27 March 2020

TASAWUF DALAM WABAH COVID-19

Corona atau Covid-19 itu wabah, jadi posisinya Sunatullah, sedangkan kematian itu takdir yang bersifat rahasia. Sunatullah adalah "setetes" takdir yang diberitahukan kepada manusia melalui ilmu pengetahuan, sedangkan yang dirahasiakan-Nya tetap bagaikan jumlah tetes air di lautan luas..

Penyakit merupakan salah satu sebab terjadinya kematian adalah benar, namun hakikat kematian itu sendiri adalah takdir yang dirahasiakan-Nya..

Membandingkan antara Sunatullah dan Takdir termasuk analogi yang tidak tepat karena berbeda kedudukan dan sifatnya. Doa itu kan bukan pengganti disinfektan.. 😀.. jadi berdoa dan menjaga kesehatan/berobat harus dijalankan secara bersamaan.. Dan biarlah Takdir kematian itu kita serahkan kepada Yang Maha Memiliki Kehidupan dan Kematian. 
 
Pendekatan agama, sebutlah itu untuk kondisi batin (jiwa), setidaknya akan menguatkan keyakinan, sugesti, kepercayaan diri, bisa membebaskan kekalutan, ketakutan serta perasaan buruk lainnya, sehingga hasilnya (baca: kondisi kejiwaan yang positif) secara tidak langsung akan mempengaruhi secara tidak langsung akan mempengaruhi penguatan pikiran (mind/brain power), lalu si brain power ini bisa mengkoordinir, membentuk dan menguatkan sistem penunjang imunitas tubuh, dan ini salah satu efek positifnya. 
 
Tetapi yang pasti adalah selalu berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan metode untuk pencegahan, penyebaran wabah, dan juga terapi khusus bagi penderita (sesuai dengan ilmu kesehatan), sebagai penunjang kesembuhan.. dan inilah Sunatullah. 

Keseimbangan dalam berpikir dan bertindak baik secara lahir maupun batin tentu sangat berhubungan dengan kematangan pemahaman nilai-nilai agama, yang ujungnya adalah nilai-nilai kehidupan. 
 
Bukankah "Kebersihan sebahagian dari iman.." atau "Bersuci itu separuh iman.." dalam konteks agama pun tidak lepas dari dukungan sains dan ilmu kesehatan..? Bukankah alat penunjang Kebersihan juga dibuat berdasar sains, begitu pun pengukuran kualitas air, produk alat kebersihan diri (sabun, disinfektan, dll), tata cara kebersihan lingkungan, penanggulangan wabah, dsb. Bukankan itu semua tidak sekedar "kebersihan batin" yang mungkin bisa didekati dengan doa, ibadah dan dzikir aja..? 
 
Jadi sesuatu yang tidak lucu jika cara menangkal wabah penyakit melalui ritual-ritual ibadah secara bersama-sama (berjamaah) lalu kumpul di tempat yang tidak steril. Itu namanya "suatu perkara yang tidak diserahkan kepada ahlinya maka tunggulah kerusakannya". Bukankah dalam setiap perkara itu penyelesaiannya harus sesuai dengan bidang keilmuannya..? Jadi jangan sampai terbalik donk dalam memposisikan keilmuan sebagai solusi bagi umat. Mau nipu umat ya..? 😀 
 
Ah, padahal tanpa ada wabah penyakit pun seringkali para salik disarankan melakukan "lockdown", atau sementara melakukan "social distance". Iya, mereka ber-uzlah atau ber-khalwat siang dan malam, berhari-hari tanpa tidur sedikitpun, karena "melihat" ke dalam diri, lalu meneliti ke dalam diri itu membutuhkan totalitas dan ketenangan di hadapan Tuhannya.. 
 
Semoga...
#ombad #tasawuf #dalam