Banyak hal yang tidak tampak (baca: hati, iman) mudah dihukumi oleh orang-orang yang belum paham agamanya. Jauh berbeda dengan para alim ulama yang kualitasnya sudah tidak diragukan lagi, dimana mereka hanya menghukumi hal-hal yang tampak karena hanya Allah yang menguasai hal-hal yang tidak tampak.
Seorang sahabat pun, yaitu Muadz bin Jabal ra. pun pernah mendapat teguran keras dari Rasulullah SAW saat dengan ringannya menuduh "munafik" seorang Muslim. Rasulullah menegurnya dengan kalimat:
اتحب ان تكون فتانا
"Apakah kamu suka menjadi tukang fitnah..?!"
Rasulullah SAW marah karena Muadz tidak punya hak untuk menghakimi seseorang itu pantas disebut sebagai munafik atau tuduhan buruk lainnya.
Jadi, belajarlah menahan ucapan (lidah) ataupun tulisan, jangan mudah menghina ataupun melempar tuduhan-tuduhan yang buruk terhadap sesama karena bisa menyakitkan hati orang lain juga, bukankah “Mereka-mereka itu adalah orang-orang yang hanya Allah yang mengetahui apa yang ada di hati mereka…" (QS. An-Nisa’ : 63)
"Lidah orang berakal berada di belakang Hatinya, sedangkan Hati orang bodoh berada di belakang lidahnya." ('Ali bin Abi Thalib kw.)
Begitupun yang dikatakan Hasan Al-Bashri ra. (lahir 642 M, masa kekhalifahan 'Umar bin Khatthab ra.) :
“Sesungguhnya lidah orang beriman berada di belakang hatinya. Apabila ingin bicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikannya. Sedangkan lidah orang munafik berada di depan hatinya. Apabila menginginkan sesuatu maka ia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan terlebih dulu dengan hatinya.”
Semoga..
#ombad #tasawuf