan Hadist yg diriwayatkan oleh Imam Muslim ra..:
"Siapa diantara kalian melihat kemungkaran hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya. Yang demikian itu serendah-rendah iman."
Bayangkan jika orangnya masih dzalim kemudian mampu "mengubah dengan tangannya"..? Malah nanti hawa nafsunya yg beraksi, dan bukannya membuat semakin baik, malah menimbulkan masalah baru. Artinya apa? Ada syarat dasar yg harus selalu diperhatikan ketika mengamalkan suatu perintah/anjuran dalam agama, dan syaratnya ini seringkali terkait kualitas diri dalam hubungannya dengan hawa nafsu.
Dan secara esensi, hal ini mengindikasikan bahwa Ayat, Hadist ataupun Atsar punya keterkaitan, saling berhubungan, dan merupakan suatu rangkaian yg saling bersambung, karena sumber ilmunya berasal dari yang satu, yaitu Allah al-'Alim al-Khabir.
Itu makanya ketika mau "memberantas kedzaliman" pun kita harus hati-hati karena siapa tahu justru diri sendiri yg harus "diberantas" karena masih dzalim, bahkan mengakibatkan dzalim kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman,
"Demi kemuliaan-Ku, Aku akan menolongmu (wahai hamba yg terdzalimi) sekalipun tidak segera." (HR. Turmudzi)
Kan lucu, masa teriak Allahu Akbar tetapi hawa nafsunya justru berkobar. Masa memberantas kedzaliman pakai perbutan dzalim, atuh jadi Lalim.. :D
Semoga...
#ombad #tasawuf