Dalam sebuah diskusi...
MC : Apakah meyakini bahwa agama yg Anda anut adalah benar, berimplikasi bahwa yg selain itu, salah?
OG : Agama yg turun dari Allah itu benar semua, tapi penganutnya yg mendistorsi sehingga menjadi tidak benar. Benar yg terdistorsi.
"Benar yg terdistorsi" ini jika saling beradu, maka akan terus-menerus bahkan selamanya ber-iterasi, tidak pernah mencapai "Benar".
Karena sy muslim (= tunduk), mendingan sy memperbaiki "distorsi" sy dulu, dan ngapain jg menengok ke sebelah. Siapa tau sy berkaca mata merah, jadi selalu memandang yg di luar selalu berwarna merah atau kemerahan.
MC : Wah menarik :) ..
Pertanyaan berikut: itu kebencian antar penganut, kalo dirunut dalam sejarah, penyebabnya karena distorsi "perasaan benar, karenanya yg lain salah" itukah..?
OG : Kasus-kasus seperti itu dalam sejarah Islam aja sudah ada sejak jaman Sahabat, itu makanya sayyidina Ustman & 'Ali terbunuh. Yang jelas, jika "kepentingan pribadi/kelompok" mendistorsi maka yg terjadi adalah "pembenaran" (bisa pakai dalil atau ayat). Ujungnya, saling klaim "merasa paling benar".
Suatu kewajaran dalam setiap aspek dualitas, ada benar ada salah, kiri kanan, dsb. Dualitas ada karena agar bisa setimbang dengan melakukan iterasi terus-menerus dalam diri. Itulah Konsep Keseimbangan.
Pola Keseimbangan ini dipakai untuk "mengukur" suatu parameter. Dan yg pertama harus diukur adalah kualitas diri, karena mempertanggung-jawabkan diri itu berurusan dengan Tuhan. Tetapi seringnya "aspek dualitas" ini dipakai mengukur kualitas orang lain dengan acuan diri, dengan bantuan ego pun "kebenaran" versi dirinya dipaksakan ke orang lain, lalu muncullah "pembenaran", dan akhirnya terjebak "aspek dualitas", yaitu "merasa paling benar" disertai aspek pembandingnya "yg lain salah". Dan hawa nafsu pun ikut memainkan peran, semakin menguatkan pembeda dan perbedaan, akhirnya gontok-gontokkan dan musuh-musuhan.
Dalam kehidupan yg terikat ruang dan waktu, aspek dualitas ini akan selalu ada, seperti halnya arus listrik AC, bisa jadi sesuatu yg positif (bisa nyalain kulkas, TV, dsb)... tapi juga bisa untuk hal negatif (nyetrum orang).
Jadi dalam urusan "perasaan benar, karenanya yg lain salah" sebaiknya selalu ingat saja bahwa "bukan amal seseorang yg memasukan dirinya ke surga-Nya, tetapi Rahmat Allah". Artinya, diri kita aja belum jelas urusan di hari akhir, ehh malah ikut campur urusan jalan orang lain bahkan menyalahkan dan menghakiminya.
AA : Analoginya, jika sy yakin istri sy adalah yg paling cantik dan jodoh sy, maka yg lain tentu saja bisa cantik tapi bukan jodoh sy... maka sy fokus dengan istri sy tanpa harus pusing istri orang lain.
OG : Itulah suami yg bijak.. :D
MC : .. Dan suami yg tidak terdistorsi. :D
Ket.. :
MC = Mbak Cuantik
OG = Om Guanteng
AA = Ada Aja...
**
"Jelema mah hog hag marebutkeun bebeneran lain nu bener."
Setiap jenis kendaraan bertujuan sama yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat yg lain. Ketika penumpang di KA dan Mobil saling menyalahkan maka penumpang Pesawat akan mentertawakan kebodohan mereka, karena jalan yg dilewati bisa berbeda tetapi tujuannya sama.
Mengetahui tujuan akhir perjalanan itulah "Jalan yg lurus", karena "jalan yg lurus" lah yg bisa mengantarkan manusia menuju Puncak Tauhid dimana mereka berasal.
Semoga....
#ombad #tasawuf