Terkait ilmu, Imam al-Ghazali ra. dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, menukil perkataannya Khalil bin Ahmad ra. yg membagi empat golongan manusia, yaitu:
1. "Rajulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri".
Orang yang tahu (mengerti) tapi tidak tahu bahwa ia tahu (mengerti). Itulah orang yang Lalai, maka peringatkanlah ia.
Kaum sufi mengibaratkan orang semacam ini adalah orang yang tertidur. Maka ia harus dibangunkan dan disadarkan akan kelebihannya yang bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
2. "Rajulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri".
Orang yang tidak tahu (mengerti) dan ia tahu bahwa ia tidak tahu (mengerti). Itulah orang yang Sadar Diri, maka ajarkanlah ia.
Inilah orang bodoh sederhana (jahil basith) yang mudah diobati, yaitu dengan pengajaran dan pendidikan.
3. "Rajulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri".
Orang yang tahu (mengerti) dan tahu bahwa ia tahu (mengerti). Itulah orang 'Alim, maka ikutilah ia.
Orang ini tergolong kaum bijaksana (al-Hukama’), yang harus diikuti dan dimintai pendapat dan wawasannya.
4. "Rajulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri".
Orang yang tidak tahu (mengerti) dan tidak tahu bahwa ia tidak tahu (mengerti), itulah orang yang Mati (dungu), maka tinggalkanlah ia.
Jadi jenis manusia yg paling buruk adalah "Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri", manusia yg Tidak Tahu (tidak berilmu) dan dia Tidak Tahu kalau dirinya Tidak Tahu. Jenis manusia yg selalu merasa paling mengerti, selalu merasa paling tahu, selalu merasa paling memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa.
Orang macam inilah yang disebut “bodoh kuadrat” (Ahmaq), karena selain bodoh juga tidak tahu akan kebodohannya sendiri. Kita bisa bayangkan betapa sulitnya mengobati kebodohan orang seperti itu. Pangkal penyakitnya ialah tidak tahu diri.
Dan repotnya, manusia jenis ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa lebih tahu atau merasa paling tahu.
Jadi menghadapi tipikal manusia seperti ini, ya biarkan saja. Karena orang yg ilmunya sedikit saja seringkali merasa lebih Pandai, makanya gak usah heran jika orang bodoh pun akan merasa jenius.. :D
Dari Ali ibn Musa ar-Ridha, Nabi Isa as bersabda :
“Sungguh aku telah mengobati orang-orang yang sakit, dan aku sembuhkan mereka dengan izin Allah; juga aku sembuhkan orang buta dan orang berpenyakit lepra dengan izin Allah; juga aku obati orang-orang mati dan aku hidupkan kembali mereka dengan izin Allah; kemudian aku obati orang dungu namun aku tidak mampu menyembuhkannya..!”
Maka beliau pun ditanya, “Wahai ruh Allah, siapa orang dungu itu..?”
Beliau menjawab, “Yaitu orang yang kagum kepada pendapatnya sendiri dan dirinya sendiri, yang memandang semua keunggulan ada padanya dan tidak melihat beban (cacat) baginya; yang memastikan semua kebenaran untuk dirinya sendiri. Itulah orang-orang dungu yang tidak ada jalan untuk mengobatinya.”
Jadi anggap wajar aja jika pada suatu ketika menemukan tipikal manusia seperti itu.
Iya, memang suatu kewajaran, karena dalam setiap hal selalu ada pasangannya. Apalagi jika berhubungan dengan masalah ilmu yg lingkupnya tak terbatas, baik dari sisi Dzahir (nampak, jelas) maupun dari sisi Khafi (samar, tersembunyi).
Hal ini pun diterangkan Ibn Taimiyah dalam kitab Majmu’ Fatawa, bahwa para ulama pun mengklasifikasikan syariat Islam menjadi dua, yaitu: Dzahir (nampak, jelas) dan Khafi (samar, tersembunyi).
Salahkah mereka..? Tidak sich, tidak salah.. :D.. walau bikin enek.
Imam Abu Hanifah ra. pun mengatakan,
"Tidak ada udzur bagi orang yg jahil (bodoh, tidak tahu) dalam hal Ma’rifatullah (mengenal Allah). Karena mengenal Rabb serta mengesakan-Nya adalah kewajiban setiap hamba. Adapun dalam kewajiban² (yg lain), maka orang yg bodoh/jahil atau belum sampai ilmu kepadanya dianggap belum tegak hujjah atasnya."
**
Abu ‘Abd ar-Rahman Al-Khalil ibn Ahmad ibn ‘Amr ibn Tamim Al-Farahidi Al-Azdi lahir di Basrah pada tahun 100 H dan tinggal di sana hingga wafat tahun 170 H, atau tahun 175 H menurut sebagian pendapat. Ayah beliau adalah orang yg pertama kali menggunakan nama Ahmad setelah Rasulullah SAW.
Khalil bin Ahmad, sejak kecil mengikuti kajian-kajian ilmu mulai dari hadits, fiqih, dan juga bahasa. Gurunya yg paling berpengaruh adalah ‘Isa ibn ‘Amr dan Abu ‘Amr ibn al-’Ala’.
Semoga...
#ombad #tasawuf