Anjing, selain sama-sama merupakan makhluk sosial, pola perilaku anjing pun mirip dengan manusia. Kedekatan pola perilaku ini menyebabkan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan bisa diajak bersosialiasi.
Kesetiaan dan Pengabdian anjing seakan mengajarkan manusia untuk tetap setia dan mengabdi kepada Tuhannya. Predikat anjing sebagai "teman baik manusia" pun seakan mengajarkan bahwa manusia pun harus menjadi "teman baik" Tuhannya, dalam arti, qalbu atau batinnya selalu dekat dengan Tuhannya.
Dari anjing pun, manusia bisa belajar sifat-sifat yang baik lainnya. Apakah itu terkait daya tahan tubuhnya khususnya kekuatan dalam menanggung rasa lapar; Sedikit tidur di waktu malam seperti para Muhibbin; Tidak meninggalkan tuannya sekalipun kasar terhadapnya seperti halnya para Muridin; Rela berada di mana saja berada; dan jika dipukul/dikerasin lalu diberi sesuatu maka ia akan kembali tanpa ada rasa dendam; dan banyak sifat baik lainnya.
Seperti itulah "Kebaikan" dan "Pengabdian" seekor anjing.
Tetapi, banyak manusia yang memilih menjadi Bal’am bin Bauro, seorang murid Nabi Musa as. yang tergiur dengan nikmat duniawi sampai akhirnya tidak lagi memperdulikan halal atau haram, melepaskan ayat-ayat Allah dan menukarnya dengan keduniawian, seperti yang telah Tuhan firmankan, "Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga.." (QS. Al-A'raf : 176).
Bukankah Anjing yang menjulurkan lidah dan meneteskan air liur itu menunjukkan hasrat anjing terhadap sesuatu..? Dan bukankah banyak manusia juga yang memiliki sifat seperti itu, yang hanya berorientasi materi duniawi dan kesenangan syahwat saja..?
Anjing yang cerdik pun tetap menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat, seperti halnya para penjilat di kalangan manusia yang lebih mementingkan syahwat dirinya sendiri, meski mereka bukan orang bodoh dan tidak pula berkedudukan rendah. Sayangnya para Penjilat ini tetap menghinakan dirinya daripada memilih untuk tetap terhormat dan terjaga kehormatannya.
Mereka ini yang disebut Imam Ghazali ra. sebagai Bahimiyyah (manusia hewan) yang derajatnya itu lebih sesat dan lebih hina dari hewan itu sendiri, karena hawa nafsunya telah memenuhi jiwa, sehingga pengetahuan, akal, hati dan keimanan pun akan dikalahkan oleh perutnya.
Dan seperti itulah "najis" nya seekor anjing yang harus bisa dihindari dan dibersihkan.
Semoga..
#ombad #tasawuf #dalam