Seorang Pemandu hanya bertugas membuka kulit kebodohan yg menutupi diri si salik, agar membersihkan karat-karat yg telah menutupi sumber cahaya yg terdapat dalam hati salik. Seorang Pemandu tak memberi apa pun; ia hanya melepaskan sesuatu.
Seorang yg baru mulai berlatih wushul, ibarat orang yg sepanjang hayatnya hidup dalam sebuah ruangan yg gelap, pengap dan tanpa cahaya. Membiarkan atau mendadak mengajaknya hanya dalam hitungan jam ke luar ruangan yg gelap, menuju tempat di mana matahari sedang terang benderang memanggang bumi, tidak hanya akan membuatnya kaget, tetapi bisa membuat matanya menjadi buta seketika.
Jadi, dibutuhkan sejumlah penggemblengan yg dilakukan bertahap, pelan tapi pasti. Selain untuk melatih kesabaran, keikhlasan dan tekad kuat, jg agar kedirian (keakuan, eksistensi) dan egoisme si salik bisa mengelupas secara bertahap. Jika kedirian dan ego itu masih kuat melekat, itu berarti kehidupan dunia dengan segala jebakan hasrat masih belum sepenuhnya enyah dari hati dan kesadaran si salik.
Jika dipaksa maka akan berakibat fatal pada keselamatan fisik dan spiritual si salik. Begitupun jika tidak dipandu/dibimbing.
“Barangsiapa yg bepergian tanpa pemandu, niscaya memerlukan dua ratus tahun untuk perjalanan sehari dua hari." (Maulana Rumi)
Semoga...
#ombad #tasawuf