Allah Yang Ahad dan Wahid menciptakan sesuatu pasti berpasangan, baik dan buruk, siang - malam, sakit - sehat, cewek - cowok, dst.
Allah menciptakan manusia dengan tujuan ingin dikenali baik sifat-Nya, af'al-Nya maupun Dzat-Nya.
Dalam sebuah Hadits Qudsi,
Allah SWT berfirman, “Aku laksana harta yang tersembunyi (kanzun Makhfiyya). Aku ingin dikenali, karena itu Aku menciptakan makhluk.“ (HR. Tirmizi)
Manusiapun diciptakan dengan memadukan sifat-sifat Allah yang lengkap (berbeda-beda dan berlawanan). Unsur-unsur yang dipadukannya pun berlawanan ; tanah, air, api dan angin. Tidak seperti makhluk ciptaan yang lain, malaikat yang hanya dari cahaya, ataupun jin yang hanya dari api.
Hal ini merupakan indikasi bahwa manusia merupakan gambaran dan cerminan Allah. Manusia mempunyai sisi lahir dan batin, baik dan buruk, keras dan halus, dst.
Seiring waktu, dalam perjalanan hidupnya, manusia pasti akan terpola dengan hal-hal yang berbeda dan berlawanan. Pola pikir, perasaan yang dihasilkannya pun akan ada keberpihakan, akan ada pengkutuban, polaritas. Selalu ada pembanding, selalu ada dualitas, bahkan kompleksitas.
Ketika seorang salik berproses untuk wushul (kembali) ke tempat asalnya (alam Lahut, alam Khalqi), dia harus bisa memadukan (bukan menyatukan) ke dua kutub yang saling berlawanan ini.
Analoginya seperti pemahaman ini :
Baik itu ada karena ada buruk, laki-laki itu ada karena ada wanita, sehat itu ada karena ada sakit, dst.
Perpaduan kedua hal yang berlawanan ini yg biasa disebut Paradoks.
Ada rumus matematika seperti ini :
- Bilangan tak terhingga (∞)
- Ada (- ∞) dan ada (+∞),
Jika nilai - dan + tersebut dimutlakkan, pada kondisi "mutlak" :
|-∞| = |+∞| = ∞ ...
Artinya "sama" saja, dan itulah Paradoks.
Hal tentang paradoks ini tersirat dari jawaban Syeikh Yahya bin Mu’ad Ar-Razi ra. ketika ditanya :
“Wahai Syeikh, dengan apa engkau Makrifat kepada Allah..?”
Beliau menjawab: “Dengan terpadunya sesuatu yang berlawanan.”
Nabi yang terkenal sering mengajarkan paradoks (untuk calon wali-wali Allah) adalah Nabi Khidir as.
Itulah kenapa untuk "mengenal" Allah secara sifat, Allah memperkenalkan sifat-Nya lewat Asmaul Husna, dan Asmaul Husna ini kalau dibagi garis besarnya, terdiri dari 2 kelompok yg saling berlawanan, yaitu Jamaliah dan Jalaliah.
Dan Singularitas itu bukan Allah. Singularitas itu nama lain dari dari segala yg berhubungan dengan wilayah Ahadiyah, Wahidiyah dan Wihdah. Ahadiyah, Wahidiyah dan Wihdah itupun hanya "pendekatan" untuk memudahkan pemahaman dalam makrifat.
Semoga...
#ombad #tasawuf