Sungguh aneh jika orang NU yang biasa jadi tukang shalawatan, istighosah, tahlilan, sarkub, dsb dituduh menghina Kanjeng Nabi.
Masa gak paham, kami ini di NU menyebut Nabi aja pakai "Kanjeng Nabi" atau "Kanjeng Rasul", sebagai bentuk adab dan pemuliaan. Bahkan ketika bershalawat pun ditambah "sayyidina" karena merasa sangat tidak layak dan rendah jika harus menyebut nama Beliau secara langsung.
Bagi kami, para penghina Nabi yang sesungguhnya adalah orang-orang yang gemar mengaku-aku keturunan Kanjeng Nabi, tetapi kelakuannya sangat bertolak belakang dengan Beliau, bahkan minus.
Bukankah akhlaq Kanjeng Nabi itu, jika berceramah isinya itu tidak memaki, tidak melaknat, tidak ngawur, tidak hoax, tidak fitnah, bahkan tidak kasar dengan mengekploitasi nama-nama binatang..?
Masa saat naik panggung, ayat Al-Qur'an atau Hadist dicampur dengan binatang-binatang yang memiliki kenajisan, mulai dari binatang yang berkadar najis Mutawasithoh, Mukhofafah, sampai yang Mugholadhoh.. 😂
Dan yang mengherankan, mereka itu dari dulu tidak suka kepada NU. Apakah ini ada kaitannya sejarah masa lalu..? Apakah berhubungan dengan kasus DI/TII, atau PKI, atau urusan Masyumi..?
Bahkan para Kyai NU yang berceramah dengan lembut, sambil guyon dan tersenyum pun tidak luput dari kebencian mereka. Mereka selalu menyerang Kyai NU, sambil menegangkan leher, mata melotot, teriak-teriak, wajah memerah, dan menarik urat lehernya, sehingga suara mikrofon pun makin menggelegar, bikin berisik, bikin gendang telinga mau jebol. Jadi mirip di terminal, berteriak-teriak kayak kondektur atau calo penumpang.. bahkan mereka memfitnah Kyai-kyai NU, sampai tuduhan munafik, murtad, bahkan kafir.
Aneh.. padahal Kanjeng Nabi itu orangnya lembut, budi bahasanya halus, penuh adab, tidak pernah meluapkan kemarahan yang berapi-api.. Iya, kan aneh.. masa umatnya kayak yang lagi kesetanan..?!
Jadi siapa penghina Kanjeng Nabi yang sesungguhnya..?
Semoga...
#ombad #NU