Tuhan menciptakan manusia itu dengan "sebaik-baik ciptaan" serta Dia pun merepresentasikan diri-Nya termasuk Kesempurnaan-Nya dalam bentuk makhluk ciptaan yang terbaik.
Kesempurnaan manusia itu karena adanya Perpaduan (sintesa, jam’iyyah), Pencakupan dan Totalitas (majmu’), dimana al-Haqq "memanggil" seluruh hakikat yg tercerai-berai di alam semesta dan menghimpunnya dalam sosok manusia.
Perpaduan dari dua sisi (nuskhatain) yaitu sisi Eksoteris (nuskhah dzahirah) dan sisi Esoteris (nuskhah bathinah). Kelengkapan dan Keterpaduan baik secara Lahiriah maupun Batiniah.
Modal awal yg berupa "Kelengkapan" ini harus diupayakan sampai bisa terintegrasi, bisa holistik (wholeness) baik dari segi ilmu, pemahaman dan "pandangan".
"Manusia itu sebagai Jagat Kecil (al-‘Alam al-Asghar) atau al-Mukhtasar al-Sharif, al-Kaun al-Jami’." (Syeikh Muhyidin Ibn Arabi)
"Dalam bentuk, engkau adalah Mikrokosmos (alam kecil, as-saghir), tetapi pada hakikatnya engkau adalah Makrokosmos (alam besar, al-kabir). Buah itu nampaknya berasal dari ranting, tetapi sebenarnya ranting dan seluruh pohon itu berasal dari sang Buah." (Maulana Jalaludin Rumi)
Secara hakikat, manusia itu merupakan "cerminan" alam semesta secara keseluruhan. Kenapa manusia disebut sebagai "cerminan" alam semesta..?
Coba bandingkan saja secara fisik, apa yang ada di alam itu, terkandung juga dalam tubuh manusia, misal :
- Air, ada di alam, maka tubuh manusia pun mengandung air, begitupun dengan unsur yang lainnya, seperti : tanah, api, udara, logam, dsb.
- Padang pasir ada di alam, begitupun pada tubuh manusia, coba lihat pakai mikroskop, kulit manusia itu jika diperbesar, penampakannya seperti padang pasir.
- Pohon ada di alam, begitupun rambut manusia pun seperti pohon.. dsb.
Jadi secara fitrah, Manusia itu adalah alam mikrokosmik yang merupakan cerminan dari makrokosmiknya, yaitu alam semesta.
Bagaimana agar bisa memadukan kedua sisi ini..?
Perlu diketahui bahwa "Pendekatan" atau proses transformasi kesadaran itu bisa melalui dua pola, yaitu :
1. Pola Mikrokosmik.
Proses dalam pola mikrokosmik bisa dilakukan melalui Dzikir Khafi (qalbu). Proses-proses yang dilalui dalam Dzikir Khafi ini, akan membentuk "kedalaman" dan "kehalusan", sehingga nantinya akan memudahkan dalam mengidentifikasi diri beserta segala unsurnya, seperti : hawa nafsu, sifat, jiwa dan ruh.
2. Pola Makrokosmik.
Proses dalam pola makrokosmik ini bisa dilakukan melalui Dzikir Jahar. Proses-proses yang dilalui dalam Dzikir Jahar ini, akan membentuk "kestabilan" dan "kekuatan struktur" yang diperlukan dalam melakukan "'eksplorasi" ke luar diri, sehingga diharapkan nantinya akan lebih aman dan memudahkan, terutama dalam eksplorasi keilmuan baik lahir maupun batin.
Dzikir Jahar itu seperti membuat "tiang-tiang pancang beton" yg dipersiapkan untuk membangun gedung tingkat tinggi biar memiliki ketahanan. Itu makanya ketika berdzikir jahar terjadi pertumbuhan, pengembangan dan penguatan Lathifah, khususnya lathifah-lathifah yg berada di daerah dada. Diharapkan adanya "keseimbangan" dan "kestabilan". Bukankah semakin bagus tiang pancangnya, akan semakin stabil gedung bertingkatnya..?
Dan semakin tinggi si gedung maka akan makin luas "cakupan area" yg bisa 'dilihat' oleh penghuninya. Itulah yg dimaksud keleluasaan dalam melakukan proses "ke luar diri".
Dan jika gedung makin tinggi, maka kapasitas kamarpun bertambah.. atau dengan kata lain makin bertambah "ruang-ruang" untuk menggali dan "menyimpan" ilmu (pemahaman).
Sampai akhirnya dalam kondisi mutlak (absolut) akan terjadi Perpaduan (Penyatuan, fana') dari kedua "pola" tersebut.
Jika disederhanakan, analoginya seperti "bilangan mutlak" :
Mikrokosmik >< Makrokosmik
Jika dimutlakkan maka :
|Mikrokosmik| = |Makrokosmik|
Seperti halnya,
|-∞| = |+∞| = |∞| = ∞
Setiap salik bisa berbeda pendekatan dalam pola prosesnya. Ada yg lewat sisi mikrokosmik dulu, ada yg lewat makrokosmik dulu, bahkan ada yang bersamaan. Dan ini ada hubungannya dengan karakter "unsur" dalam dirinya.
Jika melalui pendekatan pola mikrokosmik (ke dalam diri), akan ada proses yang berupa "pendalaman" dan "penghalusan". Dan jika pola makrokosmik (ke luar diri), akan ada proses yang berupa "penstabilan" dan "penguatan struktur".
Perpaduan dari dua pola yang "berbeda" (mikrokosmik dan makrokosmik) ini merupakan suatu langkah yg revolusioner jika ditinjau dari proses percepatannya.
Jadi secara fitrah, manusia itu harus bisa terpadu sisi mikrokosmik dengan makrokosmiknya. Manusia harus bisa menyatu antara sisi lahir dengan sisi batinnya. Atau dengan kata lain, harus bisa mengalami proses fana'.
Itu makanya Imam Syafi'i mengatakan dalam mukaddimah kitab al-Fiqh al-Akbar,
"Setiap mukallaf itu diperintahkan untuk Makrifat kepada Allah SWT."
Semoga..
#ombad #tasawuf