19 November 2019

TASAWUF DALAM SINKRONISASI GELOMBANG OTAK

Gelombang otak seseorang dapat melakukan sinkronisasi kepada orang lain. Jika bisa sinkron maka istilah umumnya disebut sebagai "satu pemikiran" atau "satu frekuensi berpikir". 
 
Sinkronisasi antar gelombang otak ini bisa terjadi karena medan elektromagnetik otak itu selalu mengirimkan informasi ke sekitarnya secara terus-menerus. Begitupun dengan medan elektromagnetik pada jantung. Jika seorang individu menghasilkan irama jantung koheren, maka kemungkinan terjadinya sinkronisasi antar gelombang pun akan terjadi. 

Kondisi ini mengisyaratkan, pada suatu kondisi psikologis tertentu (baca: koheren), seseorang akan menjadi lebih sadar serta bisa "menangkap" sebaran "kode" informasi yang dikodekan di medan elektromagnetik orang-orang di sekitarnya. 

Dalam budaya Sunda ada istilah "Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh", dimana Silih Asah itu saling menajamkan pikiran, saling mengingatkan. Silih Asih itu saling mengasihi. Silih Asuh itu saling mengasuh, saling membimbing. Tentunya akan sulit seperti ini jika otak (baca: pikiran) serta jantung (baca: hati, rasa) tidak bisa menangkap sebaran "kode" dari sekitar. Dan sikap Empati pun menjadi salah satu tandanya. 

Dalam tahapan selanjutnya, ayat-ayat Kauniyah (ayat-ayat Tuhan yang tersebar di alam semesta) pun akan lebih mudah untuk bisa diakses. Dan Pemahaman yang terintegrasi serta tidak terkotak-kotak pun menjadi salah satu tandanya. Sebutlah, pemahaman yang multidimensi, yang mengkolaborasikan IQ, EQ, SQ, serta AQ. 

Dari sini kita bisa paham, meski awalnya agama-agama itu dasar informasinya berlatar belakang Mistik atau Ghaib, melalui fenomena "rasa", sedikit demi sedikit tirai keghaiban pun akan dibukakan, kecuali bagi yang keukeuh membatasi diri, keukeuh dengan otak 2D nya, keukeuh dengan pikiran harfiahnya, ya beragama pun cukup dengan "katanya". 

Ajaran agama itu bukan sekedar "katanya" lalu tutup mata atau pakai kacamata kuda, kecuali kalo mau jadi kuda, ya tidak perlu mengolah akal, cukup terima saja jadi kuda.. jadi nanti lebih mudah dimanfaatkan oleh Imam atau Amir-nya.. �😀 

Meski dalam diri manusia ada aspek "basyariyah" seperti kuda, tentu akan lebih bagus jika aspek "insaniyah" nya semakin diperbesar, dengan cara memadukan rasio dan rasa, sains dan iman, logika dan mistik, realita dan ghaib, syariat dan hakikat, ilmu dan elmu, sufisme dan matematika, bahkan tasawuf dan fisika kuantum. Jadi bukan sekedar fenomena iman atau spiritual yang selalu berseberangan dengan sains atau ilmu pengetahuan. 
 
Jadi "jahiliyah" itu bukan urusan masa lalu di abad 7 M saja. "Jahiliyah" itu bisa menulari siapapun karena ini sangat berkaitan dengan "sadar", yaitu: sadar akan dirinya, sadar dalam hubungan antar sesama, adab/etika, hukum, budaya dan lingkungan sekitarnya.
 
Semoga..
#ombad #tasawuf #dalam