(.. buat seseorang ..)
Berawal dari tidak ada, lalu jadi ada, akhirnya tidak ada, maka disebutlah "hilang". Kenapa disebut "hilang" atau "kehilangan", toh awalnya pun tidak ada..?
Artinya, "merasa hilang" itu karena disebabkan rasa "memiliki" yg mengikat diri (kemelekatan).
Dan Tuhan pun mengingatkan bahwa semua itu adalah "titipan", dan sengaja dititipkan ke manusia agar ada rasa tanggung jawab untuk mengurusnya, merawat dan membuatnya menjadi lebih baik. Apapun, materi, immateri ataupun jiwa/nyawa sekalipun.
Apapun yg berhubungan dengan "kemerasaan hilang" atau "merasa kehilangan" yg dirasakan manusia, Tuhan cuma mengingatkan bahwa itu musibah (ujian), lalu katakanlah "inna lillaahi wa inna ilaihi rooji'uun".. Semacam penegasan dari Tuhan, bahwa semua ini asalnya dari-Ku, punya-Ku, dan kita semua cuma mengaku-ngaku, sehingga pada akhirnya akan dipisahkan seiring waktu, baik dengan merasa "terpaksa" ataupun "tidak terpaksa". Semua pun akan merasa "kehilangan", sampai akhirnya bisa menyadari bahwa itu bukan suatu kehilangan, dan hanya "rasa memiliki" dan "ego" saja yg merasa "kehilangan" tersebut. Suatu Kemelekatan.
Hal ini menyiratkan bahwa ikatan-ikatan diri (hijab-hijab, belenggu, kemelekatan) itu bisa semakin menguat jika tidak pernah atau jarang mengalami pengalaman "hilang" atau "terlepas". Padahal dalam kehidupan pun tanpa disadari kita sudah terbiasa mengalami berulangkali pengalaman "hilang", "terlepas" atau "terganti", semisal dalam urusan harta, punya 100rb lalu habis, lalu datang lagi jumlah yg lain, begitu seterusnya. Silih berganti dan berulang.
Artinya secara Hakikat itu gak ada yg hilang, wong semuanya juga bukan punya kita. Ikatan hijab (belenggu) duniawi saja yg membuat perasaan semakin menderita karena merasa direnggut rasa "kepemilikan" nya.
Mirip cerita seseorang yg dititipi sebuah mobil bagus oleh temannya yg sedang kerja di luar negeri. Rasa "dititipi mobil" tersebut perlahan akan terlupakan apalagi jika si pemilik mobil mengizinkan mobilnya digunakan oleh yg dititipinya, layaknya yg empunya sendiri. Makin lama, perasaan ikatan kepemilikan terhadap mobil titipan tersebut akan menguat, dan mungkin akan merasa sangat kehilangan jika pada satu waktu diambil lagi oleh pemiliknya, padahal sudah jelas bahwa mobil tersebut dari awal pun bukan miliknya.
Begitupun, sebagai seorang hamba-Nya, manusia memang hanya sekedar merawat serta menjaga, dan bukan memiliki. Hal ini bertujuan untuk semakin menguatkan keyakinan dalam pengabdian kepada Tuhan yg Maha Memiliki segala sesuatu. Seperti halnya Cinta yg katanya bukan untuk memiliki, tapi hanya untuk merawat, menjaga dan memberi, dengan tujuan agar bisa merasakan dan meyakini bahwa rasa Cinta itu bukan untuk mengikat dan membatasi orang lain, tetapi untuk membebaskan dan memberi.. Ohh... coo.. cwiiitt...
Mudah-mudahan nasehat Buddha dalam Dhammapada ini bisa menjadi hikmah dan bisa sedikit meringankan beban penderitaan :
"Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu yg terbuat dari besi, kayu, ataupun rami tidaklah begitu kuat. Tetapi ikatan terhadap anak-anak, istri, dan harta benda, sesungguhnya merupakan belenggu yg jauh lebih kuat.
Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu seperti itu amat kuat, dapat melemparkan orang ke bawah, halus dan sukar untuk dilepaskan. walaupun demikian, para bijaksana akan dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.
Mereka yg bergembira dengan nafsu indria, akan jatuh ke dalam arus (kehidupan), seperti laba-laba yg jatuh ke dalam jaring yg dibuatnya sendiri. Tapi para bijaksana dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.
Tinggalkan apa yg telah lalu, yg akan datang maupun sekarang (kemelekatan terhadap lima kelompok kehidupan) dan capailah 'Pantai Seberang' (nibbana). Dengan pikiran yg telah bebas dari segala sesuatu, maka engkau tak akan mengalami kelahiran dan kelapukan lagi.
Orang yg pikirannya kacau, penuh dengan nafsu, dan hanya melihat pada hal-hal yg menyenangkan saja, maka nafsu keinginannya akan terus bertambah. Sesungguhnya orang seperti itu hanya akan memperkuat ikatan belenggunya sendiri.
Orang yg bergembira dalam menenangkan pikirannya, tekun merenungkan hal-hal yg menjijikkan (sebagai objek perenungan dalam samadhi) dan selalu sadar, maka ia akan mengakhiri nafsu-nafsu keinginannya dan menghancurkan belenggu Mara.
Orang yg telah mencapai tujuan akhir, tidak lagi mempunyai rasa takut, noda batin serta nafsu keinginan, sesungguhnyalah ia telah mematahkan ruji-ruji kehidupan. Bagi orang suci seperti itu, tubuhnya merupakan tubuh yg terakhir.
Orang yg telah bebas dari nafsu keinginan dan kemelekatan, pandai dalam menganalisa serta memahami `Ajaran` beserta pasangan-pasangannya, maka ia patut disebut seorang `Pemilik Tubuh Terakhir` (arahat), orang yg memiliki `Kebijaksanaan Agung`, seorang manusia agung.."
Btw, buat siapapun yg sedang merasa "kehilangan" baik dalam urusan harta ataupun perasaan, semoga tetap ber-positive thinking kepada Tuhan, karena siapa tahu "kehilangan" yg anda rasakan itu merupakan kunci harta karun anda yg berada di dalam diri dan di alam semesta ini.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta..
Semoga....
#ombad #tasawuf #buddha