Calon Penghuni Surga yang sebenarnya tentu berbeda dengan yang merasa memiliki surga. Salah satu perbedaannya adalah masalah ADAB, karena Adab ini merupakan hasil beragama (secara esensi). Itu makanya Rasulullah SAW mengatakan,
“Seorang Mukmin bukanlah orang yang suka mencela dan bukan orang yang suka melaknat serta bukan orang yang suka bicara jorok dan kotor..” (HR. Bukhari, dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra.)
“Orang yang suka melaknat tidak akan menjadi pemberi syafa’at dan tidak pula syuhada pada hari kiamat..” (HR. Muslim)
Jadi yang dibutuhkan oleh mereka itu adalah upaya dalam pembersihan jiwa (nafs) dan hatinya, supaya bisa mendekati derajat para calon penghuni surga, yaitu para Shidiqqun (bening, jelas). Sehingga diharapkan adanya peningkatan kualitas Adab atau budi pekertinya ke arah yang semakin baik sesuai dengan esensi dari hadist ini,
“Tidak sepatutnya bagi seorang Shiddiq menjadi pelaknat.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah ra.)
Sungguh sangat disayangkan jika selalu membawa agama dan Tuhan bahkan mengatasnamakan-Nya, tetapi gagal dalam beragama dan Kemanusiaan.
Dan sungguh mengkhawatirkan ketika hasil beragama hanya jadi "merasa beriman" lalu secara terang-terangan selalu mengecam bahkan melaknat yang lain yang dianggapnya setan/iblis, sementara dirinya tanpa sadar merupakan temannya setan/iblis ketika dalam Kesunyian.
Ya, memang setan di dalam diri itu sulit ditemukan.. meski sudah bisa diketahui "bayangan setan" nya, yaitu Kebencian.
Semoga..
#ombad #tasawuf