Kalo dipikir-pikir, Teroris di Indonesia itu makin kesini makin miskin ya..
Jaman Orba, pakai & bajak pesawat.
Jaman Mega, pakai mobil.
Jaman SBY, pakai tas ransel.
Jaman Jokowi, pakai panci dan pipa..!
Akhirnya, mereka dan pendukungnya pun pake propaganda di medsos... mungkin modal pulsa atau bahkan wifi gratisan. :D
Setelah sy amati, ternyata propagandanya ada kemiripan dengan sebelum meletus gonjang-ganjing Timur Tengah, yaitu :
- Jargon yg berhubungan dengan Syiah: Sesat, Syiah bukan Islam, Tunjuk Syiah sana-sini, dsb.
- Jargon yg berhubungan dengan Komunis (ini hanya di Indonesia): anti/pro komunis, kebangkitan PKI, dsb.
- Jargon yg berhubungan dengan Islam: Kembali ke QH (yg lain tersesat), Penistaan, Sesat, Murtad, Munafik, Kafir, dsb.
- Jargon yg berhubungan dengan Pemerintahan: Pemerintah Thoghut, Kepolisian jelek, dsb.
- Jargon yg berhubungan Ulama: Sesatkan ulama Moderat/tarekat, Syiahkan ulama tertentu, Kriminalisasi Ulama, Penistaan ulama, dsb.
Sederhana... propaganda² tersebut bertujuan membuat dulu polarisasi (kubu), lalu yg masih awam agama jadi terpengaruh, sehingga timbul pemahaman bahwa jenis "Islam" mereka itu islam yg paling bener dan yg berbeda dengan mereka itu munafik atau salah/sesat. Sampai akhirnya muncul sikap "menurut" & "patuh" dengan alasan "ulama wajib diikuti" & "ucapan ulama = perintah agama".. :D
Dan selanjutnya, lebih mudah membuat pola "massa". Awalnya (testcase) lewat demo untuk mencapai tujuan tertentu, dan selanjutnya pengerahan "kekuatan massa" (kerusuhan, perang sipil, dsb), sampai akhirnya porak-porandakan suatu negara/pemerintahan, mirip pemberontakan dan kasus Libya, Iraq, Suriah, dsb.
Sungguh sangat disayangkan, bagi yg merasa "kaum beriman" dan masih merasa "mujahid" jika pikirannya masih merasa dalam "ghirah" tanpa paham agenda dibalik itu semua.. Iqro.. Iqro.. Iqro.
Semoga....
#ombad