Dalam tinjauan Al-Quran, klasifikasi manusia itu ada 3 jenis, yaitu :
1. Manusia sebagai AL-BASYAR, yaitu lebih ke "makhluk biologis" seperti halnya hewan, yaitu: ada bentuk atau postur tubuh, anggota badan, mengalami pertumbuhan atau perkembangan jasmani, makan, minum, melakukan hubungan seksual, beranak-pinak, dsb.
2. Manusia sebagai AL-INSAN, yaitu manusia sebagai makhluk istimewa, ber-ilmu pengetahuan, punya nilai moral serta spiritual. Inilah inti dari manusia sebagai khalifah dan pemikul amanah (pemikul al-wilayah al-Ilahiyah).
3. Manusia sebagai AN-NAAS, yaitu manusia sebagai makhluk sosial yang harus bisa mengatur kehidupan sosialnya.
Manusia purba itu poin 1 atau Al-Basyar saja, tetapi Adam adalah "manusia pertama" yang utuh, baik sebagai manusia Al-Basyar, Al-Insan maupun An-Naas. Dalam tasawuf ada istilah Al-Insan Kamil.
Ibn Khaldun menggambarkan manusia purba ini sebagai alam kera (Alamul Qiradah), yang tidak memiliki kosa kata yang cukup untuk berkomunikasi (lebih ke bahasa isyarat atau simbol), juga penggunaan alat bantu yang sangat terbatas.
Hal ini berbeda dengan Adam --sebagai "manusia pertama" di bumi-- yang sudah mampu berkomunikasi menggunakan bahasa lisan serta sudah dibekali ilmu pengetahuan.
"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, 'Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini jika kamu yang benar'.." (QS. Al-Baqarah: 31)
Artinya Adam, serta generasi selanjutnya sudah memiliki pengetahuan tinggi untuk hidup di dunia. Misal, Nabi Idris telah memiliki kemampuan menulis,
"Ada seorang Nabi yang menulis di atas pasir." (HR. Muslim)
Dalam Hadist lain,
".. Nabi Idris adalah manusia pertama yang menulis dengan pena.."
Dalam Al-Quran, kata "An-Naas" lebih banyak dibanding kata "Al-Insan", apalagi dibanding kata "Al-Basyar".
Hal ini menyiratkan bahwa kualitas manusia itu harus bisa menjadi "An-Naas" dimana ia bisa mengatur aspek-aspek sosial serta budaya di dalam kehidupannya. Hal ini bisa dicapai jika masing-masing diri bisa memunculkan dan menguatkan sifat "Al-Insan" nya, bukan sekedar jadi makhluk biologis "Al-Basyar" saja, karena betapapun primitifnya, manusia itu bisa melakukan segala sesuatu yang dilakukan binatang sehingga seringkali kelewat batas dan tak terkendali.
Jadi, tinjauan Teori Evolusi itu lebih ke konteks "Al-Basyar" aja, ada "penyesuaian" karena terikat ruang dan waktu. Dan tentunya bisa berbeda jika dalam posisi "Al-Insan" ataupun "An-Naas" karena lebih timeless and spaceless.
Semoga...
#ombad #tasawuf