Seseorang bertanya, "Om, apakah bidadari ada..?"
Pemisalan atau istilah Arabnya "matsala" dalam kitab suci itu akan selalu ada dan banyak. Pemisalan atau metafor-metafor ini ada karena perlu adanya penyederhanaan makna dari sesuatu yang berada di dimensi tinggi dengan kompleksitas serta rasa yang lebih tinggi. Sementara penerimanya berada di dimensi yang lebih rendah dengan bahasa dan akal yang lebih terbatas.
Seperti halnya penggambaran surga yang sejuk, berpadang rumput, bersungai banyak dengan air jernih, bahkan air susu. Iya, karena manusia yang dihadapi pada waktu itu kondisi lingkungannya panas, gersang, kurang air sehingga air begitu berharganya, serta air susu pun menjadi minuman sehari-hari yang lebih mudah didapat daripada air tawar.
Ibn Abbas ra. pernah berkata:
لَيْسَ فِى الْجَنَّةِ شَيْءٌ مِمَّا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ الأَسْمَاءَ
"Tidak ada sesuatupun yang ada di surga dari perkara-perkara yang ada di dunia kecuali hanya sekedar nama-nama."
Begitupun dengan bidadari. Tentu akan lebih mudah menjelaskan tentang "keindahan" dari isi surga dengan sesuatu yang bersifat fisik, apalagi ketika berhadapan dengan karakter orang Timteng (daerah gurun) pada abad 7 M..
Gimana cara menghadapi orang-orang dengan lingkungan yang buas, peminum minuman keras, penyuka pesta sex, tukang nyulik cewek, tukang rebut cewek, tukang perkosa, bunuh-bunuhan, perang antar suku, saling rebut cewek antar suku, dsb..
Pembelajaran seperti apa yang harus diberikan kepada orang-orang di lingkungan keras, lebih preman dari daerah beling seperti itu..?
Ya, salah satunya adalah dengan cara "menggeser waktu" buat bersenang-senang tanpa batas, nanti aja pada waktu akherat, yang penting sekarang itu hidup di dunia ini harus lebih baik, tertib dan beradab. Jadi di dunia sekarang mah jangan dulu seperti itu, nanti aja di akhirat. Pasti akan lebih enak dan nikmat kalo nanti di surga akhirat, nikmatnya pun berkali-kali lipat.
Mau apa.. minum..? Silakan minum apapun yang paling enak.
Mau cewek cantik..? Ada, bahkan lebih cantik berkali-kali lipat kualitasnya, sekelas bidadari. Jumlahnya pun bukan hanya 4 orang, bahkan bisa lebih, untuk awal masuk aja langsung dapat 72 bidadari.. selanjutnya tak terbatas..!
Rasulullah SAW bersabda:
"Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya." (HR. Bukhari)
Nah, jika anda punya anak kecil, pasti akan bisa paham apa itu mengiming-imingi, tentu dengan tujuan yang baik, agar karakter anak yang tadinya bandel berubah menjadi lebih baik.. adakalanya dengan mengiming-imingi, adakalanya juga dengan menakut-nakuti.. seperti itulah. Sampai akhirnya kita harus bisa berada diantara Roja' (rasa harap) dan Khauf (rasa takut).
Dan selanjutnya, ketika aspek "pemisalan" secara fisik ini sudah "terlewati", hadist ini akan lebih mudah untuk diambil hikmahnya :
Rasulullah SAW bersabda :
“Allah memiliki surga yang tanpa bidadari dan istana serta tanpa madu dan susu. Kenikmatan di surga itu hanya satu, yaitu melihat Dzat Allah.”
Untunglah.. dalam Rukun Iman tidak ada perintah untuk beriman kepada bidadari.. 😂
Semoga..
#ombad #tasawuf
Ket. Foto
Bidadari Island Beach