27 November 2020

SATU PANDANGAN BISA MENIPU

Menghindari debat dalam agama itu Mudah, apalagi kalau urusannya bukan substansi. Sy belajarnya dari anak sy ketika ia sedang kelas 2 SD. 

"Pak, berapa 3-5 ?" Tanya anak. 

Sy jawab dengan sigap, "Mudaah, 3-5 = -2 .." (pinter kan bapaknya..? 😃 ) 

Besoknya, si anak marah ke bapaknya, 
"Ahh.. si Bapak mah bodoh.. masa 3-5 = -2 ..?! Kata Ibu Guru juga 'tidak bisa' (tidak ada jawaban)..!!" 

Dan sy pun garuk-garuk kepala... @#£@&%.. 
 
Begitupun dengan pengamal thariqah yang sering dikecam karena dzikirnya sambil goyang-goyang.. 
 
Dan saat ada yang nanya, 
"Om.. kenapa dzikirnya goyang-goyang gitu..?"

Sy jawab aja sambil senyum, 

"Nyeduh kopi juga kalo gak diaduk mah, ya enggak enak..." 😃 
 
Itu makanya Imam Syafi'i ra. pernah berkata : 
 
"Menganggap benar dengan hanya satu pandangan merupakan suatu bentuk ketertipuan..."

Artinya, multidimensi dalam pemahaman merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam konteks universal, dan tentunya dibarengi dengan jiwa dan mindset yang positif, yaitu positive thinking. 

Ya, seperti itulah Kasih Sayang dalam Beragama.. dan seperti itu juga maknanya kenapa Dajjal digambarkan bermata satu. 

Semoga..
#ombad #tasawuf 
 

13 November 2020

SATU

Dalam kitab al-Adzkar karya Imam Nawawi Banten ra. disebutkan : 

"Dzikir adalah Sumber Cinta.." 
 
Kebencian itu berbeda kutub dengan Cinta. Artinya jika seseorang banyak berdzikir, maka seharusnya sisi Kebencian di hatinya makin terkikis dan sisi Cintanya makin mendominasi hatinya. 
 
Jadi sesuatu yang janggal jika seseorang yang katanya tukang dzikir, ber-thariqat atau ber-tasawuf masih berkutat dalam Kebencian terhadap yang lain. Mungkin hanya sampai kerongkongan saja dzikirnya. 

**

Ada cerita..
Suatu hari Joni menghadap ke Kyai nya.

Joni : "Kyai, dari naga-naganya kok saya sepertinya membenarkan semua agama..?"
Kyai : "Tentu saja semua agama benar bagi umatnya, memang ada agama yang salah.? Ada agama yang menyuruh umatnya menjadi bajingan, penjahat, pengecut, bandit, atau menyuruh umatnya jadi koruptor atau sampah masyarakat, tidak kan..? Lalu agama mana yang salah..?"

Joni : "Berarti Kyai juga menyamakan semua agama..?"
Kyai : "Kalau sama tentu saja tidak, Islam ke masjid, Kristen dan Katholik ke gereja, Yahudi ke sinagog, Budha ke vihara, Hindu ke pura, Konghucu ke klenteng, Atheis ke dalam otaknya, atau Agnostik ke dalam hatinya..!"

Joni : "Terus bagi Kyai, agama yang terbaik itu apa..?"
Kyai : "Setiap orang meyakini pasti agamanya lah yang paling benar..!"

Joni : "Terus bagaimana Kiai menyikapi hal ini..?"
Kyai : "Ya mari masing-masing umat saling berlomba-lomba berbuat kebaikan, nanti di ujung sana pengadilan-Nya yang Maha Adil menentukan siapa yang paling layak dianggap menjadi manusia yang baik..!"

Joni : "Lho kok ujungnya sama..?"
Kyai : "Kan Tuhan cuma satu..! Dia-lah yang paling berhak, dan hanya Dia yang sangat berhak, manusia cuma menanam prasangka..!"

Joni : "Berarti Allah, Yesus, Yahweh, Budha, dan Siwa itu sama..?"
Kyai : "Yang bilang sama itu siapa dodol...?!"

Joni : "Tadi Kyai bilang Tuhan cuma satu..?"
Kyai : "Satu itu ya satu, kalau sama itu namanya lebih dari satu, dasar dodol..!!"

Joni : "Wah bingung saya Kyai..."
Kyai : "Tidak apa-apa kalau tidak paham. Tapi tolong dengan ketidak-pahaman ini kamu jangan lantas mengangkat pedang, tidak terus teriak Allahu Akbar, bakar..! Timpuk sana timpuk sini, dan bahkan sesama saudara agama sendiri kamu caci, kamu cederai dan kamu basmi..!" 
 
Semoga...
#ombad #tasawuf 

22 October 2020

TASAWUF DALAM SEBUNGKUS CAKALANG ASAP

Semua manusia itu mencari rasa enak, karena rasa enak ini merupakan salah satu indikasi dari kebahagiaan. Ya, meskipun sebelumnya diwanti-wanti oleh Tuhan bahwa "sesudah kesempitan itu ada kemudahan" atau dengan kata lain, "sesudah sakit itu ada sehat", "sesudah kemiskinan itu ada kekayaan", "sesudah rasa tidak enak ada rasa enak", "sesudah lapar itu ada kenyang", dst. 
Mudah-mudahan tidak sebaliknya. 

Cakalang yang tadinya ada di kedalaman laut pun bisa tersaji di atas meja, seperti halnya ide-ide yang berada di atas langit bisa dinikmati di bumi. Mutiara-mutiara dari kedalaman lautan yang tersembunyi pun bisa dimanfaatkan bagi kebutuhan manusia. Tentunya bukan ide yang mentah, sebagaimana ikan cakalang yang harus diproses dulu, diolah, diasap, lalu dibumbui. 

Kesesuaian adalah kunci dari segala sesuatu. Ide yang masih mentah dari atas langit harus bisa diolah sehingga bisa "sesuai" dengan kebutuhan. Ide tentang keindahannya bisa sama, tetapi hasilnya bisa berbeda jika yang mengolahnya itu seorang pelukis, pencipta lagu, arsitek, engineer, ataupun chef. 

Kembali ke cakalang.. dan bagaimana dengan cakalang asap bermerk Uptude yang baru-baru ini saya santap dan nikmati..? 
Hanya satu kalimat saja.. perpaduan antara cita rasa daging suwir cakalang asap dengan komposisi bumbu yang begitu seimbang sehingga saling menguatkan rasa ini, jangan anda beli jika anda tidak ingin ketagihan dan masih ingin diet ! 

Begitu membekas. Racikan rasa yang unik ini sungguh membuat bekas di jiwa dan susah dilupakan. Seakan-akan terngiang kembali pesan dari langit, 

"Engkau harus bisa belajar dari seorang koki yang meracik rasa secara totalitas untukmu, karena sekalipun ia bergelut dengan api, bara, panas dan asap, tetapi hati dan pikirannya tetap sejuk selembut salju.. Engkaulah api, dialah anginnya..

Dan untungnya, saya itu gak beli, kan dikasih sama pemilik merk nya.. kalo beli, niscaya saya akan beli lagi.. 😂 

Tetapi bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, secara objektif saya sarankan, kasihlah mereka cakalang asap ini, biar mereka makannya banyak, dan juga kandungan omega nya bisa menguatkan kecerdasan mereka. Gak percaya..? Coba aja pesan dan buktikan.. 
 
"Setiap penglihatan tentang keindahan akan hilang. Setiap perkataan yang indah-indah akan memudar. Tetapi rasa lezat di lidah akan abadi di relung hati. Dan nikmat mana lagi yang akan didustakan, saat lidah masih bisa mengecap masakan surgawi.." (ombad) 
 
Semoga.. 
#ombad #tasawuf #dalam 
 K

02 October 2020

TASAWUF DALAM SEEKOR ELANG

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia, bisa mencapai 70 tahun. Tapi untuk mencapai umur itu, seekor elang harus membuat keputusan besar pada umur 40 tahun.

Saat umur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruh menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dada. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga menyulitkan saat terbang.

Saat itu, ia hanya mempunyai 2 pilihan, yaitu: Menunggu kematian, atau Menjalani proses transformasi yang menyakitkan selama 150 hari.

Saat melakukan transformasi itu, ia harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung, lalu membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses berlangsung. Menyendiri. 

Pertama, ia harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, dan kemudian menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya, dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yg panjang dan menyakitkan..!

Lima bulan kemudian, bulu-bulu yang baru itu akan tumbuh sempurna, sehingga ia mulai dapat terbang kembali.

Dengan paruh dan cakar baru, ia pun mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi. 

**
 
Bagi para Salik tentu tidak asing dengan istilah "Khalwat" --khususnya bagi para ahli thariqah--. Khalwat ini bisa dilakukan dengan cara "menyendiri dalam keramaian", atau bisa juga dengan cara "menyendiri dalam kesendirian". 

Seperti elang yang bisa melewati "kematian" nya meski harus menderita, begitupun dengan proses Khalwat yang harus bisa menempuh batas "kematian" si pelakunya, lalu melewatinya. Dan "dilahirkan" kembali. Cuma bedanya, kalau si elang itu naluri, kalau si Salik itu "Kecintaan dalam Sabar, Patuh dan Ketundukan".. 

"Matilah sebelum mati.." (Hadist)

"Manusia tidak akan bisa masuk ke (alam) malakutnya langit, kecuali telah dilahirkan dua kali seperti burung." (Nabi Isa as., dalam kitab Sirrul Asrar al-Jailani)

Burung itu dilahirkan dua kali, pertama keluar telur dari induknya, dan kedua, burung menetas dari telurnya. Dan begitupun manusia seharusnya, "dilahirkan" kembali dari "kandungan alam semesta". 
 
Semoga...
#ombad #tasawuf #dalam

17 September 2020

WIHDATUL WUJUD

Wihdatul Wujud merupakan salah satu konsep yang selalu dijadikan "rujukan" pencapaian tertinggi dalam maqam spiritual, terutama oleh para penganut Tasawuf Falsafi. 

Tasawuf Falsafi itu lebih karena membaca yang tertulis (buku, kitab) serta olah pikiran, dan belum tentu mengalami secara batin. Mereka lebih ke "hushuli" dan bukan "hudhuri". 

Para penganut Tasawuf Falsafi, kebanyakan meyakini bahwa Wihdatul Wujud adalah "bersatunya wujud" dengan Dzat Tuhannya.

Perlu diluruskan, bahwa Abah Muhyiddin Ibn Arabi ra. --sebagai "penemu" istilah "Wihdatul Wujud"-- tidak pernah mengajarkan Wihdatul Wujud seperti yang dimaknai dan diyakini oleh banyak penganut tasawuf Falsafi.

Wihdatul Wujud yang dimaksud oleh Ibn Arabi adalah seorang hamba mengetahui wujud hakikat dirinya di hadapan Tuhannya, semacam "kemandirian wujud" dan bukan bersatu.

Jadi, Wahdat al-Wujud adalah KITA TAHU WUJUD HAKIKI (RUH) DIRI KITA, dan bukan hubungannya dengan Dzat Allah. 

Ini berbeda dengan konsep Wahdat al-Syuhud --merupakan salah satu konsep dalam Tasawuf Falsafi-- sebagaimana konsep Ittihad-nya Abu Yazid al-Busthami, dan konsep Hulul-nya Al-Hallaj. 

Dalam menjelaskan konsep Wahdatul Wujud, Ibn Arabi mengungkapkan: 

Ketahuilah bahwa Wujud ini satu namun Dia memiliki penampakan yang disebut dengan alam dan ketersembunyiannya yang dikenal dengan Asma (nama-nama), dan memiliki pemisah yang disebut dengan Barzakh yang menghimpun dan memisahkan antara batin dan lahir itulah yang dikenal dengan INSAN KAMIL.” 

ITTIHAD adalah mustahil karena dua dzat menjadi satu, tidak akan mungkin bertemu antara hamba dan Tuhan pada satu wajah selamanya ditinjau dari Dzat-Nya.”

**

Jadi janganlah mencampur-adukkan sesuatu, karena hal itu termasuk kebiasaan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Katakan dan yakinkan bahwa HAMBA TETAP HAMBA, meskipun ia naik pada tingkat yang tinggi (Taraqqi), dan ALLAH TETAP ALLAH meskipun Tidak Turun (Tanazzul). 

Hakikat itu tidak akan berubah, artinya hakikat hamba tidak akan berubah menjadi hakikat Allah, demikian pula sebaliknya, walau pada zaman azali sekalipun. 

Dan janganlah terpedaya oleh orang yang berdalih atas Wihdatul Wujud (penyatuan wujud hamba secara total) dengan alasan Hadist ini,
 
من عرف نفسه فقد عرف ربه 

Barangsiapa mengenal dirinya, niscaya ia  mengenal Tuhannya.” 

Lalu, dalam ketidaktahuannya kepada Allah ia menafsirkan hadist tersebut dengan mengatakan bahwa diri manusia itu adalah benar-benar Dzat Tuhannya. Dan sy pribadi berlindung kepada Allah dari keyakinan yang demikian. 

Adapun makna Hadist tsb, sebagaimana dikatakan oleh Imam Abu Hasan Syazilli ra. :

من عرف نفسه بالفقر عرف ربه بالغنى ومن عرف نفسه بالضعف عرف ربه بالقوة ومن عرف نفسه بالعجز عرف ربه بالقدرة ومن عرف نفسه بالذلة عرف ربه بالعز

Barangsiapa mengenal dirinya fakir, niscaya ia mengenal Tuhannya Maha Kaya, barangsiapa mengenal dirinya lemah, niscaya ía mengenal Tuhannya Maha Kuat, barangsiapa mengenal dirinya tidak kuasa, niscaya ia mengenal Tuhannya Maha Kuasa, dan barangsiapa mengenal dirinya hina, niscaya ia mengenal Tuhannya Maha Mulia.” 

Semoga...
#ombad #tasawuf #ibnarabi

30 August 2020

RAHMAT SEMESTA

Suatu ketika, di Perang Uhud. 
Rasulullah SAW terluka, gigi geraham patah, bibir bawah sobek, dahi serta kening pun bercucuran darah. Iya, akibat dua keping lingkaran rantai topi besi yang menutupi wajahnya menembusi pipinya. 

Rasulullah malah tak henti menadahi tetesan darah itu dan mengusapkan ke dadanya agar jangan menetes ke tanah meski dalam keadaan genting sekalipun. 
 
Setelah perang mereda, seorang Sahabat memberanikan diri bertanya perihal perilaku Beliau tersebut. 
Dengan lemah lembut Rasulullah pun menjawab :
"Aku mendengar apa yang tidak kalian dengar. Malaikat penjaga gunung berkata: 'Kalau ada setetes darahku menyentuh bumi, maka Allah akan menurunkan adzab dari langit kepada mereka yang memerangiku'.."

Mendengar jawaban itu para Sahabat kembali bertanya, "Mengapa engkau tidak mendoakan para musuh Allah itu supaya celaka..?" ⠀
Rasulullah kembali menjawab, 
 
"Sungguh aku tidak diutus untuk melaknat, tetapi berdakwah dan menyebarkan rahmat kepada semesta alam.." 

** 
Jika Umatnya masih ada yang kelakuannya itu sebaliknya dengan kisah di atas, berarti ajarannya dari genderewo.. hahaha.. baik itu tukang laknat, tukang caci, tukang hasut, fitnah, hoax, dsb. 

Jadi perbesarlah Kasih Sayang..
 
Semoga...
#ombad #tasawuf 

24 August 2020

AKAR DAN POHON

Manusia itu seperti pohon. Awalnya ringkih karena batangnya kecil dan akarnya dangkal. Terkena angin dikit aja, mudah patah bahkan rubuh, gak tumbuh lagi. Kayak pohon toge, udah mah kecil, mudah patah, mudah dicabut, ehh.. udah gitu umurnya pun pendek. 

Sampai akhirnya batangnya membesar, akarnya menghunjam lebih dalam ke bumi, daun-daunnya pun rindang. Orang yang di sekitarnya bisa berteduh dari terik panas juga basah hujan. Pohon yang besar ini tidak goyah oleh angin, panas, hujan.. bisa bertahan ratusan tahun di kondisi alam yang esktrim sekalipun. 

Sebutlah batang pohon ini adalah "kestabilan diri", kedalaman akar itu "keyakinan" dan kerindangan itu adalah kesejukan serta kelembutan hatinya yang penuh kasih sayang.. 

Seorang manusia jika sudah bisa seperti ini, ia akan menjadi "sumber" bagi kebermanfaatan bagi sesama dan semesta.. Dalam gelap dia bisa menjadi pelita, dalam gerah bisa menjadi penyejuk, dalam sakit bisa menjadi obat.. dan dalam galau pun bisa menjadi pemberi petunjuk. 
 
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan Kalimat Yang Baik (thayyibah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.." (QS. Ibrahim: 24-25) 
 
Semoga..
#ombad #unfuckwithable

20 July 2020

SANGKAR DAN TALI

Awalnya, kesadaran itu terkungkung dalam sangkar Ego, bahkan tubuh yang ikut berada dalam sangkarpun masih diikat tali-tali Rasa Memiliki. Ini bisa disebut semua masih dikuasai Ego, dan dalam bahasa agama, penuh dengan hijab-hijab hawa nafsu. 

Dan Ego ini bisa jadi penyebab dimana pikiran kita berbeda dalam memakai sudut pandang, ada yang berpikir hanya satu arah saja, tetapi ada juga yang berpikir bahwa arah itu bukan hanya dari timur saja, karena masih ada arah lain; selatan, barat serta utara, bahkan juga.. atas dan bawah. 

Tentu bisa berbeda saat ada yang melihat air setengah gelas, ada yang memikirkan bahwa gelas itu setengah kosong, tetapi ada juga yang berpikir bahwa gelas itu setengah penuh. 

Ada saatnya dimana si Sangkar ini harus bisa dijebol atau dibongkar, dan jika sekaligus, bisa terasa menyakitkan. Ada yang dicicil selama masih hidup, ada juga yang sekaligus saat sekarat, plus sakit-sakit sebelumnya. 

Dan saat si tali pun harus bisa dilepas, bisa dicicil atau juga dipaksa sekaligus nanti, dan saat bisa dilepas akan terasa sunyi, tapi ada juga yang merasa kesepian. 

"Orang yang pikirannya kacau, penuh dengan nafsu, dan hanya melihat pada hal-hal yang menyenangkan saja, maka nafsu keinginannya akan terus bertambah. Sesungguhnya orang seperti itu hanya akan memperkuat ikatan belenggunya sendiri.." (Buddha Gautama) 

Semoga..
#ombad

11 July 2020

CERDAS, SENSE OF HUMOR

Sense of Humor adalah kemampuan seseorang untuk menangkap adanya sesuatu yang lucu dari sebuah peristiwa. Humor itu muncul karena aspek psikologis meresponnya dengan rasa riang dalam penerimaannya, dan akhirnya jadi SENYUM atau TERTAWA. Semakin mudah seseorang menangkap hal-hal lucu maka semakin tinggi rasa humornya. 
 
Orang yang memiliki rasa humor tinggi pasti CERDAS. Tidak mungkin mereka bodoh. Ketika menghadapi sebuah peristiwa, mereka bisa melihatnya dari berbagai sisi yang berbeda. Itu butuh kecerdasan tersendiri. Semakin cepat dan mudah menemukan sisi lucu dari sebuah kejadian, maka dia semakin cerdas. 

Humor merupakan salah satu bentuk kreativitas paling tinggi yang dimiliki manusia, dan Kreativitas ini merupakan kecerdasan paling tinggi yang dimiliki manusia. Artinya, rasa humor yang tinggi memang terhormat. Ia benar-benar merupakan bukti kecerdasan yang dimiliki seseorang. 
 
Dan ingat, Rasulullah SAW pribadi adalah sosok yang suka humor dan bercanda dengan teman-temannya (para Sahabatnya). Jadi salah jika kita selalu menganggap bahwa sosok Rasulullah itu serius, seram, arogan bahkan pemarah. Memang sih, masih banyak yang sebaliknya, jika kita lihat dari orang-orang yang katanya mengaku pengikutnya dan menjalankan sunnahnya, berperilaku keras getas serta pemarah. 
 
Ada kisah yang menunjukkan bahwa Rasulullah pun suka bercanda : 

Suatu hari..
Rasulullah bersama 'Ali bin Abi Thalib serta para Sahabat yang lain sedang makan kurma bersama-sama. Pada saat makan kurma itu biji kurma bekas 'Ali diletakkan di depan Rasul.
 
Ketika hampir selesai 'Ali berkata, “Ya, Rasulullah, kelihatan engkau sangat lapar karena makan kurma begitu banyak, lihat biji kurma itu banyak di depanmu..”
 
Dan Rasulullah pun menjawab, ”Bukannya engkau yang sangat lapar karena makan kurma bersama biji-bijinya. Lihat, tidak ada biji kurma di depanmu..” 
 
Seperti itulah.. 😁 
Dan postingan ini sebagai renungan juga, bahwa untuk menjalani kehidupan ini, kita perlu selalu ENJOY, RIANG, CERIA, biar bisa tetap BAHAGIA serta tidak stres dalam menghadapi kehidupan yang sebenarnya tidak berat, tapi dibuat berat oleh diri kita sendiri.

WHO LAUGHS LAST, THINKS SLOWEST. 
 
Semoga..
#ombad #hikmah 

25 June 2020

TIGA PONDASI

Salah satu tanda Sabar adalah kurangnya kebencian di hati. Salah satu tanda Syukur adalah kurangnya kedengkian di hati. Dan tanda Menerima adalah berkurangnya rasa khawatir di hati, sangat kecil, mendekati nol, bahkan nol.
 
Lho.. apa hubungannya.. kesabaran dengan kebencian, rasa syukur dengan kedengkian, serta menerima dengan rasa khawatir..? 

Pertama, munculnya rasa benci itu karena belum bisa bersabar terkait dorongan-dorongan hawa nafsu. Hati yang harusnya bisa menjadi "sumber" petunjuk atau dijadikan "wasit" yang objektif malah berusaha supaya dipengaruhi nafsu dirinya. Itulah ketidak-sabaran. Dan pancaran jiwa orang yang penuh kesabaran itu tidak akan memancarkan kebencian, karena yang muncul dari dirinya cukuplah objektivitas. 

Rumusnya, 
Sabar = Syukur + Menerima
 
Kedua, munculnya rasa dengki itu karena ketidakpuasan dirinya. Hati dan pikirannya sering "protes" dan ujungnya itu "tidak menerima" suatu kondisi. Jika tidak bisa Menerima ya gak akan bisa bersyukur. Dan pancaran jiwa orang yang penuh rasa syukur itu tidak akan memancarkan kedengkian, karena yang muncul dari dirinya cukuplah Kasih Sayang. 

Rumusnya, 
Syukur = Sabar + Menerima.

Ketiga, munculnya rasa khawatir itu karena hati belum bisa menerima suatu kondisi. Dan pancaran jiwa orang yang penuh rasa menerima itu tidak akan memancarkan kekhawatiran, karena yang muncul dari dirinya cukuplah Ketulusan. 
 
Rumusnya, 
Menerima = Syukur + Sabar.

Jadi ada hubungan yang sangat erat diantara ketiga hal ini : Sabar - Syukur - Menerima. 
Saking pentingnya pondasi ketiga hal ini, maka itulah kenapa di Surah ar-Rahman, ada ayat yang diulang-ulang sampai 31 kali. Dan dalam pengulangannya ayat ini jika kita jeli sangat terkait dengan ketiga pondasi di atas. 

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ.

Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan
"Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan..?"

Iya, karena orang yang Ikhlas itu bukanlah seorang Pendusta. Dan sementara itu,

Ikhlas = Sabar + Syukur + Menerima

Semoga...
#ombad #tasawuf

17 June 2020

SURGA NUSANTARA

Solusi dalam menawarkan sesuatu itu tidak terlepas dari Situasi, Kondisi dan Tolak ukur lingkungan sekitarnya.. plis gak usah disingkat, bisi jadi jorang. 

Jika seandainya dulu Islam turun di Indonesia, perumpamaan Surga yg isinya sungai berair jernih, taman-taman berumput hijau, pepohonan rimbun dan berudara sejuk, sepertinya akan kurang menarik, wong di Indonesia ini banyak tempat seperti surga. 

Sungai berair jernih banyak, dari mulai parit, selokan sampai sungai beneran. Taman-taman berumput banyak, mau rumput hijau, rumput gajah maupun rumput plastik aja ada. Pohon-pohon yang rimbun daunnya seabreg, baik itu pohon yang tinggi maupun jenis perdu. Daerah sejuk pun bertebaran di mana-mana dengan hiasan gunung, bukit, lembah, danau dan indahnya pemandangan. Surga semua, paling yang belum surga itu Wifi unlimited gratis. 

"PERUMPAMAAN surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa. Di sana ada sungai-sungai yang airnya bersih, tidak berubah rasa dan baunya, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamr yang lezat rasanya bagi peminumnya. Di sana juga ada sungai-sungai madu yang murni tidak tercampur dengan sesuatu selainnya." (QS. Muhammad : 15) 

Dan termasuk hadiah 72 bidadari bahenol dan semok pun mungkin tidak terlalu menarik bagi sebagian besar umat di Indonesia, kecuali untuk para bangsawan. Kenapa..? 

Ya iya, kebanyakan kan kerja nyangkul di sawah atau jadi nelayan. Boro-boro banyak indehoy dengan 72 bidadari, ngegilirnya gimana.. pulang ke rumah juga badan udah capek sekali. Punya satu aja banyakannya pakai sisa tenaga..

😁  
Semoga..
#ombad

10 June 2020

ANTARA BIKSU, SUNGAI & WANITA

Suatu ketika.. 
Dua orang biksu yang sedang bepergian tiba di tepi sungai yang cukup dalam dan ternyata jembatan yang biasa digunakan untuk menyeberang, patah.

Di situ tampak seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian sutera mewah, sedang kebingungan. Kedua biksu itupun menghampirinya dan menanyakan apa yang sedang dia lakukan dan mengapa tampak begitu kebingungan.

Rupanya dia ingin menyeberang, namun khawatir jika dia berjalan melewati sungai itu, baju suteranya akan kotor dan juga takut terbawa arus, jadi dia hanya bisa diam serta tak tahu apa yang harus dilakukan.

Kedua biksu ini ingin membantu namun tahu bahwa seorang biksu tidak boleh bersentuhan dengan wanita, maka merekapun tidak dapat berbuat apa-apa.

Merasa sedang buru-buru, kedua biksu itupun memutuskan untuk segera berangkat dan menyeberangi sungai.

Biksu yang lebih muda segera pamit pada wanita itu dan bergegas turun ke sungai, sementara biksu yang lebih tua, justru berkata kepada wanita itu bahwa dia akan membantunya.

Belum sempat wanita itu menjawab, biksu yang lebih tua segera menggendongnya dan turun ke sungai, dan menyeberang ke sisi lain sungai.

Sesampainya di seberang, wanita itu segera turun, dan bukannya berterima kasih kepada biksu, wanita itu justru mendorongnya, dan kemudian berjalan pergi dengan wajah kesal.

Biksu muda yang melihat hal tersebut merasa aneh, mengapa biksu yang lebih tua menggendong seorang wanita, namun dia diam saja. 

Keduanya pun melanjutkan perjalanan mereka. Biksu muda terus memikirkan peristiwa tadi di sepanjang jalan, akhirnya dia tidak tahan dan bertanya kepada biksu tua, 

“Bukankah kita ini biksu..? Bukankah biksu tidak boleh bersentuhan dengan wanita..? Lalu mengapa tadi anda menggendong seorang wanita..?” 

“Menggendong wanita..? Wanita mana yang aku gendong..? Aku tidak sedang menggendong siapapun. Apakah kamu masih menggendongnya..?” jawab biksu tua.

**

Moral of The Story.. 

- Jika bisa melepaskan beban dari masa lalu, tentu akan terasa lebih enak dan ringan.
- Biksu tua sungguh tidak sopan, kok gendong cewek gak minta izin dulu.. modus..!

Semoga...
#ombad #moral #thestory

09 June 2020

KOSONG

Saat "kekosongan", alam semesta dan seisinya itu adalah sebuah perpustakaan maha besar. Dan "Tasbih" adalah anak kunci untuk bisa membuka pintunya. 

Segala sesuatu di alam yang bisa ditangkap pancaindra itu bisa disebut Qauliyah, bisa terbaca jelas meski tidak mendapat makna atau memahaminya. Dan yang masih "tersembunyi" bagi sebagian besar manusia itu disebut Kauniyah, meski terpampang jelas di depan mata tetapi tetap gelap tertutup hijab di hatinya. 

"Kosong" itu seperti gelas bening yang dipenuhi air bening sehingga terlihat seperti gelas kosong, dan "kosong" inipun seperti kertas kosong yang siap ditulisi sebanyak apapun huruf dan kata, karena begitu si kertas ini ditulisi dan "terbaca", maka sesaat kemudian tulisan si kertas pun akan terhapus dengan sendirinya, dan akhirnya si kertas pun tetap bersih dan kosong. 

Itulah "kosong" dan yang terasa adalah "interkoneksi", serta pikiran pun bisa diam (di pineal).

Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan..?” (QS. Adz-Dzariyat : 20-21)

Semoga...
#ombad #tasawuf

15 May 2020

LAILATUL QADAR, SEBUAH PROSES & PUNCAK PENGALAMAN SPIRITUAL

Semua Muslim pasti ingin dan merindukan Lailatur Qadar, yg nilainya sama dengan "1000 bulan", meski kata "seribu" (alfi) dalam bahasa Arab (dulu) itu maknanya bukan sekedar jumlah 1000, tapi juga "hitungan tertinggi", bisa juta, milyar bahkan trilyun. Sebutlah Paling Puncak.

Jika mengganggap Lailatul Qadar sekedar "hadiah yang jatuh dari langit" maka nanti banyak orang yang lebih mementingkan hasil (orientasi hasil), hanya akan rajin ibadah saja di malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir Ramadhan, dan melempem lagi di hari-hari biasa.

Dalam beragama, yg harus dipahami oleh seorang hamba adalah istiqamah dalam beribadah. Awalnya Ritual lalu selanjutnya menyentuh perbaikan jiwa dan spiritual. Awalnya terasa berat memenuhi Kewajiban lalu akhirnya terasa ringan karena Kebutuhan. Jadi ada suatu "proses" perbaikan ke dalam diri maupun ke lingkungan sekitar, selaras dengan kata "sholeh" yg artinya "memperbaiki". Hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini.

Jika dianalogikan, Lailatul Qadar itu seperti putaran terakhir dalam pertandingan (misal) lari. Pertandingan yg dimulai sejak awal tahun (bulan Muharram), kemudian makin menguatkan niat pada Nisfu Sya'ban, semakin semangat dan fokus di Ramadhan, sampai memasuki putaran terakhir di akhir Ramadhan. Sampai akhirnya sukses memasuki garis finish menjadi juara, diberi selamat oleh para malaikat serta ruh-ruh orang sholeh, dan bisa naik podium diberi medali "kelahiran kembali", bertemu dengan "fitrah diri".

Jadi Lailatul Qadar itu adalah "suatu rangkaian dalam proses transformasi kesadaran" dan bukan sekedar "hadiah yg jatuh dari langit" ataupun "fenomena alam" yg tinggal ditunggu pada malam tertentu, sementara malam-malam lainnya tidak melakukan proses apa-apa. 

Jika "maqam" Lailatul Qadar itu berada di tingkat 100, maka akan sulit dicapai jika "modal awal" nya hanya di tingkat 20, karena Lailatul Qadar itu seperti "finalisasi" suatu rangkaian proses tahunan atau lebih. Ada rangkaian Sunatullahnya dan bukan merupakan sesuatu yg instan, karena Allah itu Maha Adil.

Allah Maha Adil dan Maha Mematuhi aturan yang dibuat-Nya (sunatullah). Hamba-Nya yang berproses akan lebih dicintai daripada yang tidak. Proses dari -2 ke 6 itu lebih baik daripada 6 ke 8, itu makanya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan berinstrospeksi, serendah apapun awalnya.

Sekali lagi, Lailatul Qadar itu merupakan bentuk dari keseluruhan proses Qurbah (pendekatan kepada Allah), dan bukan hanya sekedar hasil yang mudah didapat dan diraih dalam waktu semalam.

Dan itulah kenapa Rasulullah SAW tak pernah membocorkan kapan Lailatul Qadar terjadi. Rasul hanya memberikan prediksi dan tanda-tanda kedatangannya. 
 
**

Rasulullah SAW bersabda,

Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yg berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yg meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Dan siapa yg memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni'.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Untuk memahami Hadist di atas, harus paham juga bahwa Allah itu tidak terpengaruh dimensi Ruang dan Waktu.

Jadi kata "turun" untuk Allah itu sifat mustahil bagi Allah, karena Allah itu Qiyamuhu bi Nafsihi (berdiri sendiri) tanpa ketergantungan dimensi Ruang dan Waktu baik arah atas, bawah, kiri, kanan, turun ataupun naik.

Secara proses, Hadist-hadist seperti itu harus dipahami sebagai bentuk perintah bagi kita agar kita berproses untuk "naik", bukan naik secara dimensi Ruang, tetapi "menaikkan kesadaran", menaikkan kualitas diri, sehingga kualitas kesadarannya "lebih mendekati" Allah, dan jadi lebih mudah berpeluang untuk mencapainya.

Atau dengan bahasa lain, kesadaran yg awalnya berada di alam Nasut/jasmani, akan berproses menuju Malakut, terus ke Jabarut, sampai akhirnya ke Lahut.

Jadi fokusnya bukan ke "Allah turun ke langit dunia", tetapi bagaimana kita bisa "menyongsong-Nya dari langit dunia" dengan cara menaikkan level "langit" diri. Itu makanya kapan terjadinya "lailatul qadar" pada seseorang merupakan suatu rahasia. Bukan kayak tanggal merah di kalender.. 😀

Berangkat dari pemahaman seperti ini, nanti kita dapat memahami (dan mudah-mudahan dapat mengalami), bahwa yg namanya Lailatur Qadar itu adalah "suatu rangkaian proses transformasi kesadaran" dan bukan sekedar "hadiah yg jatuh dari langit" ataupun "fenomena alam" yg tinggal ditunggu pada malam tertentu, sementara malam-malam lainnya tidak melakukan proses apa-apa. 

Jadi sesuatu yg lucu, jika ada yg koar-koar menjual acara "mencapai Lailatul Qadar" seharga berapa rupiah dalam sekali proses.. suatu pembodohan dan disantapnya pun oleh orang-orang bodoh. 

Dan orang-orang bodoh ini akhirnya berilusi dengan kemerasaan "maqam" kesadarannya. Merasa sedang di kesadaran tinggi, padahal sedang darah tinggi.. Merasa sedang melebur dan Fana', padahal sedang melamun dan terpana. 

Ya memang lucu dan menggelikan, soalnya alam di bawah Malakut pun belum selesai dilaluinya, lalu dengan bangganya merasa mendapatkan Lailatul Qadar dalam semalam. Cuma yg aneh, kenapa Jabarutnya belum kena/terakses, padahal kondisi "Lailatul Qadar" ada di Jabarut.

Jadi analoginya, jika "maqam" Lailatul Qadar ada di tingkat 100, ya sesuatu yg sulit dicapai jika "modal awal" nya hanya di tingkat 20, karena Lailatul Qadar itu seperti "finalisasi" rangkaian proses evolusi kesadaran per tahun atau lebih. Ada rangkaian Sunatullahnya dan bukan merupakan sesuatu yg instan, karena Allah itu Maha Adil. 
  
Sekali lagi, Lailatul Qadar itu merupakan bentuk dari keseluruhan proses Qurbah (Dekat kepada Allah), dan bukan hanya sekedar hasil yg mudah didapat dan diraih dalam semalam. Jadi bisa disebut bahwa Lailatul Qadar itu merupakan puncak pengalaman Spiritual seorang hamba di hadapan Tuhannya. 
 
Semoga.... 
#ombad #tasawuf #ramadhan

12 May 2020

TASAWUF DALAM SEMARAK PUASA

Begitu dalam, saat NH. Dini dalam buku Sebuah Lorong di Kotaku menulis, "Aku diajar berpuasa bukan karena agama, bukan karena keinginan naik surga. Kakek mengajarku buat menahan keinginan, untuk mengetahui sampai dimana aku dapat mengatur kekuatan." 
 
Tulisan itu seakan membuka kenangan akan lantunan Hikam yang kembali menusuk hati, "beribadah karena harapkan sesuatu atau agar tolak datangnya siksa, maka ia belum menunaikan hak kewajibannya terhadap sifat-sifat Allah." 
 
Seakan juga wajah cantiknya Adawiyah kembali membisikkan kata cinta, "Semuanya menyembah-Mu karena takut neraka. Mereka menganggap keselamatan darinya sebagai bagian untung melimpah. Atau mereka menempati surga, lalu  mendapatkan istana dan meminum air Salsabila. Bagiku tidak ada bagian surga dan neraka. Aku tidak menginginkan atas cintaku imbalan pengganti."

Sedangkan di depan mata, janji-janji surga dilontarkan demikian gencar lewat panggung-panggung pertunjukan yang seringkali atas-namakan Tuhan dan disertai ancaman. 
 
Sementara di ujung sana, tetap saja, banyak yang berpuasa penuh dendam, nafsunya begitu kelaparan mirip setan, dan saat berbuka begitu serakahnya pada makanan.

Bahkan di pojok lain, keserakahan tetap dipamerkan para setan yang katanya diikat, tapi tetap dalam kobaran kemarahan dan kebencian makin kuat, malah kesadaran diri pun tergilas kemunafikan yang pekat. 

Ah, parodi para budak dogma, yang terformalisasi janji surga, dalam hapalan ayat-ayat saja, terombang-ambing paradok otak dan jiwa.. serta hasilnya tetap lapar dahaga. 

Dan akupun tetap dzalim, yang masih sulit membiasakan istighfar, apalagi jika harus meng-istighfar-kan ucapan istighfarnya, --Istighfaaruna yahtaaju ilaa istighfaarin-- dalam batin puasa. 
 
Semoga..
#ombad #tasawuf #ramadhan

30 April 2020

PUASA, SIFAT ALLAH

Dalam sebuah Hadist Qudsi, Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta‘ala berfirman, 
 
Setiap amal anak Adam menjadi miliknya kecuali puasa, ia milik-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi imbalannya.” (HR. Muslim) 

Kenapa seperti itu..? 
Hakikat makhluk itu menuntut adanya makanan dan minuman. Sedangkan yang tidak makan dan tidak minum itu Tuhan. Artinya seseorang yang berpuasa itu secara tidak langsung sedang diajari salah satu sifat Allah, meski bukan bagian dari hakikat sifat makhluk-Nya. Makanya disebut "puasa itu milik-Ku". 
 
Jadi puasa itu merupakan sifat Samdaniyyah atau sifat khusus yang hanya menjadi milik Allah SWT (terkait pelepasan dan penyucian dari makanan/minuman). 
 
Seakan-akan Tuhan berkata kepada makhluk-Nya yang sedang berpuasa :
 
Puasa adalah milik-Ku, bukan milikmu. Karena Akulah yang seharusnya tidak makan dan minum, bukan kamu. Dan jika kamu berpuasa seperti itu karena mentaati ketetapan perintah-Ku, maka Aku sendiri yang akan memberi imbalannya.” 

Semoga...
#ombad #tasawuf #ramadhan 

23 April 2020

HIKMAH PESAN RASULULLAH SAW MENJELANG RAMADHAN

Sy coba sarikan pesan dari khutbah Rasulullah SAW menjelang memasuki bulan Ramadhan (akhir bulan Sya'ban). Ada 6 pesan penting, yaitu : 
 
1. Pergunakan waktu sebaik-baiknya selama Ramadhan, khususnya dalam hubungan ibadah (transdental) dengan Allah SWT. 

- Penjelasan: Jadi berhubungan dengan fokus, konsisten dan totalitas. Belajar "men-satu-arahkan". Itu makanya ibadah puasa itu privasi antara makhluk dengan Tuhannya. 
 
- Goal: anda merasakan bahwa segala sesuatu menjadi Berkah. Dan puncak keberkahannya adalah "lailatul qadar". 
 
2. Kebajikan yang diaktualisasikan akan mendapat pahala berlipat ganda. 

- Penjelasan: Jika kita melakukan proses sebaik-baiknya, jangan khawatir urusan hasil. Tawakal saja. Sebutlah Pahala ini suatu kebahagiaan, dan ini ukurannya tidak linear karena berupa rasa. Semakin anda bisa khusyu, maka si rasa yang bisa anda terima akan semakin berlipat. Artinya ini berhubungan dengan hati, penyucian hati (thaharatul qulub) dalam kaitannya dengan nafsu-nafsu. Hati sebesar gelas, ya nampungnya cuma segelas, dst. Konteks pahala ini bukan sekedar hitungan logika, kecuali buat anak kecil yang masih suka permen. 
 
- Goal: Ketenangan, ketentraman dan kebeningan hati. Mukasyafatul qulub. 

3. Ingat bahwa bulan Ramadhan itu bulan untuk melatih kesabaran anda. 

Penjelasan: Bukankah rasa lapar dan haus --atau dengan bahasa anasir tubuh-- kekurangan "tanah" dan "air" akan meningkatkan dominasi "api" dan "angin" dalam tubuh..? "Api" dan "angin" ini akan berusaha memporak-porandakan "kestabilan" tanah dan juga "binding" nya fungsi air. Makanya yg kelaparan suka cepet esmosi. 
 
- Goal: Ujian hidup bisa dinikmati dengan penuh keyakinan dan positive thinking ke Allah. 

4. Belajarlah bersimpati/empati kepada orang lain. 

- Penjelasan: Kualitas iman seseorang itu berhubungan dengan kualitas pandangan terhadap sesamanya, makhluk lain dan alam sekitar. Artinya harus bisa menyeimbangkan antara hubungan transedental dan horizontal, antara manusia sebagai makhluk Tuhan dengan manusia sebagai makhluk sosial. 
Dan empati ini merupakan "buah" yang dihasilkan dari pohon ibadah. Seperti halnya pohon yang rindang dan berbuah banyak. Rindangnya meneduhkan orang di sekitarnya (dalam bentuk perbuatan dan perkataan), dan hasil buahnya itu sebagai bentuk empati (memberi kebaikan lahir maupun batin). Allah Mahabaik, jadi contohlah sifat-Nya. 
Betapa pentingnya kebaikan horizontal ini, sampai disebutkan begini, "barangsiapa yang memberi makan untuk berbuka kepada orang lain, maka pahalanya seperti puasanya orang tersebut.
Mudah-mudahan hadist ini bisa dipahami maknanya dan dirasakan esensinya. 
 
- Goal: Dirindukan para penghuni langit. 
 
5. Meningkatkan amal sholeh. 
 
Penjelasan: "Sholeh" itu maknanya memperbaiki, jadi berupa "kata kerja". Tidak statis, tapi dinamis. Artinya ini ada hubungannya dengan kreativitas masing-masing meski tetap dalam batasan koridor yang fix. "Meningkatkan" ini terkait secara kualitas dan kuantitasnya. 

- Goal : Mendapat Rahmat Allah, juga menjadi saluran rahmat. 
 
6. Memperbanyak berdoa dan meminta ampunan. 

- Penjelasan: Ini berhubungan dengan pembersihan diri, taubat, shafa (penyucian hati), dan juga "penerimaan". 

- Goal : kita ridha kepada Allah dan Allah pun ridha kepada kita. Tentu sebelumnya harus melewati tahapan tertentu (ahwal & maqamat). 

** 
Disarankan :
Sebelum memasuki bulan Ramadhan disarankan melakukan Mandi Wajib dan Shalat Taubat, serta Niat yang kuat terkait pengamalan dari ke-6 pesan Rasulullah SAW di atas. 

Semoga... 
#ombad #ramadhan #tasawuf 

07 April 2020

OPTIMIS, BUAH IMAN

Optimisme itu menyertai Kebenaran. Orang yang optimis itu akan berpikir positif, yakin kepada Tuhannya dan juga kepada dirinya sendiri. Dan selanjutnya, ia akan selalu berbaik sangka kepada Tuhannya.

Dalam sebuah Hadist Qudsi, Rasulullah SAW bersabda : 
 
إِنَّ اللَّهَ جَلَّ وَعَلَا يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي إِنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فله. رواه ابن حبان

Allah SWT berfirman, 
Aku itu tergantung prasangka hamba-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya, jika ia berprasangka buruk, maka itulah yang didapatkannya.” (HR. Ibn Hibban, dari Abu Hurairah ra.)
 
Sebuah Hadist riwayat Imam Ahmad ra., 
 
Rasulullah SAW berkata, "Tidak ada perasaan buruk dan kesialan, dan yang lebih baik dari itu adalah rasa optimistis." 
Sahabat bertanya, "Apa yang dimaksud dengan rasa optimistis..?" 
Rasulullah menjawab, "Yaitu Kalimat Baik yang sering didengar oleh salah seorang dari kalian." 

Tumbuhnya sikap optimistis berkaitan erat dengan keimanan, terutama iman kepada Takdir, iman kepada Qadla dan Qadar. Artinya segala sesuatu yang menjadi ketetapan Allah itu akan selalu mengandung Hikmah dan Kebaikan. 
 
Jadi, tetaplah bersikap positif dan optimis, mau mati atau kiamat besok sekalipun..

إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
 
Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah benih (tunas), maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Bukhari & Ahmad)
 
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 5-6)
 
Semoga...
#ombad #tasawuf #optimis 

27 March 2020

TASAWUF DALAM WABAH COVID-19

Corona atau Covid-19 itu wabah, jadi posisinya Sunatullah, sedangkan kematian itu takdir yang bersifat rahasia. Sunatullah adalah "setetes" takdir yang diberitahukan kepada manusia melalui ilmu pengetahuan, sedangkan yang dirahasiakan-Nya tetap bagaikan jumlah tetes air di lautan luas..

Penyakit merupakan salah satu sebab terjadinya kematian adalah benar, namun hakikat kematian itu sendiri adalah takdir yang dirahasiakan-Nya..

Membandingkan antara Sunatullah dan Takdir termasuk analogi yang tidak tepat karena berbeda kedudukan dan sifatnya. Doa itu kan bukan pengganti disinfektan.. 😀.. jadi berdoa dan menjaga kesehatan/berobat harus dijalankan secara bersamaan.. Dan biarlah Takdir kematian itu kita serahkan kepada Yang Maha Memiliki Kehidupan dan Kematian. 
 
Pendekatan agama, sebutlah itu untuk kondisi batin (jiwa), setidaknya akan menguatkan keyakinan, sugesti, kepercayaan diri, bisa membebaskan kekalutan, ketakutan serta perasaan buruk lainnya, sehingga hasilnya (baca: kondisi kejiwaan yang positif) secara tidak langsung akan mempengaruhi secara tidak langsung akan mempengaruhi penguatan pikiran (mind/brain power), lalu si brain power ini bisa mengkoordinir, membentuk dan menguatkan sistem penunjang imunitas tubuh, dan ini salah satu efek positifnya. 
 
Tetapi yang pasti adalah selalu berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan metode untuk pencegahan, penyebaran wabah, dan juga terapi khusus bagi penderita (sesuai dengan ilmu kesehatan), sebagai penunjang kesembuhan.. dan inilah Sunatullah. 

Keseimbangan dalam berpikir dan bertindak baik secara lahir maupun batin tentu sangat berhubungan dengan kematangan pemahaman nilai-nilai agama, yang ujungnya adalah nilai-nilai kehidupan. 
 
Bukankah "Kebersihan sebahagian dari iman.." atau "Bersuci itu separuh iman.." dalam konteks agama pun tidak lepas dari dukungan sains dan ilmu kesehatan..? Bukankah alat penunjang Kebersihan juga dibuat berdasar sains, begitu pun pengukuran kualitas air, produk alat kebersihan diri (sabun, disinfektan, dll), tata cara kebersihan lingkungan, penanggulangan wabah, dsb. Bukankan itu semua tidak sekedar "kebersihan batin" yang mungkin bisa didekati dengan doa, ibadah dan dzikir aja..? 
 
Jadi sesuatu yang tidak lucu jika cara menangkal wabah penyakit melalui ritual-ritual ibadah secara bersama-sama (berjamaah) lalu kumpul di tempat yang tidak steril. Itu namanya "suatu perkara yang tidak diserahkan kepada ahlinya maka tunggulah kerusakannya". Bukankah dalam setiap perkara itu penyelesaiannya harus sesuai dengan bidang keilmuannya..? Jadi jangan sampai terbalik donk dalam memposisikan keilmuan sebagai solusi bagi umat. Mau nipu umat ya..? 😀 
 
Ah, padahal tanpa ada wabah penyakit pun seringkali para salik disarankan melakukan "lockdown", atau sementara melakukan "social distance". Iya, mereka ber-uzlah atau ber-khalwat siang dan malam, berhari-hari tanpa tidur sedikitpun, karena "melihat" ke dalam diri, lalu meneliti ke dalam diri itu membutuhkan totalitas dan ketenangan di hadapan Tuhannya.. 
 
Semoga...
#ombad #tasawuf #dalam 

21 March 2020

WABAH PENYAKIT, LOCKDOWN

Pada tahun 18 H, Khalifah 'Umar bin Khatthab ra. dari Madinah berkunjung ke negeri Syam.

Mereka berhenti di daerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena dapat informasi bahwa ada wabah penyakit (tha'un) sedang melanda negeri Syam. 
 
Abu Ubaidah yg waktu itu menjabat sebagai Gubernur Syam pun datang ke perbatasan untuk menemui rombongan Khalifah.

Apa yang harus dilakukan terkait wabah penyakit ini..? Meeting pun dilakukan, apakah mereka harus masuk ke Syam atau pulang kembali ke Madinah. 

Perdebatan urusan wabah penyakit ini sangat alot. Pendapat dan saran dari sahabat Muhajirin, Anshar, dan orang-orang yg ikut Fathul Makkah belum ada kata sepakat, saling berbeda pendapat..

Akhirnya seorang pembesar Quraisy memberi usulan agar 'Umar sebagai Khalifah mengevakuasi orang-orang yang terkena wabah itu dan jangan biarkan rombongan (yang sehat) mendatangi daerah wabah penyakit tersebut. 'Umar pun menyetujui dan menentukan solusinya.

Abu Ubaidah ra sebagai Gubernur Syam waktu itu tetap ingin supaya rombongan khalifah masuk ke Syam, sampai ia bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, apakah ini lari dari takdir Allah..?"

'Umar pun menjawab, 

"Mestinya orang selain engkau yang mengatakan itu, wahai Abu Ubaidah. Benar, ini lari atau berpaling dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain. Tidakkah engkau melihat, seandainya saja engkau memiliki unta dan lewat di suatu lembah, lalu menemukan dua tempat untuk untamu; yang pertama subur dan yang kedua gersang, bukankah ketika engkau memelihara unta itu di tempat yang subur, berarti itu adalah takdir Allah. Demikian juga apabila engkau memeliharanya di tempat yang gersang, apakah itu juga takdir Allah..?"

Dan kebetulan, Abdurrahman bin Auf yang baru datang, memberi keterangan bahwa ia tahu tentang masalah ini karena pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : 

"Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, janganlah kalian mendatanginya." 

Perlu diketahui, 
Wabah ini menyebabkan hampir separuh penduduk Syam meninggal, yaitu sekitar 25 ribu orang. Gubernur Abu Ubaidah pun ikut jadi korban, termasuk sahabat Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dll. 

Wabah penyakit di daerah Syam ini mulai bisa ditanggulangi saat Amr bin Ash ra jadi Gubernur Syam, dan salah satu perintahnya adalah, 
 
"Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jaga jaraklah dan berpencarlah kalian dengan menempatkan diri di gunung-gunung."  

Akhirnya wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang dibakar.

Semoga...
#ombad #umar #thaun #covid19 

02 January 2020

TASAWUF DALAM KAPAL NABI NUH

Ada seorang pemimpi(n) mengatakan, "Ya kita harus hati-hati, sebab tidak ada yang bisa mengatasi banjir, sekelas Nabi Nuh aja nyerah.." 

Pernyataan di atas seperti benar tetapi sebetulnya SALAH KAPRAH karena beda sekali kualitas dan kondisi banjirnya. Ini seperti sebuah perahu kecil membicarakan kapal induk. 

Tapi satu hal yang pasti, Nabi Nuh berusaha agar semua bisa SELAMAT dari bahaya banjir dengan "memilih" atau "dipilihkan" solusi dari-Nya yaitu membuat kapal induk. Dan itulah "cara mengatasi banjir" yang diambil Nabi Nuh. Intinya itu bukan masalah dengan akan datangnya banjir (air berlimpah) tetapi bagaimana cara mencegah dampak dari banjir. 

Jadi yang harus dilihat itu adalah upaya apa yang dilakukan Nabi Nuh selama bertahun-tahun agar semua (manusia, hewan, dsb) bisa selamat dari dampak banjir. Dan ini Proses.

Jika mencegah "banjir" (baca: air yang berlimpah) gak bisa, maka solusi apa yang harus diambil supaya "air yang berlimpah" ini tidak menjadi ancaman bagi warga dan lingkungannya. 

"Kapal Nabi Nuh" harusnya dimaknai sebagai suatu "Sistem yang Integral" penanganan terhadap banjir. Iya, SISTEM YANG INTEGRAL, karena kapal dijalankan dengan mekanisme tertentu, dari navigasi (arah kebijakan), life support (sistem pendukung dan mitigasi bencana), sekoci (risk management), dsb. 

Bukankah di dalam kapal Nuh juga ada "rumah" buat manusia, "rumah" buat segala macam hewan, ada tanaman dan ada persediaan makanan..? Bukankah ada "sistem mitigasi bencana" di dalam kapal dan bisa menjamin kehidupan yang aman dan nyaman selama "musim" banjir berlangsung..? 

Nabi Nuh membutuhkan waktu yang lama untuk mempersiapkan "lingkungan" di dalam kapalnya sehingga semua kepentingan bisa terakomodir. Ini menyiratkan bahwa sebagai seorang Pemimpin, Beliau berusaha mati-matian menganalisa semua dampak banjir yang akan terjadi di masa depan, dan ini bisa diartikan bahwa perlu suatu proses untuk menciptakan sistem yang handal dari kemungkinan bahaya banjir. 

Memang solusi pada waktu itu adalah dengan membuat sebuah kapal, tentu karena beberapa pertimbangan. Dan Nabi Nuh pun mampu jadi juru selamat bagi yang ingin diselamatkan, baik itu dari kalangan manusia, hewan maupun tumbuhan. 

Artinya Nabi Nuh itu berusaha keras mengantisipasi akan datangnya banjir serta TIDAK NYERAH ketika datangnya banjir padahal lebih besar berkali-kali lipat.. dan tentunya Nabi Nuh pun tidak bodoh.

😊
Semoga.. 
#ombad #tasawuf #dalam 

Catt..
Dalam doa di bawah, boleh kok kata "berlayar" dimaknai sebagai awal, dan kata "berlabuh" sebagai akhir dari masa jabatan, agar semua warga bisa selamat dari ancaman banjir..