10 August 2018

EGO VS ILMU

Jika yg dibutuhkan itu masih sebatas PENGAKUAN DIRI alias EGO, maka segala sesuatu harus sesuai dengan yg diinginkannya, bentuk dari pemenuhan egonya.

Tidak ada jaminan keinginan diri itu selalu sama dengan "keinginan" Tuhan. Artinya, bisa saja keinginan diri adalah suatu ujian biar selaras dengan "keinginan" Tuhan, meski sang diri tidak pernah tahu "keinginan" Tuhannya. Dan termasuk orang-orang sombong jika keinginan diri adalah "keinginan" Tuhan.

Dan jika "You are what you're thinking" nya masih dalam tataran Ego, artinya "perjalanan" nya sebagai seorang Salik pun masih jauh.

Tandanya adalah :

- Jika dorongan di hati lebih fokus "melihat" ILMU (sebagai bentuk dari Haqq/Kebenaran, objektivitas) maka artinya "didekatkan". Jadi segala sesuatu kejadian di dunia ini selalu ditransformasikan menjadi ilmu dan alat "introspeksi". Alam pun semakin jelas sebagai "ayat-ayat kauniyah".

- Jika dorongan di hati lebih fokus pada "pemuasan" EGO (sebagai bentuk dari Hawa Nafsu, subjektivitas) maka artinya masih "masih jauh". Alam sebagai "ayat-ayat kauniyah" akan tertutup, sulit ber-intropeksi, serta hijab-hijab pun makin banyak dan tebal.

Itu makanya Ego seringkali menutup nalar, bisa aja karena nalar atau logikanya kurang kuat (baca: kurang ilmu), sehingga "tidak mau" membuka diri (open mind open heart), atau dengan kata lain memilih untuk tetap bodoh dan "menutup diri".

"Menggeser" dominasi dari Hawa Nafsu ke arah ilmu ini bukan suatu upaya yg mudah, makanya kualitasnya pun disebut sebagai "jihad yg paling utama".

Rasulullah SAW bersabda :


أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
 
"Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad/berjuang melawan dirinya dan hawa nafsunya." (HR. Abu Nu’aim, Ad-Dailami, Ibn An-Najjar, dari Abu Dzarr ra.)

Jadi jika "Kyai yg asli karena gak sejalan lagi maka gak akan dianggap Kyai, begitu juga sekalipun orang yg baru belajar ngaji jika sejalan maka akan dianggap Kyai", maka ilmu pun akan menjauh dari hatinya, dan hawa nafsu pun akan makin mengikat jiwanya.

Dan jalan terbaiknya adalah selalu mengingat Sumber Ilmu, yaitu Allah Yang Mahatahu. 

 

Cara Memperkecil Ego

Salah satu cara memperkecil Ego adalah selalu berusaha agar bisa Positive Thinking.

Kenapa harus bisa ber-positive thinking ?

Segala kejadian yg kita "tangkap", baik dari dalam maupun dari luar diri akan selalu 'disertai' dan dianalisa dengan menyertakan 'pembanding' yg sudah "tersimpan" dalam memory atau pikiran kita. Pembanding ini bisa benar dan bisa jg salah. Masih relatif, belum tentu sebuah Kebenaran. 

Ketika kita kurang menyadari kondisi seperti tersebut di atas, maka kondisi seperti itu bisa menyebabkan munculnya perasaan Merasa Benar, merasa paling Baik, Kesadarannya paling tinggi dan  paling beriman.. Sebuah Kesombongan.

Tanpa kita sadari, Nafsu pun ikut 'bermain' dan mendistorsi hati dan pikiran. Makin memperbesar Ego. 

Dengan selalu menjaga Positive Thinking, maka diri kita akan selalu 'terkondisikan' dan 'terarahkan' (baca: Sadar) untuk melakukan Instropeksi secara terus-menerus dan mengurangi sifat 'menghakimi' baik secara perbuatan, pikiran maupun rasa. 


Semoga..
#ombad #tasawuf