Kenapa Perbedaan itu Rahmat ?
Dalam keseharian, tidak jarang perbedaan yg ada bahkan menjadi pemicu pertengkaran/permusuhan. Kenapa bisa seperti itu ? Kok bukan Rahmat yg diperoleh ?
Hal ini terjadi karena cara pandang terhadap 'perbedaan' nya itu sendiri.
- Apakah perbedaan yg muncul dijadikan alat kontrol atau tidak terhadap 'kebenaran relatif' yg ada dalam diri kita.
- Apakah diri kita melakukan 'inner counting' dan 'inner communication' atau tidak, dalam menyikapi data internal yg berbeda dg eksternal.
- Apakah diri kita benar-benar sudah berniat kuat untuk mencari pemahaman/ilmu seobjektif mungkin.
- Atau malah kita hanya butuh legitimasi agar 'kebenaran relatif' yg ada dalam diri kita menjadi sebuah 'kebenaran absolut', sampai akhirnya hanya akan menganggap sebuah kebenaran ketika 'data eksternal' tersebut memiliki kesamaan dgn yg sudah ada di 'data internal'.
Artinya, ungkapan "Perbedaan itu Rahmat" ini bisa dimaknai juga :
- Perbedaan itu (bisa jadi) Rahmat ; jika kita bisa menyikapi perbedaannya, seperti halnya seorang koki ketika bertemu dengan bumbu-bumbu masakan yg berbeda-beda, baik rasa maupun bentuknya. Bagaimana caranya supaya koki tsb bisa mengolah dan mengkombinasikannya.
- Perbedaan itu (bisa jadi) Rahmat ; jika kita bisa MENGEDEPANKAN sifat-sifat Rahmatnya itu sendiri, ketika menemukan/menghadapi perbedaan yg ada.
Sifat Rahmat (orang-orang yg mendapatkan Rahmat Allah, ibadur-Rahman, QS. al-Furqaan :63-77), diantaranya : kasih sayang, tawadhu', kebaikan, sederhana/moderat, jujur, senang menerima nasehat, dsb.
Semoga..
#ombad #tasawuf