Ketika para Pemuka Agama banyak yg tersangkut suap dan korupsi berkali-kali, rasanya sulit percaya lagi kepada para Agamawan yg ada di lingkaran politik, seperti dibohongi berkali-kali. Dan ujungnya mah sama saja, suap dan korupsi demi harta berlimpah dan kemewahan.
Agamawan yg suka mengatas-namakan agamanya itu ternyata hanya menipu, untuk kepentingan syahwat dan nafsu.
Mereka yg fasih ayat-ayat itu ternyata dipakai buat menggasak duit rakyat.
Mereka yg koar-koar dalil suci itu ternyata buat dapat suap daging sapi.
Mereka yg terlihat ramah dan baik itu ternyata bersifat serakah dan munafik.
Ada apa dengan semua ini?
Kualitas individu & Integritas moral ternyata sulit dilihat, karena lisan dan tampilan tidak bisa dijadikan ukuran. Asma Allah sekedar ucapan, shalat sekedar gerakan, puasa sekedar lapar, serta ibadah-ibadah lain pun sekedar hiasan. Semua itu ternyata masih belum bisa mengalahkan nafsu tamak dan serakah akan dunia.
Hal yg wajar jika sebagian umat merindukan sosok ideal Agamawan yg bisa dipercaya, dibanggakan, dielu-elukan dan bisa mengobati rasa tekor eksis, walau untuk sementara waktu dan bersiap kecewa seperti dulu. Tetapi jangan salahkan rakyat jika ramai-ramai mencibir, mencemooh dan apriori, karena sudah muak dengan kemunafikan-kemunafikan seperti itu.
Sampai kapanpun, Negara dan Rakyat itu hanya butuh seorang Negarawan yg kompeten. Sekali lagi, hanya butuh Negarawan...!
Jadi, lebih baik memilih seorang Negarawan daripada Agamawan, karena yg dibutuhkan negara itu seorang Negarawan yg betul-betul kompeten di bidangnya.
Dan satu lagi, kalaupun ada Agamawan yg mau jadi pejabat maka harus betul-betul seorang Agamawan yg dewasa, jadi gak perlu disuapi kayak batita.
Semoga....
#ombad