28 July 2018

TAKBIR

Seorang muslim akan bertakbir membesarkan Allah ketika ia telah berhasil berpuasa Ramadhan, bertakbir ketika ibadah haji, ketika adzan, iqamat, memulai shalat dan diantara gerakan2 shalat. Belum lagi takbir yg dibaca setiap selesai shalat fardhu sebanyak 33 kali. Jadi total bertakbir selama 24 jam (minimal) sebanyak 342 kali.

"..supaya kalian menyempurnakan bilangan (shaum Ramadhan) dan supaya kalian mengagungkan Allah atas hidayah yang Dia berikan kepada kalian, serta supaya kalian bersyukur.” (QS. al-Baqarah : 185)

Dalam sebuah Hadist :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam ketika berdiri hendak shalat beliau bertakbir hingga berdiri, kemudian beliau bertakbir ketika akan ruku’, kemudian membaca sami’allahu liman hamidah ketika bangkit dari ruku’, kemudian membaca rabbanaa lakal hamdu, kemudian beliau bertakbir ketika akan turun, kemudian bertakbir lagi ketika mengangkat kepala, kemudian bertakbir ketika sujud, kemudian bertakbir lagi ketika mengangkat kepala. Begitulah yg ia lakukan dalam setiap shalat sampai selesai, dan bertakbir lagi ketika bangkit raka’at kedua setelah duduk tasyahud.” (HR. Bukhari - Muslim, dari Abu Hurairah ra)

Ini mengandung isyarat bahwa seluruh ajaran agama itu dianggap sebagai penjabaran dari kalimat ALLAAHU AKBAR, sebagai bentuk ketaatan dan ibadah, yg hakikatnya mengagungkan Allah dalam memenuhi hak serta kewajibannya.

TAKBIR berarti mengagungkan Allah Ta’ala dan meyakini bahwa tidak ada sesuatu pun yg lebih agung dari Dia. Sehingga setiap yg agung selain Dia tetap kecil. Semua kekuatan tunduk kepada-Nya. Dia sanggup memaksa apa saja, siapa saja dan kapan saja. Seluruh makhluk takluk dengan merendahkan diri terhadap keagungan, kebesaran, kesombongan, keluhuran dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Seluruh makhluk bersimpuh di hadapan-Nya dan di bawah keputusan-Nya.

Itulah kenapa, jika kita meresapi ketika bertakbir, bisa membuat hati menangis gak karuan, karena munculnya perasaan yg campur aduk ; kangen, khauf (takut), raja' (harap), cemas, hubb (cinta), dsb. Tentunya dalam balutan kehinaan dan sangat kecilnya diri kita di hadapan kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya, dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. al-Isra: 111)

#Dalam_riuhnya_pemakaian_mp3_takbiran_di_Mesjid

Semoga...
#ombad #tasawuf